Wednesday, December 19, 2018

Mengulik Keindahan Burung Niltava Kumbang-padi

Jenis burung ocehan yang tersebar di wilayah hutan Indonesia tergolong cukup banyak dengan nama dan corak warna yang beragam. Sebagian besar dari jenis burung ocehan tersebut memiliki suara kicauan yang tergolong merdu dan nyaring. Akan tetapi, umumnya yang dikenal orang-orang biasanya yang banyak dipelihara maupun sering diikutkan dalam perlombaan. Untuk itu pada tulisan ini coba mengulik salah satu jenis burung ocehan yang tidak terlalu dikenal orang-orang tapi memiliki corak warna bulu yang indah dan suara kicauan yang merdu. Adapun namanya adalah burung Niltava Kumbang-padi.

Mendengar nama burung Niltava Kumbang-padi mungkin terasa asing di telinga para pembaca sekalian. Ya, hal ini dirasa wajar sebab jenis burung Niltava Kumbang-padi hanya terdapat di wilayah Pulau Sumatera saja. Akan tetapi, burung ini pun juga tersebar keberbagai negara di kawasan Asia lainnya seperti Nepal, India, Tiongkok, Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, dan Malaysia. Selain itu, area hutan yang umumnya dijadikan tempat tinggalnya berada di dataran tinggi dengan rentang 900 sampai 2500 meter di atas permukaan laut.
Burung Niltava Kumbang-padi
Kehidupan burung yang bernama latin Niltava grandis ini di alam liar biasa mendiami area hutan bawah gunung yang banyak ditumbuhi pepohon dan hutan pegunungan yang tidak jauh dari aliran sungai. Saat mencari makanan berupa serangga dan buah-buahan yang berukuran kecil seringnya dilakukan secara sendirian. Selain itu, sewaktu memasuki musim berkembangbiak biasanya indukan akan membangun sarangnya yang berupa mangkuk berukuran kecil yang diletakkan dekat cabang pohon.

Ukuran fisik burung Niltava Kumbang-padi tergolong sedang dengan panjang sekitar 22 cm. Corak warna bulunya terdapat perbedaan yang mencolok antara jantan dan betinanya. Bagi burung jantan memiliki tiga jenis corak warna yakni biru tua biasa, biru tua mengkilap, dan hitam. Warna biru tua biasa tampak menutupi area mahkota kepala, sisi tenggorokan, sisi sayap, pertengahan punggung, dan area atas ekornya. Warna biru tua mengkilap terlihat diarea atas tubuhnya seperti hampir keseluruhan punggung dan sayapnya. Lalu warna hitam terdapat diarea wajah, tenggorokan, ujung sayap, bagian tengah ekor, dada, dan perutnya.

Baca juga:

Adapun burung Niltava Kumbang-padi betina bercorak warna cenderung agak kusam dengan warna abu-abu kebiruan, cokelat zaitun, dan putih kusam. Warna abu-abu kebiruan tampak diarea mahkota kepala dan sisi lehernya. Warna cokelat zaitun terlihat menutupi hampir keseluruhan tubuhnya seperti sisi wajah, tenggorokan, dada, punggung, sayap, perut, dan ekornya. Lalu warna putih kusam hanya terlihat di area tenggorokannya saja. Selain itu, persamaan antara jantan dan betinanya memiliki paruh berwarna hitam yang berukuran kecil, matanya berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan bentuk bulat. Ekornya berukuran sedang yang terdiri dari beberapa helai bulu yang agak lebar. Kakinya berwarna abu-abu kehitaman dengan ukuran sedang dan tampak agak kurus.

Sedangkan suara kicauan burung Niltava Kumbang-padi tergolong merdu dan agak melengking. Volume kicauan yang dibunyikannya lumayan tinggi dengan irama naik-turun nada yang teratur. Tempo kicauannya tidak terlalu rapat dengan nada berupa siulan seperti: “k tiuu...tiuu...tii”. Selain itu, burung Niltava Kumbang-padi juga memiliki beberapa jenis suara lainnya yang salah satunya terdengar agak berderik dnegan volume tinggi.

Nah, begitulah kiranya penjelasn seputar burung Niltava Kumbang-padi yang tidak hanya memiliki corak warna indah tapi juga bersuara merdu dan nyaring. Untuk itu dengan membaca artikel ini sampai tuntas mungkin dapat menambah wawasan kita seputar ragam jenis burung ocehan yang jarang dibicarakan banyak orang. Okey.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2013/03/21/niltava-kumbang-padi/
2 https://omkicau.com/2014/09/19/burung-niltava-penampilannya-mirip-tledekan/

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Large_Niltava_-_Thailand_S4E0165_(19324739065).jpg

Sunday, December 16, 2018

Mengulas Lebih Jauh Burung Kipasan Dada-hitam

Bila ditanyakan tentang burung Kipasan Dada-hitam mungkin tidak banyak yang mengenal ataupun pernah melihatnya di alam liar. Hal ini dirasa wajar sebab burung Kipasan Dada-hitam memang tidak seterkenal jenis Kipasan lainnya yang sering dipelihara orang-orang. Selain itu, habitat burung Kipasan ini pun tidak tersebar merata diberbagai daerah melainkan hanya terdapat dibeberapa daerah saja. Untuk itu pada artikel ini coba mengulasnya lebih jauh lagi agar semakin banyak yang mengenalinya.

Burung Kipasan Dada-hitam merupakan salah satu dari ragam jenis burung Kipasan yang terdapat di Indonesia. Penyebarannya hanya terbatas di wilayah timur Indonesia yang meliputi area utara Maluku, Ternate, Bacan, Obi, dan selatan Papua. Selain itu, keberadaannya juga bisa ditemui disekitar negara tetangga seperti Papua Nugini dan Australia. Terbatasnya daerah yang menjadi habitat bagi burung Kipasan Dada-hitam membuatnya tidak banyak dikenali oleh para pecinta burung ocehan.
Burung Kipasan Dada-hitam
Kehidupan burung yang bernama latin Rhipidura Rufifrons ini di alam liar biasanya tersebar merata mulai dari dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian mencapai 2000 meter di atas permukaan laut. Area hutan yang menjadi tempat tinggalnya pun cukup beragam mulai dari hutan primer, hutan sekunder, hutan mangrove, hutan meranggas, dan area pantai yang terdapat pepohonan. Sewaktu mencari makanan umumnya dengan mendatangi area permukaan tanah hingga tajuk pohon. Jenis makanan yang disantapnya setiap hari berupa serangga kecil yang banyak terdapat di hutan dekat pantai maupun pegunungan.

Baca juga:

Ukuran tubuh burung Kipasan Dada-hitam tidak jauh berbeda dengan jenis Kipasan lainnya yang panjangnya sekitar 17 cm. Corak warna bulunya terdiri dari beberapa jenis warna seperti merah karat, cokelat keabu-abuan, hitam, dan putih. Warna merah karat tampak dibagian depan kepala, punggung belakang, pangkal ekor, dan tunggirnya. Warna cokelat keabu-abuan terlihat menutupi area mahkota kepala, area perut, punggung, dan sayapnya. Warna hitam terdapat disekitaran area sisi wajah, dada, bawah sayap, dan belakang ekornya. Lalu warna putih tampak mencolok di area tenggorokan, dada berupa garis-garis yang mirip sisik, dan pangkal ekornya.

Disamping itu juga, burung Kipasan Dada-hitam memiliki paruh berwarna hitam yang berukuran kecil. Matanya berwarna hitam pekat yang berukuran sedang dan tampak bulat. Sayapnya  berukuran agak panjang yang mencapai area pangkal ekornya. Ekornya berukuran agak panjang yang cukup sering dikembangkan saat mencari makanan atau sedang berkicau yang mirip bentuk kipas. Kakinya yang berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan bentuk agak kurus atau kecil.

Adapun ciri kicauan burung yang dalam bahasa Inggris dipanggil Rufous Fantail ini tergolong nyaring dan agak melengking dengan volume yang sedang. Tempo kicauannya tidak terlalu rapat dengan suara bergetar dibagian pangkal kicauan dan diikuti irama melengking. Nada kicauannya terdengar seperti “kikk... kikk... cwitt” yang dibunyikan secara terus-menerus dan durasinya agak panjang yang mencapai hampir satu menit.

Yup, demikianlah ulasan seputar burung Kipasan Dada-hitam yang penyebarannya di Indonesia hanya terbatas dibeberapa daerah saja. Untuk itu dengan membaca artikel ini sampai tuntas kiranya dapat menambah wawasan seputar ragam jenis Kipasan yang populasinya cukup banyak terdapat di Indonesia. Okey.

Referensi Tulisan:
http://www.kutilang.or.id/2015/05/01/kipasan-dada-hitam/

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Rufous_Fantail2_-_Christopher_Watson.jpg

Saturday, December 15, 2018

Sekilas Tentang Burung Kipasan Dada-lurik

Jenis burung Kipasan termasuk salah satu dari ragam jenis burung ocehan yang mempunyai suara kicauan merdu dan nyaring. Kemerduan suara kicauan jenis burung Kipasan terkadang dimanfaatkan untuk melatih burung ocehan lainnya agar kualitas kicauan lebih bagus dan aktif berbunyi. Walaupun demikian, masih belum banyak yang mengenal maupun memelihara jenis burung Kipasan mengingat keberadaannya tersebar merata diberbagai daerah di Indonesia. Untuk itu pada tulisan ini coba mengenalkan salah satu di antaranya agar semakin banyak yang mengetahuinya. Adapun nama burung tersebut adalah burung Kipasan Dada-lurik.

Burung Kipasan Dada-lurik merupakan jenis burung Kipasan yang daerah penyebarannya terdapat di wilayah timur Indonesia. Jangkauan daerah yang menjadi habitat atau rumah bagi burung Kipasan Dada-lurik tergolong lumayan luas yang meliputi kepulauan di sekitar Papua barat, Pulau Papua, pulau-pulau disekitar selat Flores, Kepulauan Lousiade, Pulau Buru, Seram dan Ambon, Kepulauan Watubela, Kepulauan Tayandu dan Kai, daerah timur Sunda Kecil, dan Kepulauan Roti. Selain itu, keberadaan jenis burung Kipasan ini juga terdapat dikawasan hutan Australia.
Burung Kipasan Dada-lurik
Luasnya daerah di wilayah timur Indonesia yang menjadi habitat bagi burung Kipasan Dada-lurik dikarenakan banyak sub-spesiesnya yang mencapai 20 jenis. Kehidupannya di alam liar biasanya tersebar mulai dari dataran rendah sampai perbukitan dengan ketinggian mencapai 1550 meter di atas permukaan laut. Area hutan yang menjadi tempat tinggalnya umumnya berada disekitaran tepian hutan, lahan yang banyak pepohonan, semak belukar, hutan mangrove, dan lahan perkebunan. Kebiasaan burung Kipasan Dada-lurik saat menangkap makanannya berupa serangga dilakukan dengan cara menyergapnya dari atas tenggeran secara tiba-tiba.

Adapun ukuran fisik burung yang bernama latin Rhipidura Rufiventris ini tergolong sedang dengan panjang sekitar 18 cm. Corak warna bulunya hanya terdiri dari tiga jenis warna yakni hitam keabu-abuan, putih, dan kuning kecokelatan. Warna hitam keabu-abuan tampak menutupi hampir sebagian besar tubuhnya mulai dari mahkota kepala, sisi wajah, tengkuk, dada, punggung, sayap, dan ekornya. Warna putih terlihat dibagian atas mata berupa garis alis, area tenggorkan, dada berupa bercak bergaris, dan area bawah ekornya. Lalu warna kuning kecokelat hanya terdapat dibagian perut sampai tunggirnya saja.

Baca juga:

Ciri lainnya yang perlu diketahui dari burung Kipasan Dada-lurik adalah paruhnya yang berwarna hitam dengan ukuran agak sedang dan tampak tebal. Matanya berukuran sedang dengan warna hitam kecokelatan. Sayapnya yang berwarna hitam keabu-abuan berukuran agak sedikit panjang yang mencapai pangkal ekornya. Ekornya berukuran sedang dan terdiri dari beberapa helai bulu yang lebar tapi sangat jarang sekali terlihat dikembangkannya. Kakinya berwarna hitam yang berukuran sedang dan tampak kurus.

Sedangkan ciri kicauan burung Kipasan Dada-lurik terdengar cukup nyaring dengan volume yang agak tinggi. Tempo kicauannya yang dibawakannya tidak terlalu terlalu rapat dengan irama suara yang merdu. Bunyi kicauannya berupa siulan  dengan dua nada yang cukup tinggi dan terkadang dibagian ujungnya agak bergetar. Durasi kicauan lumayan lama yang mencapai hampir satu menitan.

Nah, begitulah ulasan seputar burung Kipasan Dada-lurik yang memiliki habitat di wilayah timur Indonesia. Karenanya dengan dibacanya artikel ini sampai tuntas kiranya dapat menambah wawasan kita seputar ragam jenis burung ocehan yang belum umum dikenal banyak orang. Untuk itu bagi Anda yang tertarik dengan burung Kipasan Dada-lurik maka bisa menyimpan audio suaranya yang ada di internet dan nantinya dapat dipakai untuk memaster burung ocehan peliharaan Anda di rumah. Okey.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2013/02/23/kipasan-dada-lurik/
2. https://omkicau.com/2014/10/26/ragam-burung-kipasan-dan-suara-kicauannya/2/

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Northern_Fantail_(Rhipidura_rufiventris).02.jpg

Friday, December 14, 2018

Mengenal Kemerduan Kicauan Burung Sikatan Melayu

Berbicara tentang burung Sikatan mungkin hampir sebagian besar dari para pembaca sekalian sudah mengenal ataupun bahkan sedang memeliharanya. Ya, jenis burung Sikatan atau yang akrab dipanggil Tledekan ini termasuk salah satu dari ragam jenis burung ocehan yang banyak digemari orang-orang dan bahkan diikutkan dalam perlombaan. Suara kicauan yang dimiliki jenis burung Sikatan terdengar amat merdu dengan irama nada naik-turun secara beraturan. Untuk itu pada tulisan ini coba mengenalkan salah satu dari jenis burung Sikatan yang mempunyai kicauan merdu dan masih belum dikenal orang-orang. Adapun nama burung tersebut adalah burung Sikatan Melayu.

Burung Sikatan Melayu memiliki ukuran tubuh yang tergolong kecil dengan panjang hanya sekitar 13 cm saja. Daerah persebarannya terpusat hanya di dua negara saja yakni Indonesia dan Malaysia.
Keberadaannya di Indonesia tersebar mulai dari Pulau Sumatera, bagian barat Kalimantan, dan bagian timur Kalimantan. Area hutan yang menjadi habitat hidupnya umum berada disekitaran dataran rendah sampai perbukitan dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut.

Kehidupan burung Sikatan Melayu di alam liar biasanya mendiami area hutan sekunder, hutan dataran rendah, dan hutan rawa yang dekat dengan aliran air sungai. Sewaktu mencari makanan seringnya bergerak secara sendirian ataupun terkadang berpasang dengan bertengger di atas ranting pohon. Jenis makanan yang umum disantapnya setiap hari tidak kalah berbeda dengan jenis burung Sikatan lainnya yakni berupa serangga kecil dan hewan invertebrata.
Burung Sikatan Melayu di alam liar
Adapun dikatakan pada paragraf di atas bahwa ukuran tubuh burung yang bernama latin Cyornis turcosus ini tergolong lumayan kecil. Corak warnanya terdapat sedikit perbedaan antara jantan dan betinanya. Burung Sikatan Melayu jantan memiliki corak warna yang terdiri dari warna biru, hitam, cokelat muda, dan putih. Warna biru tampak dihampir sebagian besar tubuhnya mulai dari mahkota kepala, wajah, tenggorokan, punggung, sayap, dan ekornya. Warna hitam terlihat hanya dibagian sisi ujung sayap dan diarea bawah penutup ekornya. Warna cokelat muda tampak samar diarea dada dan sisi dekat bawah sayapnya. Lalu warna putih terdapat disekitaran area perut dan tunggirnya.

Baca juga:

Sedangkan corak warna bulu burung Sikatan Melayu betinanya juga sama dengan yang jantan yakni warna biru, hitam, cokelat muda, dan putih. Warna biru tampak menutupi area atas kepala, sisi wajah, punggung, sayap, dan ekornya. Warna hitam terlihat diarea ujung sayap dan penutup ekornya. Warna cokelat muda menutupi area tenggorokan dan bagian dadanya saja. Lalu warna putih terlihat diarea perut sampai tunggirnya. Selain itu, persamaan antara jantan dan betinanya memiliki paruh yang berukuran kecil dengan warna hitam pekat. Ekornya  yang berwarna biru berukuran sedang yang terdiri dari beberapa helai bulu yang agak lebar.

Nah, ciri kicauan burung yang dalam bahasa Inggris dipanggil Malaysian Blue Flycatcher ini tergolong nyaring dan agak melengking. Volume kicauan yang dibunyikannya tidak terlalu tinggi dengan tempo yang sedang. Irama kicauannya dibunyikan dengan nada naik-turun secara beraturan yang mengalun lambat atau terdengar sendu. Nada kicauan yang sendu itu terdengar seperti: “didel...didelll...diii..didell”. Tapi saat dalam keadaan terancam biasanya nada kicauannya dibunyikan dengan volume tinggi dan terdengar seperti “crrkkk”.

Yup, demikian ulasan seputar burung Sikatan Melayu yang tidak hanya memiliki corak bulu yang indah tapi suara kicauannya juga terdengar nyaring. Hanya saja, keberadaan burung Sikatan Melayu di alam liar terus mengalami penurunan yang membuat statusnya menjadi hampir terancam. Untuk itu ada baiknya memang kita tidak perlu memeliharanya agar populasinya dapat pulih kembali. Karenanya bagi Anda yang tertarik dengan suara kicauannya maka dapat mengunduhnya dari internet yang nantinya dapat dipakai untuk memaster atau memancing agar burung ocehan peliharaan Anda semakin rajin berkicau. Okey.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2013/03/12/sikatan-melayu/
2. https://omkicau.com/2016/06/07/sikatan-melayu-burung-bersuara-merdu-yang-kian-terancam/

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Malaysian_Blue_Flycatcher_(Cyornis_turcosus)_(8077176171).jpg

Mengenal Lebih Dekat Burung Serindit Sangihe

Bila ditanya seputar burung Serindit Sangihe mungkin hanya sedikit dari para pembaca yang mengetahuinya. Hal ini dirasa wajar sebab burung Serindit Sangihe memang bukan termasuk jenis burung ocehan yang sering dibicarakan orang-orang. Selain itu, burung Serindit mungil ini termasuk jenis burung yang keberadaannya dilindungi oleh pemerintah agar tidak ada yang memburunya di alam liar. Walaupun demikian, kita tetap perlu untuk mengenalnya lebih jauh lagi agar menambah wawasan seputar ragam jenis burung yang hidup di hutan Indonesia.

Burung Serindit Sangihe merupakan jenis burung paruh bengkok yang ukuran fisiknya tergolong kecil dengan panjang hanya sekitar 13 cm saja. Daerah persebarannya hanya terbatas di wilayah hutan Indonesia atau dikenal sebagai burung endemik dengan mendiami Pulau Sangihe di Sulawesi Utara. Keberadaannya di alam liar umumnya tersebar mulai dari dataran rendah sampai perbukitan dengan ketinggian sekitar 450 meter di atas permukaan laut.
Ilustrasi Burung Serindit Sangihe
Kehidupan burung yang bernama latin Loriculus catamene ini di alam liar biasanya tersebar di area hutan primer, hutan sekunder, hutan mangrove, dan perkebunan kelapa. Sebagai burung endemik yang tinggal di Pulau Sangihe maka burung Serindit Sangihe pun diketahui tidak pernah pergi jauh dari habitat aslinya. Saat mencari makanan seringnya dilakukan secara berkelompok dengan mendatangi pohon yang sedang berbunga untuk mengisap nektarnya. Selain itu, burung Serindit Sangihe dikenal cukup pemalu dengan bersembunyi dibalik pepohonan.

Baca juga:

Dikatakan pada paragraf di atas bahwa ukuran tubuh burung Serindit Sangihe memiliki ukuran tubuh yang cukup kecil dibanding jenis burung paruh bengkok lainnya. Corak warna bulunya terdapat perbedaan yang sebenarnya tidak terlalu mencolok antara jantan dan betinanya. Corak warna burung Serindit Sangihe jantan cukup bervariasi yang meliputi warna hijau, merah, dan kuning kehijauan. Warna hijau tampak menutupi sebagian besar tubuhnya seperti di area belakang kepala, sisi samping tenggorokan, punggung, sayap, dada, perut, dan tunggirnya. Warna merah menutupi area mahkota kepala, tenggorokan, dan ekornya. Lalu warna kuning kehijauan terdapat dibagian punggung atas dan mantel bawahnya.

Adapun untuk burung Serindit Sangihe betina memiliki corak warna yang juga terdiri dari warna merah dan hijau. Warna merah hanya terlihat dibagian area depan wajah dan disekitaran tenggorokan berupa bercak kecil. Warna merah ini juga tampak menutupi area atas dan bawah ekornya. Lalu warna hijau terdapat dihampir seluruh area tubuhnya seperti mahkota kepala, tengkuk, tenggorokan, dada, perut, punggung, sayap, dan tunggirnya. Persamaan burung Serindit Sangihe antara jantan dan betinanya mempunyai paruh berwarna hitam yang berukuran kecil dan agak bengkok dibagian atasnya. Kakinya yang berwarna kemerahan berukuran sedang dan tampak agak besar.

Sedangkan ciri kicauan burung yang dalam bahasa Inggris dipanggil Sangihe-hanging Parrot ini tergolong nyaring dengan volume yang tidak terlalu tinggi. Tempo kicauan yang dibunyikannya terdengar agak rapat dengan nada yang memekik dan tajam. Durasi kicauannya tidak terlalu lama hanya sekitar 12 detikan saja.

Nah, demikianlah ulasan seputar burung Serindit Sangihe yang habitatnya hanya terdapat di wilayah Indonesia. Untuk itu dengan membaca artikel ini sampai tuntas kiranya dapat menambah wawasan kita terkait ragam jenis burung yang belum umum dikenal tapi memiliki suara yang tak kalah nyaring dan merdu. Okey.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2011/10/30/serindit-sangihe/
2. https://omkicau.com/2017/01/14/serindit-sangihe-si-mungil-berbulu-hijau-yang-semakin-langka/

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:LoriculusCatameneKeulemans.jpg

Saturday, July 28, 2018

Lebih Dekat Mengenal Burung Ciung-air Coreng

Berbicara tentang jenis burung ocehan mungkin tidak hanya selalu terkait dengan burung Murai Batu, Kacer, ataupun Kenari saja. Hal ini dirasa wajar sebab ketiga jenis burung ocehan tersebut memang cukup sering terlihat menjadi burung peliharaan dan juga rutin diikutkan dalam berbagai ajang perlombaan. Hanya saja, masih banyak lagi jenis burung ocehan di Indonesia yang suara kicauannya tak kalah nyaring dan merdu di telinga. Adapun salah satunya berasal dari keluarga Timaliidae yakni burung Ciung-air Coreng.

Burung Ciung-air Coreng merupakan salah satu dari empat jenis burung Ciung-air yang tersebar di wilayah hutan Indonesia. Area di Indonesia yang terdapat populasi burung Ciung-air Coreng tergolong cukup luas yang meliputi daerah Kepulauan Anambas, Kepulauan Natuna, Pulau Banggi, Pulau Malawali, Kalimantan, Pulau Laut, Pulau Bangka dan Belitung, dan area barat serta tengah Pulau Jawa. Keberadaannya tidak hanya ada di Indonesia tapi juga tersebar di dua negara lainnya seperti Malaysia dan Filipina. Walaupun area persebarannya hanya terpusat di tiga negara saja tapi jumlah sub-spesiesnya terglong lumayan banyak yang meliputi Zopherus, Everetti, Zaperissus, Argenteus, Cagayanensis, Bornensis, Montanus, dan Javanicus.
Ilustrasi Burung Ciung-air Coreng yang bernama latin Macronus bornensis
Selain itu, burung mungil yang berasal dari keluarga Timaliidae ini ini umumnya tersebar cukup merata mulai di dataran rendah sampai perbukitan yang ketinggian nya hanya sekitar 1000 meter di atas permukaan laut. Area alam liar yang ditempatinya pun cukup bervariasi seperti hutan tropis, hutan meranggas, area hutan bambu, dan perkebunan yang sering didatangi orang-orang. Kebiasaan yang dilakukan saat mencari makanan seringnya berada di atas tanah sambil mematuki dedaunan kering yang gugur. Begitu juga dengan menu makanan yang rutin disantapnya juga lumayan beragam baik itu serangga yang berukuran kecil sampai sedang dan buah-buahan. Musim kawin yang biasa dijalaninya terjadi sekitar bulan Februari hingga Juli dengan jumlah telur yang bisa dierami indukannya sebanyak lima butir.

Sebelum mengulas tentang ciri fisiknya perlu kita ketahui terlebih dahulu terkait ciri suara kicauan yang dibunyikannya. Ya, suara kicauan burung Ciung-air Coreng tergolong lumayan nyaring terdiri dari tiga sampai empat nada. Volume kicauannya tidak terlalu tinggi dengan tempo yang lumayan rapat. Hanya saja, nada suara yang dibunyikannya tergolong monoton dan tidak terlalu aktif berkicau.
Baca Juga:
Nah, setelah membahas ciri suara kicauannya maka kali ini kita membahas ciri fisiknya yang berukuran kecil dengan panjang hanya sekitar 13 cm saja. Ciri fisik lainnya bisa dibaca uraiannya di bawah ini:

  1. Berwarna cokelat berangan tampak menutupi bagian atas tubuhnya mulai dari atas kepala, tengkuk, keseluruhan punggung, sayap, dan ekornya.
  2. Berwarna hitam keabu-abuan bergaris hanya terlihat dibagian sisi wajah dan area bawah tubuhnya.
  3. Warna putih krim terlihat menutupi area tenggorokan, dada, perut, hingga tunggirnya.
  4. Warna cokelat terdapat diseluruh area bawah tubuhnya berupa garis-garis tebal yang agak melengkung.
  5. Paruhnya yang berwarna hitam berukuran sedang dan sedikit agak melengkung ke bawah dibagian ujungnya.
  6. Matanya yang berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan sorot yang lumayan tajam.
  7. Ekornya yang berwarna kecokelatan berukuran agak panjang dan lumayan lebar dengan bulu-bulu yang bisa dikembangkan.
  8. Lalu kakinya berwarna hitam kecokelatan yang berukuran sedang dan terlihat agak kurus.

Yup, sampai sinilah ulasan seputar burung Ciung-air Coreng yang hanya tersebar ditiga negara di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hanya saja, mengingat belum banyaknya yang mengenal burung Ciung-air Coreng mungkin akan sulit untuk mencarinya di pasar burung. Untuk itu, bagi Anda yang tertarik bisa mencari rekaman suara kicauannya yang ada di internet. Terimakasih.

Referensi Tulisan:
http://www.kutilang.or.id/2014/04/04/ciung-air-coreng-2/
https://www.hbw.com/species/bold-striped-tit-babbler-mixornis-bornensis

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Macronus_bornensis_everetti_1902.jpg 

Friday, July 27, 2018

Remetuk Bakau, Si Burung Ocehan Mungil Yang Bersuara Nyaring

Jenis burung Remetuk Laut termasuk salah satu jenis burung ocehan yang suara kicauannya terdengar lumayan nyaring dan merdu. Kicauan nyaring dibunyikannya tidak hanya enak didengarkan tapi juga sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk memaster jenis burung ocehan lainnya yang hendak diperlombakan. Selain itu, ukuran tubuh burung Remetuk Bakau sangatlah kecil yang mirip burung Pleci dan Cabai. Hanya saja, di antara para penghobies biasanya tidak terlalu mengenalnya. Hal ini dikarenakan area persebarannya di Indonesia yang hanya terdapat dibagian beberapa daerah saja. Untuk itu penulis pun tertarik mengulasnya lebih jauh lagi agar semakin banyak yang mengenalinya.

Burung Remetuk Bakau merupakan salah satu dari enam jenis burung Remetuk yang mendiami area hutan Indonesia. Keberadaannya di Indonesia tidaklah tersebar luas yang hanya terdapat dibagian tanah Papua saja. Daerah di tanah Papua yang menjadi habitatnya berada di area teluk Triton (bagian pesisir selatan Papua) dan Sungai Mimika hingga ke area wilayah Port Moresby. Selain itu, populasi burung Remetuk Bakau pun juga dapat ditemukan dibeberapa daerah di Australia mulai dari bagian utara Western, Groote Eylandt, Pulau Mornington, area utara Queensland, dan wilayah Sydney.
Burung Remetuk Bakau
Disamping itu, jumlah sub-spesies burung Remetuk Bakau sangat lah sedikit yang hanya sebanyak tiga jenis saja dengan salah satu di antaranya terdapat di Indonesia. Sewaktu berada di alam liar biasanya burung mungil ini mendiami area dataran rendah yang tidak jauh dari aliran sungai. Area dataran rendah yang terdapat populasinya berupa hutan mangrove dan semak belukar yang masih terdapat pepohonannya. Selain itu, kebiasaan yang dilakukan sewaktu mencari makanan seringnya bergerak secara berkelompok dalam jumlah kecil untuk memburu serangga seperti semut, tawon, dan jangkrik. Hanya saja, sangat sedikit informasi yang memuat seputar musim kawin dan jumlah telur yang dierami indukannya.
Baca juga:
Dikatakan pada paragraf awal bahwa burung yang bernama latin Gerygone Levigaster ini dikenal sebagai jenis burung ocehan bersuara nyaring. Ya, suara kicuaun yang dibunyikannya memang terdengar lumayan nyaring dengan tempo yang cukup rapat. Volume kicauannya juga agak tinggi yang iramanya cukup teratur saat menaik-turunkan nada suaranya. Selain itu, nada suaranya terdengar seperti cuitan yang dibunyikan secara berulang-ulang dengan durasi hampir satu menitan.
Nah, untuk ciri fisiknya juga telah disinggung pada paragraf pembuka bahwa memiliki ukuran tubuh yang amat kecil dengan panjang maksimal hanya sekitar 10 cm saja. Dan ciri fisik lainnya bisa dibaca ulasannya di bawah ini:

  1. Berwarna cokelat keabu-abuan yang menutupi bagian atas mahkota kepala, punggung, sayap, sisi wajah, dan ekornya.
  2. Tampak juga warna putih keabu-abuan yang terdapat dibagian atas mata berupa alis tebal, tenggorokan, dada, perut, hingga tunggirnya.
  3. Paruhnya tampak berwarna hitam yang berukuran sedang dan terlihat lumayan tebal. 
  4. Matanya yang berwarna hitam kecokelatan memiliki sorot yang lumayan tajam.
  5. Ekornya yang berwarna kecokelatan berukuran sedang yang bulu-bulunya tidak terlalu lebar.
  6. Kakinya tampak berwarna hitam pekat yang berukuran sedang dengan kuku-kuku yang lumayan tajam.

Yup, menarik bukan penjelasan tentang burung Remetuk Bakau yang tidak hanya berukuran kecil tapi juga memiliki suara kicauan yang nyaring. Akan tetapi, mengingat habitatnya yang hanya tersebar di Pulau Papua dan sekitarnya saja maka ada baiknya kita tidak perlu memeliharanya agar kelestariannya di alam liar tetap terjaga. Terimakasih.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2013/03/06/remetuk-bakau/
2. https://www.hbw.com/species/mangrove-gerygone-gerygone-levigaster
3. https://omkicau.com/2015/02/17/gambar-dan-suara-kicauan-merdu-enam-jenis-burung-remetuk/

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Gerygone_levigaster_levigaster_1.jpg

Sunday, June 3, 2018

Kacamata Wallacea, Si Burung Ocehan Endemik yang Berukuran Kecil

Berbicara tentang burung Kacamata mungkin hampir setiap dari para pembaca sudah mengenal ataupun sedang memeliharanya di rumah. Ya, jenis burung Kacamata yang dikenal memiliki lingkaran putih dibagian matanya ini tergolong jenis burung ocehan yang suara kicauannya amat merdu dan nyaring. Kemerduan suara kicauannya tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk memaster burung ocehan lain tapi juga mampu mengalahkan jenis burung lain di area perlombaan. Selain itu, jenis burung Kacamata yang tersebar di Indonesia termasuk lumayan beragam yang beberapa di antaranya tergolong burung endemik. Karenanya penulis pun tertarik untuk mengenalkan salah satu jenis burung Kacamata yang hanya berhabitat di wilayah hutan kita. Adapun nama burung tersebut adalah burung Kacamata Wallacea.

Burung Kacamata Wallacea merupakan salah satu dari 24 jenis burung Kacamata yang berasal dari keluarga Zosteropidae. Sebagai burung endemik bahwa area persebarannya tidaklah merata yang hanya terpusat di kawasan Nusa Tenggara saja. Daerah di Nusa Tenggara yang menjadi rumah bagi burung mungil ini diketahui terdapat di Sumbawa, Komodo, Rinca, Besar, Flores, Lomblen, dan Sumba. Hanya saja, terkait dengan jumlah sub-spesiesnya tidak diketahui secara pasti dikarenakan minimnya informasi yang membahas tentang burung Kacamata Wallacea.
Burung Kacamata Wallacea
From: © Yann Muzika 
Sedangkan area alam liar yang terdapat populasi burung Kacamata Wallacea banyak tersebar di kawasan hutan perbukitan dan pegunungan yang ketinggiannya mencapai 1050 meter dpl. Area hutan pegunungan yang ditinggalinya juga cukup bervariasi seperti semak belukar kering, rumpun tumbuhan yang rimbun, pinggiran hutan, hutan sekunder, hutan sekunder, lahan budidaya yang masih terdapat pepohonan, dan area hutan yang telah rusak. Selain itu, jenis makanan yang disantapnya tergolong sama dengan jenis Kacamata lainnya yang berupa buah-buahan kecil dan nektar bunga. Begitu juga dengan musim kawin yang dijalani berlangsung antara bulan April hingga Oktober.
Baca juga:
Adapun ciri fisik burung Zosterops Wallacei yang dipanggil dalam bahasa latin ini memiliki ukuran tubuh yang lumayan kecil dengan panjang hanya sekitar 11.5 cm saja. Selain itu, ciri fisik lainnya bisa dibaca ulasannya di bawah ini:

  1. Berwarna kuning muda yang hanya tampak dibagian mahkota kepala, tengkuk, sisi wajah, dan tenggorokannya saja.
  2. Berwarna hijau zaitun kekuningan yang terlihat dibagian punggung, sayap, tunggir, dan ekornya.
  3. Berwarna putih yang terdapat dibagian dada dan perutnya saja.
  4. Berwarna oranye yang hanya tampak dibagian depan wajah dekat pangkal paruhnya.
  5. Matanya yang berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dan tidak memiliki lingkar mata yang berwarna putih.
  6. Paruhnya yang berwarna hitam pekat berukuran sedang dan terlihat agak tebal.
  7. Ekornya yang berwarna hijau zaitun kekuningan berukuran sedang yang terdiri dari beberapa helai bulu yang tidak terlalu lebar.
  8. Kakinya yang berwarna hitam pekat berukuran sedang dengan cakar yang tajam.

Nah, setelah mengulik tentang karakter fisik burung Kacamata Wallacea maka kita pun perlu juga mengetahui terkait suara kicauannya. Ya, suara burung Kacamata Wallacea lumayan nyaring dan merdu yang ngerol. Volume kicauannya terdengar agak tinggi dengan tempo yang cukup rapat tapi tidak sampai seperti suara crecetan. Nada kicauannya amat berirama dengan nada naik-turun yang dibunyikan secara beraturan. Selain itu, suara ngerol yang dibunyikannya memiliki nada yang pendek dan terdengar secara terus-menerus dengan durasi sekitar setengah menitan.

Begitulah penjelasan ringkas seputar burung Kacamata Wallacea yang hanya berhabitat di Nusa Tenggara dengan suara kicauan yang merdu. Hanya saja, mengingat penyebaran populasinya yang cukup terbatas maka ada baiknya memang kita tidak perlu memaksakan untuk menangkap ataupun memeliharanya agar kelestariannya tetap terjaga. Tentunya bagi Anda yang tertarik dengan suara kicauannya maka bisa mengunduh audio suaranya yang terdapat di internet. Okey.

Referensi Tulisan:
https://omkicau.com/2016/01/22/pleci-wallacea-burung-endemik-ntb-bersuara-ngerol-dan-lantang/
http://www.kutilang.or.id/2011/11/28/kacamata-wallacea/
https://www.hbw.com/species/yellow-spectacled-white-eye-heleia-wallacei

Referensi Gambar:
http://orientalbirdimages.org/search.php?Bird_ID=1392

Saturday, June 2, 2018

Opior Jambul, Si Burung Ocehan Endemik yang Berukuran Kecil

Berbicara tentang burung Opior Jambul mungkin belum banyak di antara para pembaca yang belum pernah melihatnya. Ya, burung Opior Jambul memang tidak seperti jenis burung ocehan lainnya yang daerah persebarannya cukup merata. Sebab area persebarannya diketahui hanya terdapat di Indonesia dan terletak dibeberapa daerah saja. Walaupun demikian, suara kicauan burung Opior Jambul tergolong cukup merdu dan nyaring dengan ukuran tubuh yang lumayan kecil. Karenanya penulis pun tertarik untuk menguliknya lebih jauh lagi agar semakin banyak yang mengenalnya.

Burung Opior Jambul merupakan salah satu burung Opior yang berasal dari keluarga Zosteropidae. Sebagai burung endemik yang area persebarannya hanya diketahui terdapat di kawasan Nusa Tenggara saja. Daerah di Nusa Tenggara yang dihuni kawanan burung Opior Jambul tersebar di Sumbawa, Satonda, dan Flores saja. Selain itu, jumlah sub-spesiesnya pun sangatlah sedikit yang terdiri dari dua jenis yang meliputi dohertyi dan subcristatus. Mengingat terbatasnya area persebaran burung Opior Jambul mungkin itu bisa menjadi alasan banyak yang masih belum mengenal ataupun melihatnya.
Burung Opior Jambul
Disamping itu, burung Opior Jambul diketahui mendiami area perbukitan dan pegunungan dengan rentang ketinggian antara 300 sampai 1400 meter dpl. Area alam liar yang dtempatinya berupa hutan sekunder, hutan yang telah rusak, hutan perdu, dan lahan budidaya yang ditumbuhi pepohonan. Selain itu, musim kawin yang dijalaninya biasanya berlangsung sekitar bulan Juli hingga Agustus di Sumbawa dan Februari hingga Oktober di Flores dengan jumlah telur sekitar dua butir.
Baca juga:
Adapun karakter fisik burung Lophozosterops dohertyi yang dipanggil dalam bahasa latin ini tergolong sangat kecil dengan panjang hanya sekitar 12 cm saja. Selain itu, ciri fisik lainnya bisa dibaca penjelasannya di bawah ini:

  1. Berwarna cokelat tua yang tampak dibagian mahkota kepala, belakang punggung, sayap, dan ekornya. Pada bagian mahkota kepalanya ditumbuhi bulu yang berukuran agak panjang mirip jambul tapi tidak terlalu mencolok.
  2. Berwarna abu-abu kehitaman yang hanya terlihat dibagian tengkuk, pangkal punggung, dan pangkal sayapnya saja.
  3. Berwarna putih kusam yang hanya terdapat dibagian belakang mata berupa garis tebal yang tidak terlalu panjang.
  4. Berwarna kuning muda yang tampak menutupi bagian tenggorokan, dada, perut, hingga tunggirnya.
  5. Matanya yang berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan sorot yang cukup tajam.
  6. Paruhnya yang berwarna hitam berukuran sedang yang terlihat agak tebal.
  7. Ekornya yang berwarna kecokelatan juga berukuran sedang yang terdiri dari beberapa helai bulu yang tidak terlalu lebar.
  8. Lalu kakinya berwarna merah muda kecokelatan yang berukuran sedang dengan cakar yang tajam.

Nah, setelah membahas karakter fisik burung Opior Jambul maka kita pun perlu juga mengetahui terkait ciri suara kicauannya. Ya, suara burung Opior Jambul lumayan nyaring dan agak melengking di telinga. Volume kicauannya tergolong agak tinggi dengan tempo yang lumayan rapat. Nada kicauannya cukup berirama dengan suara mirip siulan yang berbunyi secara terus-menerus yang berdurasi sekitar setengah menit. Walaupun demikian, suara kicauannya tetap terdengar lantang dan tajam.

Okey, menarik bukan penjelasan seputar burung Opior Jambul yang hanya berhabitat di kawasan Nusa Tenggara saja dengan suara kicauan yang cukup merdu dan nyaring. Tentunya dengan dibacanya artikel ini hingga tuntas kiranya dapat membuat lebih mengenal secara mendalam tentang burung Opior Jambul. Terimakasih.

Referensi Tulisan:
http://www.kutilang.or.id/2011/12/14/opior-jambul/
https://www.hbw.com/species/crested-white-eye-heleia-dohertyi#Descriptive_notes

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Crested_Ibon.jpg

Kancilan Flores, Si Burung Ocehan Endemik yang Bersuara Merdu

Jenis burung Kancilan tergolong jenis burung ocehan yang sudah lazim dikenal orang-orang memiliki suara kicauan yang merdu. Kemerduan suara kicauannya terdengar tidak kalah menarik dibandingkan jenis burung ocehan yang sudah umum kita kenal selama ini. Selain itu, jenis pun yang terdapat di wilayah hutan Indonesia tergolong lumayan banyak dan beberapa di antara termasuk burung endemik yang keberadaannya tidak ditemukan di negara lain. Untuk itu penulis pun coba mengenalkan salah satu jenis burung Kancilan yang hanya berhabitat di Indonesia tapi memiliki kualitas suara kicauan yang merdu. Dan nama burung Kancilan tersebut adalah burung Kancilan Flores.

Burung Kancilan Flores merupakan salah satu jenis burung endemik yang berasal dari keluarga Pachycephalidae. Area persebarannya diketahui hanya tersebar di kawasan Nusa Tenggara Barat yang meliputi di daerah Sumbawa dan Flores. Selain itu, jumlah sub-spesiesnya pun tergolong sedikit yang terdiri dari dua jenis yakni ilsa dan nudigula. Mengingat terbatasnya area persebaran burung Kancilan Flores mungkin hal itu yang menyebabkan banyak yang belum pernah melihatnya.
Ilustrasi Burung Kancilan Flores
Disamping itu, biasanya burung Kancilan Flores tersebar di kawasan hutan perbukitan dengan rentang ketinggian 200 sampai 1730 meter dpl. Area alam liar yang dihuninya terletak cukup jauh dari pemukiman masyarakat seperti hutan primer, hutan sekunder, hutan basah, dan hutan pegunungan. Selain itu, jenis makanan yang rutin dicarinya berupa aneka serangga kecil dan termasuk laba-laba di dalamnya. Musim kawin yang dijalani burung Kancilan Flores terjadi sekitar bulan Mei hingga Juli tapi tidak diketahui secara pasti terkait jumlah telur dan bentuk sarangnya.
Baca juga:
Adapun ukuran fisik burung Pachycephala nudigula yang dipanggil dalam bahasa latin ini tidak terlalu besar dengan panjang hanya sekitar 19 cm saja. Selain itu, ciri fisik lainnya bisa dibaca ulasannya dibawah ini:

  1. Berwarna hitam yang tampak dibagian mahkota kepala, sisi wajah, pangkal tenggorokan, pangkal dada, dan ekornya. 
  2. Berwarna hijau tua zaitun yang menutupi bagian tengkuk, punggung, dan sayapnya.
  3. Berwarna merah tua yang hanya tampak dibagian tenggorokannya saja.
  4. Berwarna kuning tua zaitun tampak dibagian dada, perut, hingga tunggirnya.
  5. Matanya yang berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan sorot yang agak tajam.
  6. Paruhnya yang berwarna hitam juga berukuran sedang tapi saat berkicau mampu membuka paruh dengan ukuran yang lumayan lebar mirip burung Jalak.
  7. Ekornya berukuran sedang yang terdiri dari beberapa helai bulu yang tidak terlalu lebar.
  8. Lalu kakinya yang berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan cakar yang tajam.

Nah, setelah membicarakan karakter fisik burung Kancilan Flores maka kita pun juga perlu mengenali ciri suara kicauannya. Ya, suara burung Kancilan Flores lumayan nyaring dan agak melengking ditelinga. Volume kicauannya tidak terlalu tinggi dengan tempo yang cukup rapat tapi tidak sampai seperti suara crecetan. Nada kicauannya cukup berirama yang terdengar mirip suara cucuran air yang dibunyikan secara terus-menerus dengan durasi hingga hampir satu menitan. Walaupun demikian, suara kicauannya juga terdengar cukup lantang dan tajam.

Okey, tidak banyak lagi yang bisa dituliskan seputar burung Kancilan Flores yang berhabitat hanya di kawasan NTB saja. Selain itu dengan mendengar bunyi nyaring suara kicauannya maka di antara kita mungkin ada yang tertarik untuk memeliharanya. Hanya saja, keberadaannya di pasar burung ocehan tergolong masih sangat jarang maka solusinya tentu Anda dapat mengunduh audio suaranya yang tersedia di internet. Terimakasih.

Referensi Tulisan:
http://www.kutilang.or.id/2012/06/20/kancilan-flores/
https://www.hbw.com/species/bare-throated-whistler-pachycephala-nudigula

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Lophozosterops_superciliaris,_Heleia_crassirostris_%26_Pachycephala_nudigula_1897.jpg

Friday, June 1, 2018

Lebih Dekat Mengenal Burung Manyar Tempua

Berbicara tentang jenis burung Manyar mungkin sudah banyak di antara kita yang telah mengenal ataupun sering melihatnya di alam liar. Ya, jenis burung Manyar memang salah satu jenis burung ocehan yang keberadaannya cukup sering tampak di sekitar kita terutama di daerah yang banyak persawahannya. Selain itu, orang-orang yang mengenalnya biasanya menganggap sebagai burung hama dikarenakan kerab mencuri bulir padi yang masih tertanam di sawah. Walaupun demikian, jenis burung Manyar juga memiliki suara kicauan yang lumayan merdu dan ahli dalam merangkai sangkar dengan ukuran lumayan besar. Untuk itu penulis pun coba mengenalkan salah satu jenis di antaranya agar kita dapat semakin mengetahuinya. Dan nama burung Manyar tersebut adalah burung Manyar Tempua.
Burung Manyar Tempua
Burung Manyar Tempua merupakan salah satu dari tiga jenis burung Manyar yang berasal dari keluarga ploceidae. Area persebarannya lumayan cukup luas yang mencakup dibanyak negara kawasan Asia seperti Nepal, Pakistan, India, Tiongkok, Sri Lanka, Bhutan, Bangladesh, Myanmar, Laos, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Daerah di wilayah hutan Indonesia yang terdapat populasi burung Manyar Tempua banyak terlihat di Sumatera, Pulau Nias, Jawa, dan Bali. Selain itu, jumlah sub-spesiesnya sebanyak lima jenis yang salah satu di antaranya hanya mendiami daerah di Indonesia dan beberapa negara lainnya di Asia Tenggara.
Sangar yang dirangkai burung Manyar Tempua
Disamping itu, area alam liar yang menjadi habitat burung Manyar Tempua tersebara merata di dataran rendah hingga perbukitan yang ketinggiannya sekitar 1000 meter dpl. Area alam liar yang ditinggalinya berupa kawasan terbuka yang tidak terlalu banyak pepohonannya. Biasanya saat mencari makanan bergerak secara bergerombol dalam jumlah besar dengan mendatangi area persawahan yang sedang memasuki masa panen. Jenis makanannya hanya berupa biji-bijian yang banyak terdapat disekitar pemukiman masyarakat. Selain itu, burung Manyar Tempua dikenal cukup piawai dalam merajut sangkarnya yang berukuran cukup besar dengan menggantungkan dibagian ranting pohon. Sarangnya berbentuk memanjang yang bentuknya mirip kendi atau tabaung dengan pintu masuk dibagian bawahnya.
Baca juga:
Adapun ukuran burung Ploceus philippinus yang dipanggil dalam bahasa latin ini tergolong sedang dengan panjang sekitar 15 cm. Selain itu, ciri fisik lainnya bisa dibaca ulasannya di bawah ini:

  1. Berwarna kuning muda cerah yang tampak dibagian mahkota kepala, sisi belakang wajah, pangkal punggung, dan dadanya.
  2. Berwarna cokelat kehitaman yang terlihat dibagian sisi wajah, tengkuk, tenggorokan, belakang punggung, sayap, ssi samping perut, dan ekornya.
  3. Berwarna abu-abu krim yang hanya terdapat dibagian perut hingga tunggirnya.
  4. Matanya berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan sorot yang agak tajam.
  5. Paruhnya yang berwarna hitam mirip burung Bondol atau pipit yang berukuran agak besar dan tebal.
  6. Ekornya berukuran sangat pendek yang hanya terdiri dari beberapa helai bulu yang tidak terlalu lebar.
  7. Lalu kakinya yang berwarna kecokelatan berukuran sedang dengan cakar yang tajam.

Nah, setelah membahas tentang karakter fisik burung Manyar Tempua maka kita pun perlu mengenal ciri saura kicauannya. Ya, suara burung Manyar Tempua tergolong lumayan nyaring dan agak melengking di telinga. Volume kicauannya tergolong agak tinggi dengan tempo yang cukup rapat yang mirip suara crecetan. Irama suaranya terdengar seperti tidak beraturan dengan nada serak yang memekik saat dibagian tengah kicauan.

Okey, begitulah kiranya penjelasan tentang burung Manyar Tempua yang tidak hanya rajin berkicau tapi juga piawai dalam merangkai sangkar dengan ukuran yang lumayan besar dan unik. Semoga dengan adanya artikel ini dapat semakin menambah wawasan kita terkait ragam jenis burung ocehan yang masih jarang dipelihara banyak orang. Terimakasih.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2011/09/16/manyar-tempua/
2. https://www.hbw.com/species/baya-weaver-ploceus-philippinus
3. https://omkicau.com/2014/03/26/tiga-jenis-burung-manyar-untuk-masteran/3/

Referensi Gambar:
1. https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Baya_Weaver_(Ploceus_philippinus)-_Male_W2_IMG_0709.jpg
2. https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Baya_Weaver_(Ploceus_philippinus)-_Male_W_IMG_0727.jpg

Thursday, May 31, 2018

Sikatan Mugimaki, Si Burung Ocehan Migrasi yang Bersuara Merdu

Jenis burung Sikatan yang sering dipanggil dengan nama Tledekan ini tergolong jenis burung ocehan yang lazim dipelihara orang-orang dan diikutkan dalam berbagai ajang perlombaan. Hanya saja, jenis burung Sikatan yang dipelihara biasanya berhabitat asli di wilayah hutan kita. Padahal ada juga jenis burung Sikatan rutin bermigrasi ke wilayah hutan kita tapi mempunyai suara kicauan yang tak kalah merdu dan nyaring. Karenanya, penulis pun coba mengenalkan salah satu di antaranya agar kita semua bisa lebih mengetahuinya. Dan nama burung Sikatan tersebut adalah burung Sikatan Mugimaki.

Burung Sikatan Mugimaki merupakan salah satu jenis burung migrasi yang berasal dari keluarga Muscicapidae. Area persebaran yang menjadi habitat aslinya untuk berkembangbiak berada di kawasan Siberia, Tiongkok, Mongolia, Rusia, Korea. Selain itu, saat habitat aslinya sedang akan memasuki musim dingin biasanya kawanan burung Sikatan Mugimaki pergi bermigrasi sementara waktu menuju ke negara-negara yang beriklim tropis ataupun sedang tidak dilanda hujan salju seperti bagian tenggara Tiongkok, Filipina, Indonesia, dan beberapa negera lainnya di Asia Tenggara. Selain itu juga, daerah di Indonesia yang dijadikan rumah sementara bagi burung Sikatan Mugimaki banyak terdapat di kawasan Sunda Besar hingga Sulawesi.
Burung Sikatan Mugimaki 
Disamping itu, biasanya saat berada di alam liar burung Ficedula Mugimaki yang dipanggil dalam bahasa latin ini bergerak secara sendirian atau dalam kelompok kecil. Biasanya jenis makanan yang disantapnya cukup bervariasi baik itu jangkrik, ulat, kroto, buah-buahan, dan juga hewan invetebrata selain serangga. Hanya saja, mengingat kawasan hutan Indonesia bukanlah menjadi habitat aslinya sehingga tidak diketahui pasti terkait waktu berkembangbiak dan jumlah telur yang dieraminya.
Baca juga:
Adapun ciri fisik burung Sikatan Mugimaki terlihat tidak jauh beda dari jenis burung Sikatan lainnya yang berukuran sekitar 13 cm saja. Selain itu, terdapat perbedaan corak warna yang cukup mencolok antara jantan dan betinanya yang penjelasannya sebagai berikut:
1. Burung Sikatan Mugimaki jantan:
  • Berwarna hitam agak kusam yang menutupi bagian atas tubuhnya seperti mahkota kepala, sisi wajah, punggung, sayap, dan ekornya.
  • Berwarna putih yang terlihat dibagian atas matanya berupa garis panjang, pangkal dan tengah sayap, area belakang perut, hingga ke tunggirnya.
  • Berwarna jingga tua yang tampak dibagian tenggorokan, dada, dan pangkal perutnya.
  • Matanya berwarna hitam kecokelatan yang berukuran sedang dengan sorot yang tidak terlalu tajam.
  • Paruhnya berwarna hitam yang berukuran sedang dan terlihat agak tebal.
  • Kakinya berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan cakar yang tajam.

2. Burung Sikatan Mugimaki betina:
  • Berwarna cokelat kusam yang tampak dibagian mahkota kepala, sisi wajah, tengkuk, punggung, sayap, dan ekornya.
  • Berwarna jingga tua yang terdapat dibagian tenggorokan, dada, dan perutnya.
  • Berwarna putih polos yang hanya tampak dibagian perut dan tunggirnya saja.
Nah, setelah membicarakan karakter fisik burung Sikatan Mugimaki maka kita pun perlu mengenal ciri suara kicauannya. Ya, suara burung Sikatan Mugimaki lumayan nyaring dengan adanya getaran yang cukup lembut terdengar di telinga. Volume kicauannya tidak terlalu tinggi dengan tempo yang agak cepat. Nada kicauannya berupa: “trrrr...trrrr” yang diselingi dengan suara: “tii....tiii” secara terus-menerus dalam durasi sekitar setengah menitan.

Yup, walaupun burung Sikatan Mugimaki bukan burung penetap di wilayah hutan Indonesia tapi suara kicauannya juga terdengar lumayan merdu dan nyaring. Akan tetapi bagi yang tertarik untuk memeliharanya tentu cukup kesulitan memperolehnya dikarenakan keberadaannya cukup jarang terlihat di pasar burung ocehan. Karenanya Anda pun bisa mengunduh audio suaranya yang tersedia di internet. Terimakasih.

Referensi Tulisan:
http://www.kutilang.or.id/2013/03/12/sikatan-mugimaki/
https://www.hbw.com/species/mugimaki-flycatcher-ficedula-mugimaki
https://omkicau.com/2014/06/22/sikatan-mugimaki-si-mungil-yang-membuat-penasaran-kicaumania/

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Ficedula_mugimaki_2_-_Khao_Yai.jpg

Wednesday, May 30, 2018

Mengulik Lebih Jauh Tentang Burung Philentoma Sayap-merah

Berbicara tentang burung Philentoma Sayap-merah mungkin hanya sedikit dari pembaca yang pernah melihatnya secara langsung di alam liar. Ya, hal ini pun wajar karena memang hampir tidak ada yang memelihara atau melihatnya di pasar burung ocehan. Walaupun demikian, suara kicauannya terdengar mengalun merdu yang tak kalah bagus dibandingkan jenis burung ocehan yang sudah umum kita kenal. Begitu juga, dengan area persebarannya yang diketahui hanya terbatas di wilayah Asia Tenggara saja. Karenanya penulis pun tertarik untuk menguliknya lebih jauh lagi agar kita semakin mengenal burung Philentoma Sayap-merah.
Ilustrasi Burung Philentoma Sayap-merah
Burung Philentoma Sayap-merah merupakan salah satu jenis burung ocehan yang hanya memiliki dua jenis dan berasal dari keluarga Platysteiridae. Telah dikatakan bahwa area persebarannya hanya terpusat di kawasan Asia Tenggara yang meliputi negara Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesa saja. Selain itu, daerah di kawasan hutan Indonesia yang terdapat populasi burung Philentoma Sayap-merah tersebar mulai dari Sumatera, Kalimantan, dan Kepulauan Natuna. Dan juga, jumlah sub-spesiesnya tergolong sangatlah sedikit yang hanya dua jenis yakni pyrhoptera dan dubia.

Sedangkan kehidupan burung Philentoma Pyrhoptera yang dipanggil dalam bahasa latin ini berada di perbukitan dan pegunungan dengan rentang ketinggian bisa mencapai 1600 meter dpl. Area alam liar yang dihuninya pun berupa hutan primer, hutan sekunder, hutan kerangas, dan hutan rawa-gambut yang letaknya cukup jauh dari pemukiman masyarakat. Saat mencari makanan seringnya bergerak aktif dibagian lapisan tengah ataupun bawah hutan dengan menyantap hewan invetebrata termasuk serangga. Selain itu, waktu berkembangbiak yang biasanya dijalani burung Philentoma Sayap-merah dilakukan sekitar bulan Februari hingga September.
Baca juga:
Disamping itu, ciri fisik burung Philentoma Sayap-merah ini tergolong sedang dengan panjang sekitar 16 cm. Selain itu, terdapat keunikan tentang perbedaan corak warna yang mencolok sesama jenis jantan yang berbeda sub-spesies yang penjelasannya sebagai berikut:
1. Burung Philentoma Sayap-merah jantan biasa:
  • Berwarna biru tua yang menutupi bagian mahkota kepala, sisi wajah, pangkal punggung, pangkal dan sisi pinggir sayap, tenggorokan, dan pangkal dada.
  • Berwarna cokelat tua terlihat dibagian belakang punggung, sayap, dan atas ekornya.
  • Berwarna abu-abu kecokelatan yang terlihat dibagian perut sampai tunggirnya.
  • Paruhnya yang berwarna hitam pekat berukuran sedang dan terlihat agak tebal.
  • Matanya yang berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan sorot yang agak tajam.
  • Ekornya berukuran agak panjang yang terdiri dari beberapa helai bulu yang agak lebar.

2. Burung Philentoma Sayap-merah jantan biru:
  • Berwarna biru tua yang tampak dihampir seluruh bagian tubuhnya mulai dari mahkota kepala, tengkuk, punggung, sayap, tenggorokan, dada, pangkal perut, dan sayapnya.
  • Berwarna biru tua kehitaman yang hanya terlihat dibagian sisi pinggir sayapnya saja.
  • Lalu berwarna putih yang berupa bercak diarea perut hingga tunggirnya.

3. Burung Philentoma Sayap-merah betina:
  • Berwarna biru muda yang tampak dibagian mahkota kepala, sisi wajah, tengkuk, dan area pangkal dadanya.
  • Berwarna cokelat tua yang terdapat dibagian punggung, sayap, dan ekornya.
  • Berwarna putih bercampur cokelat yang terlihat dibagian tenggorokan, dada, perut, hingga tunggirnya.
Nah, setelah membicarakan tentang ciri fisik burung Philentoma Sayap-merah maka kita pun juga perlu mengenali karakter suara kicauannya. Ya, suara burung Philentoma Sayap-merah lumayan nyaring dan agak melengking di telinga. Volume kicauannya tidak terlalu tinggi dengan tempo yang lumayan lambat dan terdengar mengalun lembut. Nada kicauan yang berupa: “tiu....hiiuuu” dibunyikan secara terus-menerus dengan karakter mirip siulan berirama panjang yang dimulai dari volume rendah hingga terus meninggi.

Yup, itulah kiranya yang bisa penulis sampaikan seputar burung Philentoma Sayap-merah yang habiatnya hanya tersebar di kawasan Asia Tenggara saja. Selain itu, mengngat masih sedikitnya yang mencoba memeliharanya maka ada baiknya memang kita tidak perlu memaksakan untuk merawatnya. Dan bagi Anda yang tertarik dengan suara kicauannya maka bisa mengunduhnya dari internet yang nantinya bisa dipergunakan untuk memaster atau memancing agar burung ocehan di rumah lebih aktif berkicau.

Referensi Tulisan:
http://www.kutilang.or.id/2013/03/06/philentoma-sayap-merah/
https://www.hbw.com/species/rufous-winged-philentoma-philentoma-pyrhoptera#Descriptive_notes

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Philentoma_pyrhoptera_1838.jpg

Tuesday, May 29, 2018

Cinenen Pisang, Si Burung Ocehan Mungil yang Bersuara Merdu

Jenis burung Cinenen yang tergolong ke dalam keluarga Sylviidae dikenal sebagai burung ocehan yang lumayan merdu dan nyaring. Hal ini diketahui dari mulai adanya yang berminat memelihara jenis burung Cinenen yang juga dimanfaatkan untuk memaster atau memancing agar burung ocehan lain lebih rajin berkicau. Selain itu, jenis burung Cinenen yang tersebar di wilayah hutan Indonesia tergolong lumayan banyak yang mencapai enam jenis dengan ukuran rata-rata cukup kecil atau mungil. Dan pada tulisan ini coba mengenalkan salah satu di antaranya agar kita semakin mengetahuinya. Adapun nama burung Cinenen tersebut adalah burung Cinenen Pisang.

Burung Cinenen Pisang merupakan salah satu jenis burung Cinenen yang area persebarannya lumayan luas yang terdapat diberbagai kawasan Asia. Negara-negara yang menjadi habitat bagi burung Cinenen Pisang terdiri dari negara Pakistan, India, Sri Lanka, Nepal, Myanmar, Bhutan, Bangladesh, Tiongkok, Laos, Vietnam, Thailand, Kamboja, Malaysia, dan Indonesia. Walaupun area persebarannya cukup luas tapi keberadaannya di wilayah hutan Indonesia hanya terdapat di Pulau Jawa saja. Mungkin karena itulah masih banyak di antara kita yang belum mengenal ataupun pernah melihatnya secara langsung di alam liar.
Burung Cinenen Pisang
Sedangkan keberadaan burung Cinenen Pisang yang terdapat di Indonesia banyak tersebar di area dataran tinggi dengan ketinggian mencapai 1500 meter dpl. Area alam liar yang menjadi rumahnya tergolong cukup luas yang meliputi hutan sekunder, hutan terbuka, dan pekarangan yang tidak jauh dari tempat tinggal masyarakat. Karakternya dikenal cukup aktif bergerak diantara semak belukar dan rimbunnya pepohonan. Biasanya jenis makanan yang rutin disantapnya berupa kroto serangga, ulat, jangkrik, kumbang, dan tempayak. Selain itu, burung Cinenen Pisang melakukan perkawinan berlangsung sekitar bulan April, September, dan Januari dengan jumlah telur sekitar tiga butir.
Baca juga:
Adapun ciri fisik burung Orthotomus sutorius yang dipanggil dalam bahasa latin ini lumayan kecil dengan panjang hanya mencapai 10 cm saja. Selain itu, ciri fisik lainnya bisa dibaca ulasannya dibawah ini:

  1. Berwarna merah karat tua yang hanya terdapat dibagian mahkota kepalanya. Pada bagian mahkota kepalanya ditumbuhi bulu-bulu tebal yang berukuran agak panjang.
  2. Berwarna hijau zaitun kecokelatan yang tampak dibagian punggung, sayap, dan ekornya.
  3. Berwarna abu-abu kusam yang terlihat mendominasi bagian tubuhnya seperti sisi wajah, tenggorokan, dada, perut, hingga tunggirnya.
  4. Matanya yang berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan sorot yang agak tajam.
  5. Paruhnya yang berwarna merah muda berukuran sedang dan terlihat agak tebal.
  6. Ekornya yang berwarna hijau zaitun berukuran agak panjang yang terdiri dari beberapa helai bulu yang agak lebar.
  7. Lalu kakinya yang berwarna merah muda berukuran sedang dengan cakar yang tajam.

Nah, setelah membahas tentang karakter fisik burung Cinenen Pisang maka kita juga perlu mengenal terkait ciri suara kicauannya. Ya, suara burung Cinenen Pisang tergolong nyaring dan agak melengking di telinga. Volume kicauannya juga lumayan tinggi dengan tempo yang cukup rapat atau terdengar seperti suara crecetan. Nada kicauannya berupa “te...ciii..tee...ciii” “ciuu....ciiuuu...ciuu” dan “tekk....tekkk” yang dibunyikan secara berulang-ulang dengan durasi di atas satu menitan.

Okey, begitulah penjelasan tentang burung Cinenen Pisang yang habitatnya hanya terdapat di wilayah Pulau Jawa saja. Untuk itu, agar kelestariannya tidak tertanggu di alam liar maka ada baiknya kita memang tidak perlu memaksakan untuk memeliharanya dengan menangkap dari hutan. Dan bagi Anda yang tertarik dengan ciri kicaunnya maka dapat mengunduh audio suaranya yang ada di internet. Terimakasih.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2012/02/06/cinenen-pisang/
2. http://bio.undip.ac.id/sbw/spesies/sp_cinenen_pisang.htm
3. https://www.hbw.com/species/common-tailorbird-orthotomus-sutorius

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Common_Tailorbird_(Orthotomus_sutorius)_in_Hyderabad,_AP_W_IMG_7561.jpg

Perenjak Rawa, Si Burung Ocehan Mungil yang Bersuara Merdu

Jenis burung Perenjak atau yang akrab dipanggil Ciblek tergolong bagian jenis burung ocehan yang sudah umum dikenal orang-orang. Hal ini dikarenakan suara kicauannya terdengar tak kalah merdu dan nyaring dibandingkan jenis burung ocehan yang biasanya dipelihara dan diikutkan dalam perlombaan. Selain itu, keberadaan jenis burung Perenjak yang ada di wilayah hutan Indonesia terdiri dari lima jenis dan hanya dua di antaranya yang lazim dikenal orang-orang seperti burung Perenjak Jawa dan Perenjak Gunung. Akan tetapi pada tulisan ini coba mengenalkan salah satu jenis burung Perenjak yang tidak terlalu banyak dikenali. Dan nama burung tersebut adalah burung Perenjak Rawa.

Burung Perenjak Rawa merupakan salah jenis burung Perenjak yang berasal dari keluarga Sylviidae. Area persebarannya tidak hanya terdapat di wilayah hutan Indonesia tapi juga tersebar dibanyak negara Asia lainnya seperti Pakistan, India, Tiongkok, Myanmar, Vietnam Taiwan, Laos, Kamboja, dan Malaysia. Selain itu, daerah di Indonesia yang dihuni kawanan burung Perenjak Rawa tersebar di Sumatera, Pulau Nias, Jawa, dan Kalimantan. Luasnya area persebarannya juga terkait dengan banyaknya jumlah sub-spesies yang mencapai tujuh jenis dan terdiri dari sindiana, flaviventris, delacouri, sonitans, rafflesi, halistona, dan latrunculus.
Burung Perenjak Rawa
Sedangkan area alam liar yang biasanya ditempati burung Perenjak Rawa tersebar merata baik di dataran rendah hingga perbukitan dengan ketinggian mencapai 900 meter dpl. Kawasan alam bebas yang banyak terdapat populasi burung Perenjak Rawa biasanya di rawa gelagah, padang rumput tinggi, dan semak belukar yang tidak terlalu banyak pepohonannya. Selain itu, karakternya dikenal cukup pemalu dengan lebih sering mengeluarkan bunyi suara dibandingkan menampakkan dirinya. Begitu juga dengan waktu berkembangbiaknya yang berlangsung dibulan Maret, Mei, November, dan Desember dengan jumlah telur maksimal sebanyak empat butir.
Baca juga:
Adapun ciri fisik burung Prinia Flaviventris yang dipanggil dalam bahasa latin ini tergolong lumayan kecil dengan panjang hanya sekitar 13 cm saja. Dan untuk ciri fisiknya lain bisa dibaca ulasannya di bawah ini:

  1. Berwarna abu-abu kehitaman yang hanya tampak dibagian mahkota kepala dan belakang matanya.
  2. Berwarna kuning zaitun kehijauan yang terlihat dibagian tengkuk, punggung, sayap, pangkal ekor, perut, dan tunggirnya.
  3. Berwarna hitam zaitun tua yang yang hanya menutupi bagian ekornya saja.
  4. Berwarna abu-abu agak kusam dibagian tenggorokan, sisi wajah, dan pangkal dadanya saja.
  5. Paruhnya yang berwarna hitam pekat berukuran sedang yang terlihat agak tebal.
  6. Matanya yang memiliki iris dengan corak warna cokelat tua berukuran sedang yang sorot tatapannya cukup tajam.
  7. Ekornya yang berwarna hitam zaitun berukuran lumayan panjang yang terdiri dari beberapa helai bulu yang agak lebar.
  8. Lalu kakinya yang berwarna kuning kecokelatan berukuran sedang dengan cakar yang tajam.

Nah, setelah mengulik tentang karakter fisik burung Perenjak Rawa maka kita juga perlu mengetahui terkait ciri suara kicauannya. Ya, suara burung Perenjak Rawa lumayan nyaring dan terdengar agak melengking di telinga. Volume kicauannya juga tergolong sedang dengan tempo yang lumayan rapat dan cenderung agak tergesa-gesa. Nada kicauannya berupa: “scink...scinkk...scinkkk” yang dibunyikan dengan irama cukup teratur. Hanya saja, secara umum suara kicauannya tergolong monoton yang walaupun terdengar lumayan lantang dan tajam.

Yup, begitulah penjelasan seputar burung Perenjak Rawa yang kualitas suaranya tidak kalah nyaring dibanding burung Perenjak lainnya yang umum kita kenal. Untuk itu, bagi Anda yang tertarik dengan burung Perenjak Rawa maka tak ada salahnya mencarinya di pasar burung ocehan untuk dipelihara. Akan tetapi bila cukup sulit menemukannya di pasar burung maka bisa mengunduh audio suara yang banyak terdapat di internet. Terimakasih.

Referensi Tulisan:
1. http://bio.undip.ac.id/sbw/spesies/sp_perenjak_rawa.htm
2. https://www.hbw.com/species/yellow-bellied-prinia-prinia-flaviventris
3. http://www.kutilang.or.id/2012/02/07/perenjak-rawa/

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Yellow-bellied_Prinia_-_Taiwan_S4E9702_(17133168450).jpg

Monday, May 28, 2018

Mengenal Lebih Dekat Burung Tukik Tikus

Berbicara tentang jenis burung Pelatuk mungkin sebagian besar dari para pembaca sekalian sudah mengenal ataupun pernah melihatnya. Ya, jenis burung Pelatuk yang dikenal akrab dalam film kartun Woody Woodpecker diketahui memiliki jambul panjang berwarna merah dengan paruh panjang yang dipergunakan untuk mematuki batang pohon sebagai sarangnya. Selain itu, jenis burung Pelatuk yang terdapat di wilayah hutan Indonesia tergolong lumayan banyak dengan ukuran mulai kecil sampai besar. Hanya saja, pada tulisan ini coba mengenalkan salah satu jenis burung Pelatuk yang ukuran tubuhnya sangat kecil. Dan nama burung tersebut adalah burung Tukik Tikus.

Burung Tukik Tikus merupakan salah satu jenis burung Pelatuk yang berasal dari keluarga Picidae. Area persebaran burung Tukik Tikus diketahui hanya terbatas di kawasan Asia Tenggara yang meliputi negara Myanmar, Thailand, dan Indonesia saja. Selain itu, daerah di Indonesia yang terdapat populasi burung pelatuk mungil ini tersebar di Sumatera, Belitung, Pulau Nias, Kalimantan, dan Jawa. Terbatasnya area persebaran burung Tukik Tikus mungkin dipengaruhi oleh jumlah sub-spesiesnya yang hanya sebanyak dua jenis yakni Abnormis dan Magnirostris.
Burung Tukik Tikus
Perlu diketahui bahwa di alam liar biasanya burung Tukik Tikus terdapat di dataran rendah hingga perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian mencapai 800 meter dpl. Area alam lias yang menjadi habitatnya berupa hutan primer, hutan sekunder, dan rumpun bambu yang letaknya cukup jauh dari pemukiman masyarakat. Kebiasaannya saat mencari makanan dilakukan dengan mematuki batang dan cabang pohon sambil mengeluarkan suara. Santapan makanan yang biasa dicarinya berupa tempayak, ulat, jangkrik, dan larva semut. Selain itu, saat memasuki masa berkembangbiak yang terjadi sekitar bulan Mei hingga Agustus biasanya sang indukan akan membangun sarang di batang pohon yang sudah mati dengan mematuki sehingga berbentuk lubang yang berukuran sedang.
Baca juga:
Seperti disinggung pada akhir paragraf pertama bahwa ukuran tubuh burung Sasia Abnormis yang dipanggil dalam bahasa latin ini tergolong cukup kecil dengan panjang hanya sekitar 10 cm saja. Dan ciri fisik lainnya bisa dibaca ulasannya di bawah ini:

  1. Berwarna hijau tua zaitun yang tampak menutupi bagian atas tubuhnya seperti mahkota kepala, tengkuk, punggung, sayap, dan ekornya.
  2. Berwarna kuning tua kemerahan yang menutupi sebagian besar bagian tubuhnya mulai dari kening kepala, sisi wajah, tenggorokan, dada, perut, hingga tunggirnya.
  3. Paruhnya yang berukuran agak panjang tampak berwarna hitam dibagian atas dan hijau muda di area bawahnya yang terlihat cukup tebal.
  4. Matanya berwarna hitam kecokelatan yang berukuran sedang dengan sorot yang tidak terlalu tajam
  5. Ekornya yang berwarna hijau terlihat berukuran sangat pendek dan seperti tidak memiliki ekor.
  6. Lalu kakinya berwarna kuning oranye yang berukuran sedang dengan cakar yang tajam.

Nah, setelah membahas terkait ciri-ciri fisik burung Tukik Tikus maka kita pun juga perlu mengulik tentang karakter suara kicauannya. Ya, suara burung Tukik Tikus tergolong nyaring dan agak melengking di telinga. Volume kicauannya tidak terlalu tinggi dengan tempo yang cukup rapat. Nada kicauannya pun berupa: “tsitttt” dan “kihhh....kihhh....kihhh” yang berbunyi secara berulang-ulang dengan durasi hampir setengah menit.

Yup, begitulah kiranya penjelasan seputar burung Tukik Tikus yang satu-satunya jenis burung Pelatuk dengan ukuran tubuh paling mungil. Selain itu suara kicauannya pun terdengar lumayan merdu dan nyaring. Hanya saja, mengingat masih sangat jarangnya yang memelihara burung Tukik Tikus maka ada baiknya kita tidak perlu memaksakan untuk merawatnya karena bisa jadi berujung pada matinya burung pelatuk tersebut. Untuk itu, bagi Anda yang tertarik dengan suara kicauannya maka bisa mengunduhnya dari internet. Okey.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2013/04/05/tukik-tikus/
2. https://omkicau.com/2014/06/27/tukik-tikus-burung-pelatuk-terkecil-di-dunia-itu-ada-di-indonesia/
3. https://www.hbw.com/species/rufous-piculet-sasia-abnormis

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sasia_abnormis.jpg

Sunday, May 27, 2018

Kecici Belalang, Si Burung Ocehan Migrasi yang Bersuara Merdu

Berbicara tentang jenis burung ocehan yang suara kicauannya cukup merdu dan nyaring biasanya kita akan tertuju pada burung-burung yang berhabitat asli di Indonesia. Hal ini pun wajar sebab jenis burung ocehan yang banyak dipelihara dan sering diperlombakan memang rata berhabitat dan berkembangbiak di wilayah hutan kita. Walaupun demikian, ternyata ada juga jenis burung ocehan migrasi yang rutin mendatangi wilayah hutan kita setiap tahunnya yang memiliki suara kicauan lumayan merdu dan nyaring. Karenanya pada tulisan ini coba mengulik salah satu di antara agar kita dapat semakin mengenalnya. Dan nama burung ocehan migrasi tersebut adalah burung Kecici Belalang.

Burung Kecici Belalang merupakan salah satu jenis burung migrasi yang berasal dari keluarga Sylviidae. Area persebaran negara yang menjadi tujuannya bermigrasi tergolong lumayan luas yang meliputi bagian Asia Selatan, India, Asia Tenggara, dan termasuk juga ke Indonesia. Begitu juga area persebarannya di Indonesia diketahui terdapat di kawasan Sunda Besar dan Sulawesi. Selain itu, negara yang menjadi habitat aslinya untuk berkembangbiak berada di Siberia, Tiongkok, Mongolia, Transbaikalia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Rusia. Walaupun area persebarannya lumayan luas tapi jumlah sub-spesiesnya tidak terlalu banyak hanya sekitar empat jenis yakni rubescens, sparsimstriata, certhiola, dan centralasiae.
Ilustrasi Burung Kecici Belalang
Sedangkan sewaktu berada di Indonesia biasanya burung Kecici Belalang berada di kawasan dataran rendah hingga dataran tinggi. Area alam bebas yang menjadi habitatnya berupa kawasan terbuka yang tidak terlalu jauh dari pemukiman masyarakat seperti hutan buluh, area persawahan, rawa-rawa, hutan dekat air payau, pinggiran hutan, dan semak belukar. Karakternya dikenal cukup pemalu dengan lebih suka bersembunyi dan bergerak mengendap-endap di antara rimbunnya pohon dan hutan. Santapan makanan yang rutin dicarinya setiap hari berupa serangga dan buah-buahan kecil. Hanya saja, mengingat habitat aslinya tidak berada di Indonesia maka sulit diketahui secara jelas terkait waktu berkembangbiak dan jumlah telur yang dierami indukannya.
Baca juga:
Adapun ukuran tubuh burung Locustella certhiola yang dipanggil dalam bahasa latin ini lumayan sedang dengan panjang sekitar 15 cm. Dan ciri fisik lainnya bisa dibaca ulasannya di bawah ini:

  1. Berwarna cokelat tua yang terdapat dibagian mahkota kepala, tengkuk, punggung, sayap, sisi bawah sayap dekat, perut, dan ekornya.
  2. Berwarna hitam berupa garis-garis tebal yang tampak dibagian mahkota kepala, punggung, sayap, hingga ekornya.
  3. Berwarna abu-abu kecokelatan yang terlihat dibagian tenggorokan, dada, perut, hingga tunggirnya.
  4. Paruhnya berwarna hitam dibagian atas dan kuning dibagian bawah yang berukuran sedang dan terlihat agak tebal.
  5. Matanya berwarna hitam kecokelatan yang berukuran sedang dengan sorot yang tidak terlalu tajam.
  6. Ekornya yang berwarna cokelat bercampur hitam berukuran sedang dengan bulu-bulu yang berukuran agak lebar.
  7. Lalu kakinya yang berwarna kuning kecokelatan berukuran sedang dengan cakar yang tajam.

Nah, setelah mengulik tentang ciri-ciri fisik burung Kecici Belalang maka kita juga perlu membahas terkait dengan karakter suara kicauannya. Ya, suara burung Kecici Belalang lumayan nyaring dan tidak terlalu melengking di telinga. Volume kicauannya juga tergolong sedang dengan tempo yang cukup rapat sehingga terdengar seperti suara crecetan. Nada kicauannya berupa: “Cirrr...ciirrrr” dan “tikkk...tikkk...tikkk” yang dibunyikan secara berulang-ulang dengan durasi hingga satu menitan.

Yup, walaupun burung Kecici Belalang bukanlah burung penetap yang bersarang di Indonesia tapi sudah banyak juga di antara para penghobies yang telah mengenal ataupun sedang memeliharanya. Hal ini pun tentu terkait dengan suara kicauannya yang cukup aktif berbunyi dan sering dipergunakan untuk memaster ataupun memancing burung ocehan agar lebih rajin berkicau. Hanya saja, keberadaannya di pasar burung pun tergolong masih sangat jarang maka bagi Anda yang tertarik dengan burung Kecici Belalang dapat mengunduh audio suaranya yang ada di internet. Okey.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2012/03/29/kecici-belalang/
2. https://omkicau.com/2013/12/31/paduan-cerecetan-siulan-dan-tembakan-kecici-belalang/
3. https://www.hbw.com/species/pallass-grasshopper-warbler-locustella-certhiola

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Locustella_certhiola_1876.jpg