Monday, April 30, 2018

Lebih Dekat Mengenal Burung Jagal Papua

Ketika ada yang bertanya tentang burung Jagal Papua mungkin sangat sedikit di antara kita yang mengenal ataupun pernah melihatnya. Hal ini memang wajar sebab burung Jagal Papua tergolong bukan burung ocehan yang umum dipelihara banyak orang seperti burung Murai Batu ataupun Kacer. Walaupun demikian, corak warnanya terlihat mirip burung Kacer dan Meninting dengan ukuran yang tampak jauh lebih besar dari jenis burung ocehan biasanya. Suara kicauannya juga tergolong merdu dengan alunan yang berdurasi agak panjang dan mampu menghapal atau menirukan suara kicauan burung lainnya. Karenanya penulis pun coba menguliknya lebih jauh lagi agar kita semuanya semakin mengenalnya.

Burung Jagal Papua tergolong salah satu dari empat jenis burung Jagal yang berasal dari keluarga Cracticidae. Area persebarannya diketahui hanya terdapat dibagian timur Indonesia yang meliputi kawasan Kepulauan Aru, Kepulauan Papua barat, dihampir seluruh bagian Pulau Papua, Kepulauan Trobriand yang terletak disebelah tenggaranya. Jumlah sub-spesiesnya hanya terdiri dari dua jenis yakni Cassicus dan Hercules. Mengingat terbatasnya area persebaran burung Jagal Papua mungkin beralasan bahwa sangat sedikit orang-orang yang mengenalinya.
Burung Jagal Papua
Begitu juga dengan kehidupannya di alam liar biasanya tersebar merata mulai dari dataran rendah sampai perbukitan dan pegunungan yang ketinggiannya sekitar 1450 meter dpl. Area alam bebas yang ditinggalinya juga bervariasi baik itu hutan hujan, hutan dekat pinggir sungai, area hutan rawa, pinggir hutan, dan sampai area perkebunan. Sewaktu berburu makanan biasanya dilakukan dalam kelompok kecil sambil bertengger dibagian cabang pohon tinggi. Makanan yang disantapnya pun cukup bervariasi berupa serangga yang berukan sedang sampai besar dan buah-buahan. Sarang yang disusunnya saat memasuki masa berkembangbiak memiliki bentuk mirip mangkuk yang terbuat dari ranting-ranting pohon dan jumlah telur yang dieraminya sekitar tiga butir.
Baca juga:
Adapun ukuran fisik burung Cracticus Cassicus yang dipanggil dalam bahasa latin ini tergolong cukup besar mirip burung Jalak yang panjangnya sekitar 32 cm. Dan ciri fisik lainnya bisa dibaca ulasannya di bawah ini:
  1. Warna hitam pekat terlihat dibagian mahkota kepala, wajah, tengkuk, tenggorokan, pangkal dada, punggung tengah, sayap, dan ekornya.
  2. Warna putih susu tampak menutupi dibagian pangkal punggung, sisi pinggir sayap, pangkal ekor, dada bawah, perut, dan tunggirnya.
  3. Paruhnya yang berwarna hitam dibagian ujung dan putih kehitaman dibagian pangkalnya berukuran besar dan agak panjang.
  4. Ekornya yang berwarna hitam ini juga berukuran panjang yang terdiri dari bulu-bulu yang agak tebal.
  5. Kakinya yang berwarna hitam keabu-abuan berukuran sedang dengan cakar yang tajam.
Sedangkan ciri kicauan burung Jagal Papua ini terdengar lumayan nyaring dan agak melengking. Suara kicauannya yang bulat terdengar mirip suara terompet dengan volume tinggi. Walaupun suaranya tinggi tapi cukup mengalun dengan irama yang rapi dan berdurasi agak lama. Nada kicauannya terdengar seperti “yodeling” dan “koi...koi...koi... kohh...kohh” yang dibunyikan secara terus-menerus.

Nah, bagaimana penjelasan seputar burung Jagal Papua yang diulas dalam artikel ini tentunya menarik bukan?. Untuk itu bagi Anda yang belum mengenal burung Jagal Papua maka dengan membaca artikel ini dapat mengetahuinya. Okey.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2012/06/02/jagal-papua/
2. https://www.hbw.com/species/hooded-butcherbird-cracticus-cassicus
3. https://omkicau.com/2013/09/29/burung-jagal-papua-suara-unik-dan-pintar-meniru/

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Hooded_Butcherbird_(Cracticus_cassicus)_perched_on_branch.jpg

Sunday, April 29, 2018

Opior Jawa, Si Burung Mungil Endemik yang Bersuara Merdu

Kenalkah dengan burung Opior Jawa? Tentunya sebagian besar dari para pembaca sekalian sudah mengenal ataupun bahkan sedang memeliharanya. Ya, burung Opior Jawa tergolong burung endemik yang tidak hanya dikenal memiliki ukuran tubuh mungil tapi suaranya terdengar merdu dan nyaring. Kemerduan suara burung Opior Jawa juga sebenarnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para penghobies yang memelihara. Sebab walaupun tidak pernah diikutkan dalam perlombaan tapi kicauannya dapat dipakai untuk memaster burung ocehan lainnya. Karenanya, pada tulisan ini coba mengulik lebih jauh lagi agar kita semakin mengenal burung Opior Jawa.

Burung Opior Jawa termasuk dalam keluarga Zosteropidae yang masih berhubungan dekat dengan spesies burung Kacamata atau Pleci. Penyebaran burung Opior Jawa tidak hanya terdapat di Pulau Jawa tapi juga dijumpai di Pulau Bali. Area Pulau Jawa yang menjadi habitatnya tersebar merata mulai dari bagian barat, tengah, dan timur. Walaupun penyebarannya tidak terlalu luas ke berbagai daerah di Indonesia tapi orang-orang sudah umum mengenalnya dengan berbagai nama baik itu Pleci Pupur, Pleci Kapur, Cucak Gentong, Piyer, Menyok, Cieuy,  dan Robin Jawa. Hanya saja, popularitas burung Opior Jawa masih tertinggal dibandingkan jenis burung Kacamata yang tidak hanya dijadikan burung peliharaan tapi juga diikutkan dalam perlombaan.
Burung Opior Jawa
Sewaktu hidup di alam liar biasanya burung Opior Jawa menempati area perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian sekitar 1500 meter dpl. Nama-nama area pegunungan di Pulau Jawa yang ditinggalinya tergolong cukup beragam mulai dari Gunung Karang, Gunung Salak, Gunung Gede-Pangrango, dan Gunung Ijen. Saat mencari makanan seringnya bergerak secara berkelompok dan juga berbaur bersama kelompok lain. Jenis makanan yang dicarinya berupa buah-buahan kecil dan nektar bunga.
Baca juga:
Sedangkan ukuran tubuh burung yang bernama latin Lophozosterops javanicus ini tergolong kecil yang panjangnya hanya sekitar 13 cm saja. Dan ciri fisiknya yang lain dapat dibaca ulasannya di bawah ini:
  1. Tampak berwarna abu-abu kehitaman terlihat dibagian mahkota kepala, tengkuk, dan ujung sayapnya. 
  2. Warna putih keabu-abuan terlihat hanya dibagian depan wajah, tenggorokan, dan pangkal dadanya saja.
  3. Warna hijau zaitun agak kusam terdapat dibagian punggung, sayap, dan ekornya.
  4. Warna kuning zaitun tampak dibagian dada, perut, hingga area tunggirnya.
  5. Paruhnya yang berwarna hitam berukuran sedang dan terlihat agak tebal.
  6. Matanya yang berwarna hitam kecokelatan terlihat berukuran sedang.
  7. Lalu kakinya yang berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan cakar yang tajam.
Walaupun orang-orang masih lebih tertarik memelihara burung Kacamata dibandingkan burung Opior Jawa tapi suara kicauannya juga terdengar lumayan merdu dan nyaring. Suaranya yang nyaring dibunyikan dengan volume yang agak tinggi sehingga terdengar cukup melengking. Tempo kicauannya juga tergolong cukup rapat atau cepat yang berupa suara crecetan. Nada kicauan yang dibunyikannya berupa: "Chi...i..wiittt” dan “tirr...tirrr” dengan durasi yang cukup lama hingga mencapai satu menitan.

Nah, itulah penjelasan yang terkait dengan burung Opior Jawa yang ternyata masih satu keluarga dengan burung Kacamata. Untuk itu dengan dituliskannya artikel ini semoga dapat menambah wawasan kita tentang ragam jenis burung endemik di Indonesia. Hanya saja memang agar kelestarian burung Opior Jawa tetap terjaga maka ada baiknya membelinya dari hasil budidaya bukan tangkapan hutan. Okey.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2011/11/30/opior-jawa/
2. https://www.hbw.com/species/javan-grey-throated-white-eye-heleia-javanica#Descriptive_notes
3. https://omkicau.com/2013/06/22/opior-jawa-harga-murah-suara-meriah/

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Javan_Grey-throated_White-eye_-_Ijen_-_East_Java_MG_7910_(29726871221).jpg

Saturday, April 28, 2018

Ciu Kunyit, Si Burung Ocehan Mungil yang Bersuara Merdu

Jenis burung ocehan yang bertubuh mungil tidak hanya dikenal memiliki gerakan aktif atau lincah tapi juga suara kicauannya tergolong merdu dan nyaring. Kemerduan suara kicauannya tidak hanya cocok dijadikan sebagai burung peliharaan tapi juga bisa dimanfaatkan untuk memaster burung ocehan lainnya. Selain itu, jenis burung ocehan mungil tergolong cukup banyak populasinya di wilayah hutan Indonesia yang mempunyai suara merdu dan corak warna yang indah. Untuk itu pada artikel ini penulis akan mengenalkan salah satu di antaranya agar kita semakin mengetahuinya. Dan nama burung ocehan mungil tersebut adalah burung Ciu Kunyit.

Burung Ciu Kunyit yang termasuk dalam keluarga Timaliidae merupakan salah satu jenis burung bertubuh mungil dengan area persebaran tidak hanya di Indonesia tapi juga dibeberapa negara Asia lainnya. Negera-negara di Asia yang menjadi habitatnya tersebar mulai dari India, Tiongkok, Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, dan Indonesia. Akan tetapi, keberadaannya di Indonesia diketahui hanya terdapat di Pulau Jawa saja. Begitu juga dengan penyeberannya di Pulau Jawa tergolong merata yang terdapat dibagian barat, tengah, dan timur.
Burung Ciu Kunyit
Adapun area hutan yang dijadikan tempat tinggalnya umumnya di area perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian antara 1000 sampai 3000 meter dpl. Sewaktu mencari makanan biasanya bergerak secara berkelompok dan kadang bergabung bersama burung lain dengan berada di area tajuk dan semak belukar. Walaupun bertubuh mungil tapi jenis makanan yang disantapnya cukup bervariasi mulai dari ulat kupu-kupu, jangkrik, dan buah-buahan kecil. Masa berkembangbiak yang dijalaninya pun umumnya berlangsung sekitar bulan Mei dan Juni dengan jumlah terlur sekitar dua butir saja.
Ilustrasi Burung Ciu Kunyit
Sebagai burung ocehan mungil tentunya kita bisa tahu bahwa ukuran tubuhnya seukuran jenis burung Madu dan Cabai dengan panjang hanya sekitar 11 sentimeter saja. Dan ciri fisik lainnya dapat dibaca ulasannya di bawah ini:
  1. Tampak warna cokelat kemerahan dibagian depan wajah, tenggorokan, dan pangkal dadanya. 
  2. Warna kuning hijau zaitun terlihat menutupi bagian atas tubuhnya mulai dari mahkota kepala, tengkuk, punggung, pangkal sayap, dan ekornya.
  3. Warna putih tampak dibagian lingkaran mata, alis atas berupa garis hingga ke area lehernya, sisi pinggir sayap, dan sisi pinggir perutnya.
  4. Warna kuning biasa terlihat dibagian sisi dekat wajah, perut, hingga tunggirnya.
  5. Warna hitam tampak dibagian lingkaran mata, sayap, dan punggung belakangnya.
  6. Matanya berwarna hitam kecokelatan yang berukuran sedang.
  7. Paruhnya berwarna hitam dengan ukuran kecil dan agak tebal.
  8. Lalu kakinya berwarna merah muda yang berukuran sedang.
Baca juga:
Sedangkan ciri kicauan burung yang bernama latin Pteruthius aenobarbus ini terdengar lumayan merdu dan nyaring. Volume kicauannya juga tergolong cukup tinggi dan agak melengking. Tempo kicauannya lumayan rapat yang terdengar seperti cerecetan dengan irama yang cukup teratur. Nada suaranya yang mirip ceretan tersebut berbunyi seperti “tuu... wiittt...wittt” dan “ciuuwyyy... ciuuyy... ciuyyy” yang terdengar secara berulang-ulang. Walaupun burung Ciu Kunit bukan tergolong burung lomba tapi suara kicaunnya yang merdu dan nyaring juga cocok untuk digunakan sebaga suara masteran bagi burung ocehan yang akan diikutkan dalam perlombaan. Untuk itu bagi Anda yang tertarik dengan burung Ciu Kunyit maka dapat membeli nya di pasar burung ataupun menyimpan audio suaranya yang ada di internet.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2014/04/03/ciu-kunyit/
2. https://www.hbw.com/species/chestnut-fronted-shrike-babbler-pteruthius-aenobarbus#Descriptive_notes
3. https://omkicau.com/2014/06/07/suara-ciu-kunyit-alternatif-masteran-untuk-burung-ocehan/

Referensi Gambar:
1. https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Chestnut-fronted_Shrike-Babbler_(Pteruthius_aenobarbus)-3.jpg
2. https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Pteruthius_aenobarbus_1838.jpg

Friday, April 27, 2018

Mungilnya Si Burung Ocehan Cabai Polos

Berbicara tentang jenis burung ocehan yang terbesit dibenak kita adalah ukuran tubuhnya yang cukup mungil atau kecil dengan panjang rata-rata hanya sekitar 10 sampai 11 cm saja. Walaupun bertubuh mungil ternyata jenis burung Cabai mampu berkicau dengan suara yang nyaring dan melengking. Selain itu, keberadaan jenis burung Cabai yang terdapat di wilayah hutan Indonesia tergolong sangat banyak yang mencapai hingga 21 jenis. Karenanya penulis pun tertarik untuk mengulas salah satu di antaranya agar semakin banyak yang mengenalinya. Adapun nama burung Cabai tersebut adalah burung Cabai Polos.

Burung Cabai Polos tergolong salah satu jenis burung Cabai yang termasuk dalam keluarga Dicaeidae. Area persebarannya tidak hanya berada di Indonesia tapi juga terdapat dibanyak negara Asia lainnya. Secara umum negara-negara yang menjadi habitat burung Cabai Polos terdiri dari negara India, Nepal, Bangladesh, Myanmar, Tiongkok, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Selain itu, daerah di wilayah Indonesia yang ditinggalinya tersebar merata di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Kepulauan Natuna, dan Bali. Luasnya area persebarannya tak terlepas dari jumlah sub-spesiesnya yang mencapai tujuh jenis.
Burung Cabai Polos
Begitu juga dengan kehidupannya di alam bebas biasanya tersebar di kawasan hutan perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian mencapai 1500 meter dpl. Keberadaannya di alam liar tidak hanya terdapat di hutan perbukitan dan hutan sekunder tapi juga lahan pertanian yang tidak jauh dari pemukiman masyarakat. Jenis makanannya juga bervariasi mulai dari aneka jenis serangga, buah-buahan kecil, dan biji-bijian. Biasanya saat memasuki masa berkembangbiak sang indukan akan membangun sarang berupa kantung yang digantungkan pada bagian dahan pohon dan dapat menampung telur sebanyak tiga butir.
Baca juga:
Cabai Kelabu, Si Burung Ocehan Endemik yang Berukuran Kecil
Burung Cabai Jawa, Si Burung Endemik yang Bertubuh Kecil
Cabai Gunung, Si Burung Mungil Yang Bersuara Merdu
Mengenal Lebih Jauh Tentang Burung Cabai Benalu
Sedangkan panjang tubuh burung yang bernama latin Dicaeum Concolor ini tergolong kecil seukuran jenis burung Madu yakni hanya sekitar 8 sentimeter saja. Adapun ciri fisik lainnya yang perlu diketahui dari burung Cabai Polos dapat disimak penjelasannya di bawah ini:

  1. Tampak berwarna cokelat kehitaman kusam zaitun yang menutupi bagian atas tubuhnya mulai dari mahkota kepala, tengkuk, punggung, sayap, dan ekornya. 
  2. Terlihat juga warna abu-abu pucat yang terdaat dibagian bawah tubuhnya yang meliputi bagian wajah, depan wajah, tenggorokan, dada, perut, dan hingga area tunggirnya.
  3. Paruhnya yang berwarna hitam pekat terlihat berukuran sedang dan agak tebal.
  4. Matanya yang berwarna hitam kecokelatan dengan ukuran sedang dan terlihat bulat.
  5. Ekornya yang berwarna kecokelatan berukuran sedang dan hanya terdiri dari beberapa helai ekor saja.
  6. Lalu kakinya berwarna hitam keabu-abuan yang berukuran sedang dan agak besar dengan cakar yang tajam.

Disamping itu, suara kicauan burung Plain Flowerpecker yang dipanggil dalam bahasa Inggris ini tidak terlalu merdu tapi agak nyaring. Volume kicauannya juga tergolong sedang dengan tempo yang agak rapat. Suara kicauannya terdengar monoton dengan hanya mengeluarkan bunyi seperti: “cippp.... ciippp... ciippp” dan “ciii...ciii..ciii”. 

Bagaimana penjeleasannya? Tentunya dapat menambah wawasan kita seputar ragam jenis burung ocehan terutama dari jenis burung Cabai. Dan bila Anda tertarik dengan burung Cabai Polos mungkin bisa membelinya di pasar burung ocehan ataupun mencari rekaman suaranya di internet. 

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2012/04/22/cabai-polos/
2. https://www.hbw.com/species/nilgiri-flowerpecker-dicaeum-concolor

Rerefensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Dicaeum_concolor.jpg

Wednesday, April 25, 2018

Mengenal Keindahan Burung Bondol-hijau Binglis

Jenis burung Bondol atau yang akrab dipanggil Pipit tergolong salah satu jenis burung ocehan yang sudah umum dikenal orang-orang. Hal ini dirasa wajar sebab tidak hanya dikenal pandai berkicau tapi keberadaannya yang sering terdapat di area persawahan untuk mencari makanan berupa bulir padi. Selain itu, jenis burung Bondol tergolong sangat banyak hingga mencapai 31 jenis dengan corak warna yang mencolok dan bervariasi. Karenanya penuls pun coba untuk mengulik salah satu di antaranya agar kita semuanya dapat mengenalnya lebih mendalam. Adapun nama burung Bondol tersebut adalah burung Bondol-hijau Binglis.

Burung Bondol-hijau Binglis merupakan salah satu jenis burung Bondol dari keluarga Estrildidae yang area persebarannya hanya terbatas di kawasan Asia Tenggara saja. Negara-negara di Asia Tenggara yang menjadi habitatnya terdiri dari Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja, Vietnam, Filipina, dan Indonesia. Begitu juga dengan daerah di Indonesia yang dtempatinya terdapat di area Sunda Besar yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Walaupun area persebarannya luas tapi jumlah sub-spesiesnya hanya ada dua jenis saja yakni Prasina dan Coelica.
Burung Bondol-hijau Binglis
Selain itu, area yang umumnya sering ditempati burung Bondol-hijau Binglis berupa area terbuka yang tidak terlalu jauh dari pemukiman masyarakat. Area terbuka itu cukup bervariasi seperti sekitar persawahan yang sedang memasuki masa panen, area pinggiran hutan, hutan bambu, dan semak belukar. Penyebarannya tergolong cukup merata baik di dataran rendah hingga perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian 1200 meter dpl. Sewaktu mencari makanan seringnya bergerak dalam kelompok kecil ataupun bergabung dengan jenis burung Bondol lainnya yang memakan biji-bijian kecil. Hanya saja tidak diketahui secara pasti terkait bentuk sarang dan waktu berkembangbiak yang dijalani burung Bondol-hijau Binglis.
Baca juga:
Adapun ciri fisik burung yang bernama latin Erythrura Prasina ini tergolong kecil dengan panjang sekitar 15 sentimeter. Hanya saja, terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara jantan dan betinanya dari segi corak warna. Dan penjelasannya bisa dibaca di bawah ini:

1. Burung Bondol-hijau Binglis jantan:
  • Berwarna hijau muda yang menutupi bagian atas tubuhnya mulai dari mahkota kepala, tengkuk, punggung, dan sayapnya. 
  • Warna biru laut terlihat dibagian wajah dan tenggorokannya saja.
  • Terlihat juga warna kuning jingga diarea sekitar pinggir perut, dada, dan tunggirnya. 
  • Tampak juga warna merah dibagian tengah perut dan area atas ekornya.
  • Paruhnya berwarna hitam yang berukuran agak besar dan terlihat tebal.
2. Burung Bondol-hijau Binglis betina:
  • Warna hijau tua tampak dibagian mahkota kepala, sisi atas wajah, tengkuk, punggung, dan sayapnya.
  • Warna merah hanya terdapat dibagian pangkal sampai ujung ekornya.
  • Warna abu-abu hanya terdapat dibagian sisi bawah wajah dan tenggorokan.
  • Warna kuning keemasan pudar dibagian pangkal dada, perut, hingga tunggirnya.
  • Lalu kakinya yang berwarna merah muda terlihat berukuran sedang.
Nah, ciri kicauan burung yang dipanggil Pin-tailed Parrot-finch dalam bahasa Inggris ini tidak diketahui secara pasti dikarenakan belum adanya rekaman suara kicauannya. Hanya saja berdasarkan keterangan yang diperoleh dari website kutilang.or.id tertulis bahwa suara kicauannya berupa cicitan yang bervolume rendah dan tinggi dengan nada seperti: “zit...zittt..ziittt”. Biasanya burung Bondol-hijau Binglis ini berkicau saat mencari makanan atau sedang bertengger bersama kawanannya.

Begitulah kira-kira penjelasan seputar burung Bondol-hijau Binglis yang tampak indah dengan corak warna bervariasi. Untuk itu, bagi Anda yang tertarik memeliharanya mungkin bisa mencarinya di pasar burung ataupun melihatnya di area persawahan. Okey.

Referensi Tulisan:
http://www.kutilang.or.id/2012/01/04/bondol-hijau-binglis/
https://omkicau.com/2013/03/13/perawatan-dan-penangkaran-burung-bondol-hijau-binglis-pin-tailed-parrot-finch/

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Erythrura_prasina_228.jpg

Poksai Hitam, Si Burung Ocehan Endemik dari Asia Tenggara

Bila ditanyakan tentang burung Poksai Hitam mungkin sudah ada di antara kita yang mengenal ataupun bahkan sedang memeliharanya. Ya, sebab burung Poksai Hitam salah satu jenis burung ocehan non lomba yang cukup digemari orang-orang diberbagai daerah. Hal ini dikarenakan suara kicauannya terdengar nyaring yang bervolume agak tinggi. Karenanya orang-orang pun terkadang memanfaatkan suara kicauannya untuk memaster burung ocehan yang nantinya akan diikutkan lomba. Selain itu, burung Poksai Hitam tergolong burung endemik dengan area persebaran hanya terdapat di kawasan Asia Tenggara saja. Untuk itu lah penulis pun coba menguliknya lebih dekat lagi agar kita semakin mengenalnya.

Burung Poksai Hitam merupakan salah satu jenis burung Poksai yang berasal dari keluarga Timaliidae. Telah dikatakan bahwa burung Poksai Hitam tergolong jenis burung endemik di Asia Tenggara yang hanya tersebar dibeberapa negara seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia saja. Keberadaannya di kawasan hutan kita pun juga tidak terlalu luas yang meliputi Pulau Sumatera dan Kalimantan saja. Akan tetapi di Kalimantan persebarannya terpusat di bagian pegunungan Dulit, Gunung Mulu, dan Usun Apau.
Burung Poksai Hitam
Begitu juga dengan kehidupannya saat berada di alam liar kebanyakan terdapat di perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian rata-rata 600 sampai 1600 meter dpl. Kebiasaannya saat mencari makanan seringnya bergerak secara sendirian atau berkelompok dalam jumlah yang kecil. Selain itu juga, terkadang burung Poksai Hitam bergabung dengan jenis Poksai lainnya untuk mencari makanan berupa serangga kecil dan biji-bijian yang ada di hutan. Waktu berkembangbiak yang dijalaninya berlangsung sekitar bulan Oktober hingga April dengan jumlah telur sebanyak dua butir. Sarang disusunnya menggunakan serat tumbuhan dan dedaunan terlihat berbentuk mirip mangkuk yang diletakkan dicabang pohon yang agak tinggi dari permukaan tanah.
Baca juga:
Adapun ciri fisik burung yang bernama latin Garuulax Lugubris ini tergolong agak besar dengan panjang sekitar 26 cm. Dan ciri lainnya bisa dibaca uraiannya di bawah ini:
  1. Hampir seluruh area tubuhnya tertutup warna hitam pekat yang tampak dibagian mahkota kepala, sisi wajah, tenggorokan, leher, punggung, sayap, dada, perut, dan ekornya. 
  2. Terlihat juga hitam kebiruan dibagian area lingkaran mata dan area belakangnnya yang agak lebar.
  3. Matanya berwarna hitam kecokelatan yang berukuran sedang dengan sorot yang cukup tajam.
  4. Paruhnya yang berwarna oranye berukuran sedang dan tebal dengan bentuk paruh mirip burung gagak atau beo.
  5. Ekornya yang berwarna hitam berukuran agak panjang dan lebar yang terdiri dari bulu-bulu yang bisa kembangkan.
  6. Kakinya yang berwarna kehitaman berukuran sedang dan terlihat agak berisi atau berotot dengan cakar yang tajam.
Sedangkan ciri suara kicauan burung Poksai Hitam ini agak berbeda dari jenis suara burung ocehan yang sering didengarkan. Suara kicauannya terdengar nyaring dan agak ngebeset dengan volume yang tinggi. Kicauannya terdengar agak bervariasi mulai seperti suara cekakak dengan tempo cepat dan suara histeris. Walaupun demikian, suara kicauan burung Poksai Hitam tergolong lumayan lantang dan ngebas.

Nah, setelah membaca artikel ini hingga tuntas kiranya dapat menambah wawasan kita seputar jenis burung Poksai yang banyak terdapat di Indonesia. Untuk itu, bagi yang tertarik memelihara burung Poksai Hitam maka dapat mencarinya di pasar burung ataupun menyimpan audio suaranya dari internet. Selamat membaca.

Rerefensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2014/05/03/poksai-hitam/
2. https://www.hbw.com/species/black-laughingthrush-garrulax-lugubris#Descriptive_notes

Referensi Gambar:
http://orientalbirdimages.org/birdimages.php?action=birdspecies&Bird_ID=1643&Bird_Image_ID=36104

Tuesday, April 24, 2018

Bolehkah Buah Belimbing Dimakan Burung Ocehan?

Bila ditanyakan tentang kebolehan buah Belimbing dijadikan pakan tambahan bagi burung ocehan mungkin tidak akan dijawab secara langsung dalam paragraf pembuka ini. Tapi penulis coba menjelaskan terlebih dahulu terkait kandungan nutrisi dan khasiatnya. Mengingat buah Belimbing salah satu jenis buah-buahan yang cukup banyak digemari masyarakat dihampir seluruh daerah hingga mancanegara. Selain itu, perlu juga kita mengetahui terkait penyebarannya yang ternyata tidak hanya terdapat di Indonesia. Untuk itu sangat disarankan bagi Anda yang penasaran dapat membaca artikel ini hingga tuntas.

Buah Belimbing merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang juga tersebar dibeberapa negara Asia lainnya seperti India dan Sri Langka. Dalam perkembangannya keberadaan buah Belimbing juga tersebar merata diberbagai negara kawasan Benua Amerika dan Afrika yang meliputi Republik Dominika, Peru, Ghana, Tonga, Guyana, Polinesia, dan Amerika Serikat. Luasnya area persebarannya tak bisa dilepaskan dari banyaknya orang-orang yang mengkonsumsi baik secara langsung ataupun diolah terlebih dahulu menjadi makanan dan minuman.
Buah Belimbing yang sudah matang
Begitu juga dengan kandungan nutrisi yang terkandung dalam buah Belimbing tergolong cukup banyak mulai dari Kalori, Natrium, Kalium, Karbohidrat, Protein, Vitamin (A, B6, B12, C, dan D), Kalsium, Zat Besi, dan Magnesium. Selain itu, khasiat atau manfaat yang terkandung dalam buah Belimbing juga tak kalah bervariasi seperti bisa menjaga sistem pencernaan, menjadi anti oksidan, mampu meningkatkan kemampuan enzim tubuh, menurunkan kadar kolesterol, menjaga kesehatan mata, dan beberapa manfaat lainnya.

Nah, burung ocehan juga bisa diberikan buah Belimbing sebagai pakan tambahannya yang mengandung khasiat atau manfaat. Khasiat yang paling umum dibicarakan ialah mampu menjaga kualitas suara burung ocehan tidak hanya terdengar semakin merdu tapi juga mampu membuatnya lebih jernih atau mengkristal. Cara pemberiannya biasanya tidak disajikan secara langsung tapi diolah terlebih dahulu menjadi minuman jus. Pengolahannya bisa mengaduknya dalam blender yang nantinya disaring dengan memisahkan ampasnya. Tapi juga bisa diolah dengan memerasnya hingga terkumpul air dari buah Belimbing tersebut.
Baca juga:
Kualitas buah Belimbing yang dijadikan pakan burung ocehan sebaiknya yang sudah matang dengan warna kuning tua dan sedikit hijau. Tujuannya agar air jusnya nanti tidak terasa kelat yang bisa berdampak buruk bagi sisitem pencernaan burung ocehan. Selanjutnya, air perasan buah Belimbing tersebut bisa ditaruh ke dalam tempat minumnya dalam jumlah yang sedikit saja. Hal ini dimaksudkan karena pemberian buah Belimbing ini bukan sebagai pakan rutinnya tapi bersifat terapi yang hanya dijadikan selingan atau tambahan saja.

Karenanya takaran yang disarankan untuk menjadikan buah Belimbing menjadi pakan burung ocehan hanya boleh diberikan maksimal dua kali dalam seminggu. Setelah kondisi suara kicauannya terdengar semakin merdu dan jernih maka pemberian buah Belimbing pun bisa dihentikan sementara waktu sampai kembali ingin menjernihkan kembali suara kicauannya.

Nah, setelah membaca artikel ini sampai tuntas kiranya bisa menjawab pertanyaan kita bahwa buah Belimbing boleh diberikan kepada burung ocehan. Hanya saja, tetap diperhatikan terkait dengan takarannya yang tidak boleh terlalu sering atau jangan sampai menjadikan buah Belimbing menjadi makanan rutin burung ocehan. Okey.

Referensi Tulisan:
1. https://omkicau.com/2014/10/18/terapi-jus-belimbing-agar-suara-burung-lebih-bening-dan-gacor/
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Belimbing
3. http://www.tipsburung.com/2016/10/manfaat-buah-belimbing-untuk-burung.html

Referensi Gambar:
https://pixabay.com/en/star-fruit-fruit-yellow-food-1557438/

Monday, April 23, 2018

Mengulik Lebih Jauh Tentang Burung-madu Kelapa

Jenis burung Madu tergolong jenis burung ocehan yang keberadaannya dilindungi pemerintah agar tidak ada yang menangkap ataupun memeliharanya. Hal ini dimaksudkan dikarenakan perannya yang sangat penting dalam membantu penyerbukan secara alami di alam bebas sehingga populasinya mesti dilindungi dalam perundang-undangan. Dikatakan juga sebagai burung ocehan sebab suara kicauannya tergolong lumayan merdu dan nyaring yang bisa dimanfaatkan untuk memaster burung peliharaan di rumah. Untuk itu pada tulisan ini coba mengenalkan salah satu jenis burung Madu yang kualitas kicauannya cukup nyaring dan merdu. Adapun namanya adalah burung-madu Kelapa.

Burung-madu Kelapa tergolong salah satu jenis burung dari keluarga Nectariniidae yang keberadaannya hanya tersebar di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara di Asia Tenggara yang terdapat populasi burung-madu Kelapa tersebar di Thailand, Myanmar, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia. Daerah di Indonesia yang menjadi habitatnya tergolong agak luas yang meliputi Kepulauan Anamba (Kepulauan Riau), Kepulauan Natuna, Kalimantan Timur, Sangihe dan Siau (di Sulawesi Utara), dan kawasan Sunda Kecil. Luasnya area persebaran burung-madu Kelapa tak bisa dilepaskan dari banyaknya sub-spesies hingga mencapai 16 jenis.
Burung-madu Kelapa
Keberadaannya di alam liar biasanya tersebar cukup merata baik di dataran rendah sampai perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian mencapai 1200 meter dpl. Area yang menjadi habitatnya berupa lahan yang agak terbuka seperti hutan mangrove, semak belukar dekat pantai, dan area perkebunan kelapa. Jenis makanannya tidak hanya nektar yang diperoleh dari jantung pisang, bunga kembang sepatu, atau tanaman berbunga lainnya. Tapi juga menyantap makanan berupa serangga kecil seperti ulat, jangkrik,, dan laba-laba.

Karakter atau sifat burung yang bernama latin Anthreotes malacensis ini dikenal cukup agresif yang dapat mengusir burung madu lain saat berada di daerah teritorialnya untuk mencari makanan. Waktu berkembangbiak yang dijalaninya berlangsung hampir sepanjang tahun dengan jumlah telur sekitar dua butir. Sarang yang dibuatnya berbentuk kantung yang disangkutkan pada batang pohon yang beranting. Bahan yang digunakan untuk membuat sarangnya berasal dari jaring bekas sarang laba-laba, serat rumput, dan kapas rumput.
Baca juga:
Adapun ukuran tubuh burung-madu Kelapa tidak terlalu kecil dengan panjang sekitar 13 sentimeter. Ciri fisik lainnya yang perlu diketahui dari burung-madu Kelapa dapat dibaca ulasannya di bawah ini:
  1. Terdapat warna kuning dibagian area bawah tubuhnya mulai dari bawah dada, perut, hingga tunggirnya.
  2. Tampak juga warna biru tua mengkilap yang terdapat dibagian mahkota kepala, sisi bawah dekat mata dan tenggorokan, punggung, pangkal sayap, dan ekornya.
  3. Ada juga warna cokelat tua zaitun yang terlihat dibagian sisi wajah, tenggorokan, pangkal dada, belakang punggung, dan area sayapnya.
  4. Matanya berukuran sedang dengan warna hitam pekat dibagian pupil dan irisnya berwarna merah saga yang sorot tatapannya cukup tajam.
  5. Paruhnya yang berwarna hitam pekat berukuran panjang dengan bagian ujungnya yang agak melengkung ke bawah dan terlihat tebal. 
  6. Ekornya yang berwarna biru berukuran pendek yang terdiri dari beberapa helai bulu yang agak lebar.
  7. Lalu kakinya yang berwarna hitam pekat berukuran sedang yang terlhat agak berotot dengan cakar yang tajam.
Burung yang dalam bahasa Inggris dipanggil Brown-throated Sunbirds ini memiliki suara kicauan yang nyaring dan agak melengking. Tempo kicauannya tidak terlalu rapat dengan volume yang cukup tinggi. Suara kicauan yang dibunyikannya terdengar lantang dengan irama naik-turun secara beraturan. Nada kicauannya tidak terlalu bervariasi seperti bunyi: “twittt... twiittt... twiitt” dan “wii..ciuu... wii.. chiuuww” yang terdengar secara berulang-ulang.

Nah, menarik bukan penjelasan seputar burung-madu Kelapa yang tidak hanya memiliki corak warna indah tapi suara kicauannya terdengar cukup merdu dan nyaring. Hanya saja, mengingat statusnya sebagai burung yang dilindungi maka Anda dapat menyimpan audio suaranya yang terdapat di internet. Terimakasih.

Referensi Tulisan:
http://bio.undip.ac.id/sbw/spesies/sp_burung_madu_kelapa.htm
http://www.kutilang.or.id/2011/11/20/burung-madu-kelapa/

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Plain-throated_Sunbird_(Anthreptes_malacensis)_-_Flickr_-_Lip_Kee.jpg

Ragam Manfaat Buah Apel Bagi Burung Ocehan

Jenis makanan yang biasanya diberikan kepada burung ocehan pemakan buah-buahan hanya terbatas dibeberapa jenis saja. Buah-buahan yang sering dijadikan pakan burung ocehan tersebut berupa buah pisang, pepaya, mangga, dan sawo. Padahal masih banyak jenis buah-buahan lainnya yang kualitasnya tak kalah bagus dalam menjaga kesehatan dan suara kicauan burung ocehan. Karenanya dalam artikel ini coba mengenalkan salah satu jenis buah-buahan untuk dijadikan pakan burung ocehan yang keberadaannya sudah sangat umum kita kenal dan bahkan pernah mengkonsumsinya. Adapun nama buah tersebut adalah buah Apel.

Ya, buah Apel merupakan salah satu jenis buah-buahan tertua yang sudah umum dikenal dan dikonsumsi banyak sejak ribuan tahun yang lalu. Terjadi simpang-siur terkait asal-usul daerah atau negara yang menjadi tempat awal buah Apel ini berada. Tapi terlepas dari itu, orang-orang dihampir seluruh penjuru Eropa sedari dulu sudah sering mengkonsumsi buah Apel baik dimakan langsung ataupun diolah menjadi minuman dan kue. Selain itu, dari berbagai cerita legenda dan mitologi yang terjadi di dataran Eropa hingga Yunani juga  memasukkan buah Apel ke dalam ceritanya.
Buah Apel Merah
Banyaknya orang-orang disaat dulu dan kini terus mengkonsumsi buah Apel tak terlepas dari rasanya yang manis dengan tingginya kandungan air di dalamnya. Begitu juga dengan nutrisi yang terdapat di dalamnya sangat beragam yang terdiri dari Vitamin (A, B12, B6, C, dan D), Kalsium, Zat Besi, Magnesium, Kalori, Lemak Jenuh, Natrium, Kalium, dan Karbohidrat. Ragamnya kandungan nutri di buah Apel turut juga mempengaruhi khasiat atau manfaatnya yang tak kalah bervariasi sepert memperlancar kinerja usus halus, memperlancar saluran pernapasan, menjaga kesehatan mulut dan gigi, mencegah terkena kanker, berperan dalam menurunkan kolesterol, memperlancar sistem pencernaan, dan meningkatkan sisitem kekebalan tubuh kita.
Baca juga:
Sebenarnya buah Apel tidak hanya baik atau aman dikonsumsi oleh kita tapi juga bisa diberikan sebagai pakan tambahan bagi burung ocehan. Ya, menjadi buah Apel sebagai pakan burung ocehan sudah mulai banyak yang mencoba atau mempraktekkannya. Jenis burung ocehan yang paling mudah memakan buah Apel biasanya pemakan buah atau sayuran. Tapi bagi burung ocehan pemakan serangga juga bisa diberikan tentunya secara perlahan agar terbiasa menyantapnya.

Biasanya buah Apel yang dimakan burung ocehan terkadang diberikan secara langsung dengan terlebih dahulu mengupas kulit dan memotongnya sesuai ukuran yang kita butuhkan. Tapi bisa juga mengolah buah Apel dengan mencampurkannya bersama kroto. Yang diambil dari buah Apel bercampur kroto tersebut adalah bagian ampas hasil parutannya. Selain itu, buah Apel pun dapat juga dioleh menjadi minuman dengan merebusnya terlebih dahulu hingga mendidi lalu menggunakan air rebusan itu sebagai minum burung ocehan.

Sedangkan khasiat atau manfaat yang bisa dirasakan burung ocehan yang memakan buah Apel tergolong tak kalah beragam yang meliputi menjaga kualitas suara dan mendorongnya semakin rajin berkicau. Manfaat lainnya dapat menjaga staminanya agar tidak mudah lelah dan melindungi kesehatan sistem pencernaannya. Nah, bagaimana penjelasan seputar buah Apel yang bisa dijadikan pakan dan minum untuk burung ocehan tentunya menarik bukan? Apalagi ditambah buah Apel mengandung beragam nutrisi yang ternyata sangat baik bagi kesehatan burung ocehan yang menyantapnya. Jadi Anda pun bisa memasukkan buah Apel ke dalam daftar menu makanan burung ocehan kesayangan Anda di rumah.

Referensi Tulisan:
https://omkicau.com/2013/01/26/oplosan-apel-dan-kroto-untuk-menggacorkan-tledekan/
https://omkicau.com/2017/08/02/membuat-minuman-dari-buah-apel-untuk-burung-kicauan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Apel
https://manfaat.co.id/manfaat-apel

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Red_Apple.jpg

Mengenal Kacang Tanah Sebagai Pakan Tambahan Burung Ocehan

Berbicara tentang Kacang Tanah mungkin hampir semua dari para pembaca sekalian sudah mengenal ataupun bahkan sering memakannya. Ya, hal ini dirasa wajar sebab Kacang Tanah memang tergolong salah satu jenis kacang-kacangan yang mempunyai rasa cukup gurih dan renyah saat memakannya. Walaupun demikian, ternyata Kacang Tanah juga sudah mulai diberikan kepada beragam jenis burung ocehan sebagai pakan tambahan atau selingannya. Alasannya mungkin tak terlepas dari baragamnya kandungan nutrisi yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, penulis pun coba menguliknya lebih jauh lagi agar kita semua dapat mengetahuinya secara mendalam.

Kacang Tanah merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan yang awalnya dulu berasal dari daratan Benua Amerika tepatnya dibagian selatan yang beriklim tropis. Begitu juga dengan awal datangnya tanaman Kacang Tanah ke Indonesia diperkiran sekitar abad ke-17 yang dibawa masuk oleh para pedagang dari berbagai negara. Telah lamanya keberadaannya Kacang Tanah di Indonesia turut pula mempengaruhi penyebutan namanya yang cukup bervariasi mulai dari Kacang Jebrol, Kacang Bandung, Kacang Kole, Kacang Banggala, dan Kacang Tuban.
Kacang Tanah
Disamping itu, Kacang Tanah yang biasa dikonsumsi orang-orang paling sering diolah dengan mengsangrainya di kuali panas menggunakan media pasir. Tapi ada juga yang mengolahnya dengan merebus atau juga digoreng. Selain memiliki rasa yang enak dan gurih perlu diketahui juga bahwa Kacang Tanah mengandung beragam nutiri penting yang meliputi protein, zat besi, vitamin (A, K, B kompleks, dan E), kalsium, kolin, lesitin, omega 3, dan omega 9. Ragamnya nutrisi yang terdapat pada Kacang Tanah tentunya tak terlepas dari khasiat yang dimilikinya seperti mencegah penuaan di wajah, menjaga tingkat kolesterol jahat, menormalkan tingkat gula darah yang tinggi, menjadi cadangan energi tubuh, dan mempercepat dalam pertumbuhan rambut di kepala.
Baca juga:
Arachis Hypogaea L yang menjadi nama latin Kacang Tanah juga bisa dijadikan pakan tambahan atau selingan bagi burung ocehan. Pemberian Kacang Tanah ini dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan protein dalam tubuh burung ocehan. Jenis burung ocehan yang bisa diberikan Kacang Tanah pun cukup beragam tidak hanya pemakan biji-bijian atau buah-buahan tapi juga bisa disajikan kepada pemakan serangga. Hanya saja, mengingat Kacang Tanah berupa pakan tambahan maka ada baiknya tidak diberikan setiap hari tapi bisa dua kali dalam seminggu dengan takaran sesuai kebutuhan.

Adapun manfaat atau khasiat yang dirasakan burung ocehan saat menyantap Kacang Tanah cukup beagam mulai dari menjaga kesehatan agar tetap fit, menjadi aktif bergerak, membuat burung menjadi rajin berkicau, dan menormalkan over birahi nya. Hanya saja, saat kondisi tubuh burung ocehan sedang kelebihan berat badan maka ada baiknya tidak diberikan pakan Kacang Tanah dikarenakan bisa memperparah timbangan beratnya.

Sedangkan Kacang Tanah yang dijadikan makanan burung ocehan sebaiknya yang kondisinya masih mentah ataupun diolah terlebih dahulu dengan mensangrainya di kuali panas tanpa menggunakan minyak dan garam. Sehabis itu Kacang Tanah yang telah disangrai itu pun siap diberikan kepada burung ocehan. Cara lainnya agar burung tertarik memakannya dengan diolah terlebih dahulu hingga berubah menjadi tepung atau bubuk yang nantinya dicampurkan bersama voernya.

Nah, bagaimana menarik bukan penjelasan seputar Kacang Tanah yang ternyata dapat dijadikan pakan tambahan bagi burung ocehan. Dan bagi Anda yang tertarik maka tak ada salahnya memberikannya kepada burung ocehan di rumah tapi tetap perlu memperhatikan terkait takarannya yang jangan berlebihan.

Referensi Tulisan:
1. https://omkicau.com/2014/08/07/manfaat-dan-kandungan-kacang-tanah-untuk-burung-peliharaan/
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_tanah
3.https://lifestyle.kompas.com/read/2015/10/03/160000423/8.Manfaat.Kacang.Tanah.Bagi.Kesehatan

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Boiled_big_peanuts_%26_normal_peanuts,_Katori_City,_Japan.jpg

Sunday, April 22, 2018

Mengulik Buah Sawo Sebagai Pakan Tambahan Untuk Burung Ocehan

Berbicara tentang buah Sawo mungkin hampir tidak ada dari kita yang tidak mengenal ataupun bahkan memakannya. Hal ini dirasa wajar sebab buah Sawo tergolong salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak terdapat di pasar-pasar tradisional dan modern. Banyaknya yang menyukai buah Sawo tak terlepas dari rasanya yang manis dan tingginya kandungan air sehingga tubuh pun terasa segara. Walaupun demikian, buah Sawo pun ternyata juga bisa diberikan kepada burung ocehan sebagai pakan tambahannya. Karenanya penulis pun coba menguliknya lebih jauh lagi agar kita dapat mengetahui lebih banyak tentang buah Sawo sebagai pakan tambahan bagi burung ocehan.

Ya, buah Sawo merupakan salah satu buah yang memiliki kandungan air cukup tinggi dengan tekstur daging lembut. Rasanya yang sangat manis tidak hanya untuk dimakan tapi juga ternyata mengandung banyak nutrisi didalamnya. Kandungan nutrisi tersebut cukup beragam yang terdiri dari kalsium, magnesium, fosfor, seng, tembaga, asam folat, vitamin (A, B, B6, dan C), natrium, niasi, dan riboflavin. Selain itu, buah Sawo tampak berbentuk agak oval dengan ukuran sedang dan memiliki tekstur kulit yang agak kasar tapi tidak keras atau tebal sehingga bisa dikupas cukup menggunakan gigi saja.
Buah Sawo
Disamping itu, buah Sawo yang rasanya manis ini juga ternyata mengandung beragam khasiat atau manfaat yang baik bagi kesehatan kita. Nah, manfaat-manfaat tersebut tentunya tidak hanya membuat tubuh menjadi segar tapi juga membantu dalam pembentukan sel darah merah, bisa menyehatkan tulang, menjaga kesehatan mata, mengobati sariawan, dan menjaga penuaan pada wajah. Walaupun demikian sebaiknya memang memilih buah Sawo yang sudah matang agar tidak terkena getah yang ada dibagian lapisan kulitnya.
Baca juga:
Khasiat yang terkandung pada buah Sawo ternyata juga bisa dinikmati oleh beragam burung ocehan yang menyantapnya. Ya, buah Sawo dapat diberikan sebagai pakan tambahan bagi burung ocehan dikarenakan sangat membantu dalam mendorong agar burung semakin rajin berkicau. Khasiat lainnya tentu mampu menjaga staminanya agar tidak mudah lelah atau capai saat sering berlatih berkicau. Jenis burung ocehan yang bisa diberikan buah Sawo sebenarnya tidak ada kriterianya tapi biasanya yang mau menyantapnya hanya pemakan buah dan sayuran saja seperti burung Kacamata ataupun Cucak-cucakan. Selain bisa diberikan kepada burung ocehan dewasa juga disajikan bagi burung muda bakalan tangkaran ataupun hasil tangkapan hutan.

Nah, mengingat buah Sawo hanya bersifat sebagai pakan tambahan maka ada baiknya kita jangan memberikannya secara rutin atau hingga tiap hari kepada burung ocehan. Hal ini dikarenakan adanya kandungan getah di bagian area permukaan daging buah bisa berdampak buruk bagi sistem pencernaan burung ocehan. Untuk itu, buah Sawo dapat disajikan maksimal dua kali dalam seminggu dengan takaran hanya seperempat dari total satu buah Sawo. Selain itu, pilihlah buah yang kondisinya sudah matang dengan tekstur daging yang lembut dan sebaiknya mengupas kulitnya terlebih dahulu lalu mencuci buah dengan air bersih yang mengalir.

Yup, sampai sinilah ulasan seputar buah Sawo yang menjadi pakan tambahan bagi burung ocehan pemakan buah-buahan ataupun sayuran. Hanya saja, sebelum memberikan buah Sawo maka ada baiknya diperhatikan terkait dengan tingkat kematangan buah dan takarannya agar manfaat yang disebutkan bisa merasuk ke dalam tubuh burung ocehan Anda. Okey.

Referensi Tulisan:
1. https://omkicau.com/2013/07/31/sawo-untuk-burung-pemakan-buah-nektar/
2. https://www.khasiat.co.id/buah/sawo.html

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sawo_penampang_Pj_DSC_0227.jpg

Saturday, April 21, 2018

Ragam Manfaat Cacing Tanah Untuk Burung Ocehan

Jenis pakan hidup yang umumnya diberikan kepada burung ocehan tergolong cukup banyak atau beragam.  Jenis pakan hidup tersebut terdiri dari jangkrik, belalang, ulat, dan ikan guppy. Kesemua jenis pakan tersebut mengandung ragam nutrisi yang memberikan banyak manfaat atau khasiat bagi burung ocehan yang menyantapnya. Akan tetapi, terdapat jenis pakan hidup lainnya yang juga memiliki ragam manfaat dan baik dikonsumsi burung ocehan. Adapun nama jenis pakan hidup tersebut adalah Cacing Tanah.

Cacing Tanah tergolong hewan invetebrata (tidak memiliki tulang belakang) yang sudah umum dikenal hampir semua orang di dunia. Hewan yang berukuran panjang dengan bentuk mirip tabung ini yang berasal dari kelas Oligochaeta dan memiliki beragam jenis familia. Hanya saja, biasanya yang dikenal orang-orang kebanyakan berasal dari famili Megascilicidae dan Lumbricidae. Padahal jumlah total famili Cacing Tanah yang tersebar di seluruh negara sebanyak 21 jenis.
Cacing Tanah Jenis Lumbricus Rubellus
Cacing Tanah yang tempat hidupnya berada di bagian dalam tanah ini ternyata memiliki manfaat dalam menguraikan benda-benda organik yang berada di dalam ataupun atas permukaan tanah. Dampaknya tentu membuat kontur tanah menjadi gembur dan subur untuk ditanami berbagai jenis tumbuhan dan pepohonan. Selain itu, hewan yang memiliki kelamin ganda ini juga sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang diberikan kepada unggas dan ikan peliharaan di kolam. Akan tetapi, ternyata Cacing Tanah pun juga bisa dijadikan pakan tambahan untuk burung ocehan.

Ya, memberikan Cacing Tanah sebagai pakan burung ocehan tentunya sudah lama dilakukan oleh para penghobies diberbagai negara. Hal ini tentu tak terlepas dari tingkat kandungan proteinnya yang cukup tinggi hingga mencapai hampir 72 persen. Hanya saja, Cacing Tanah yang disarankan menjadi pakan burung ocehan sebaiknya yang masih hidup. Sebab bila Cacing yang diberikan ternyata sudah mati biasanya akan tercium aroma amis yang menyengat dan mungkin telah dipenuhi bakteri berbahaya maka bisa berdampak buruk bagi kesehatan burung ocehan yang menyantapya.
Baca juga:
Disamping itu, jenis Cacing Tanah yang bisa dijadikan pakannya pun hanya beberapa jenis saja mulai dari jenis Cacing Merah (Lumbricus Rabbelus), Cacing Bayam (Eisenia Sp), Cacing Tanah (Lumbricus Terestris), dan Cacing Fosfor (Lumbricus SP). Hal ini dikarenakan keempat jenis Cacing Tanah itulah yang paling umum diberikan sebagai pakan tambahan dan banyak juga yang sudah membudidayakannya sehingga tidak perlu takut dengan jaminan kesehatannya.

Nah, begitu juga dengan khasiat atau manfaat yang diterima burung ocehan saat sesudah mengkonsumsinya cukup beragam yang meliputi: mampu menormalkan birahi, dapat menggenjot nafsu makan, memperindah suara kicauan, membuat burung rajin berkicau, dan memenuhi kelengkapan nutrisi di tubuhnya. Selain itu, cara pemberiannya bisa langsung ditaruh ke cepuk makanan per satu atau dua ekor dalam kondisi hidup. Dapat juga mengolahnya terlebih dahulu menjadi tepung cacing yang bisa dicampurkan ke dalam voernya. Hanya saja, mengingat Cacing Tanah bersifat pakan tambahan maka ada baiknya diberikan sekali sampai dua kali dalam satu minggu. Oke.

Referensi Tulisan:
1. https://omkicau.com/2016/09/26/cacing-merah-bisa-dimanfaatkan-untuk-mengatur-birahi-burung-kacer/
2. https://omkicau.com/2010/03/06/jenis-jenis-cacing-untuk-pakan-burung/
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_tanah

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Lumbricus_rubellus_HC1.jpg

Friday, April 20, 2018

Cucak Gunung, Si Burung Ocehan Endemik yang Mulai Terancam

Jenis burung Cucak-cucakan yang berasal dari keluarga Pycnonotidae tergolong jenis burung ocehan yang memiliki suara merdu dan nyaring. Kemerduan kicauannya tidak hanya membuat banyak yang tertarik untuk memelihara tapi juga turut digunakan untuk memaster jenis burung ocehan lainnya. Selain itu, ada salah satu jens burung Cucak-cucakan yang area persebarannya hanya terdapat di Indonesia atau dikenal sebagai burung endemik. Hanya saja, populasinya di alam liar sedang mengalami penurunan sehingga membuat statusnya menjadi Hampir Terancam. Karenanya penulis pun coba menguliknya lebih jauh lagi agar kita dapat mengenalnya. Dan namanya adalah burung Cucak Gunung.

Sebenarnya burung Cucak Gunung sudah cukup akrab atau dikenal luas oleh para penghobies di tanah air. Hanya saja, orang-orang biasa memanggilnya dengan nama burung Cucak Wilis. Sebagai burung endemik daerah yang menjadi area persebarannya hanya terbatas di wilayah Pulau Sumatera, Jawa, dan Bali saja. Terbatasnya area persebaran mungkin juga dikarenakan jumlah sub-spesiesnya yang hanya terdiri dari tiga jenis mulai dari Snouckaerti, bimaculatus, dan tenggerensis.
Burung Cucak Gunung
Sedangkan di habitat aslinya biasanya burung Cucak Gunung mendiami area hutan dataran tinggi atau pegunungan dengan rentang 800 sampai 3000 meter dpl. Walaupun hidup di perbukitan dan pegunungan tapi kawanan burung ini lebih suka berada di area pinggir hutan atau ruang terbuka yang tidak terlalu banyak pepohonannya. Sewaktu mencari makanan seringnya dilakukan secara sendirian dengan menyantap buah-buahan dan serangga yang berukuran kecil. Akan tetapi terkait masa perkembangbiakannya tidak diketahui secara pasti terkait waktu dan jumlah telur yang dihasilkannya.
Baca juga:
Adapun ukuran tubuh burung yang bernama latin Pycnonotus bimaculatus tidak terlalu besar dengan panjang sekitar 20 sentimeter. Dan ciri fisik lainnya dapat dibaca uraiannya di bawah ini:
  • Terdapat warna cokelat yang menutupi sebagian besar anggota tubuhnya mulai dari mahkota kepala, tengkuk, punggung, sayap, ekor, tenggorokan, dan pangkal dadanya.
  • Warna oranye hanya tampak dibagian atas mata berupa garis tebal yang mirip alis mata.
  • Warna kuning tua terlihat dibagian sisi wajah, dekat ujung sayap, dan tunggirnya.
  • Terlihat juga warna putih yang hanya terdapat dibagian perut hingga batas pangkal tungginya.
  • Paruhnya yang berwarna hitam pekat berukuran sedang dan terlihat agak tebal.
  • Matanya yang berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan sorot yang cukup tajam.
  • Ekornya yang berwarna kecokelatan berukuran agak panjang yang terdiri dari beberapa helai bulu yang agak lebar.
  • Kakinya yang berwarna hitam keabu-abuan berukuran sedang.
Nah, sebagai burung ocehan yang sudah akrab dikenal banyak orang tentunya dikarenakan suara kicauan yang dimilikinya tergolong merdu dan nyaring. Ya, suara kicauannya terdengar agak melengking dengan volume yang cukup tinggi atau kencang. Tempo kicauannya agak rapat dan ngerol dengan bunyi seperti “cak... cakk... cuhh... ciulkk.. ciuulkk”. Selain itu, sewaktu dipelihara burung Cucak Gunung juga dapat dilatih dengan menggunakan suara kicauan burung lain. Dan burung Cucak Gunung juga bisa dijadikan burung masteran agar burung ocehan yang dilatih memiliki suara kicauan yang bervariasi dan terdengar lantang. Hanya saja, mengingat populasinya di alam liar sedang mengalami penurunan maka ada baiknya memang kita tidak perlu menangkap di hutan tapi bisa dibeli dari hasil budidaya atau tangkaran.

Referensi Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2011/11/26/cucak-gunung/
2. https://www.hbw.com/species/orange-spotted-bulbul-pycnonotus-bimaculatus#Descriptive_notes

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Orange-spotted_Bulbul_(Pycnonotus_bimaculatus)_-_Flickr_-_Lip_Kee_(1).jpg

Lebih Dekat Mengenal Burung Kerak Ungu

Jenis burung Jalak tergolong cukup banyak digemari para penggemar burung ocehan tidak hanya di tanah air tapi juga diberbagai negara. Banyaknya yang menyukai jenis burung Jalak mungkin tak terlepas dari suara kicauannya yang terdengar nyaring dan cukup lantang. Selain itu, karakternya pun dikenal cukup lincah dan tergolong burung yang pintar dalam meniru berbagai jenis suara. Begitu juga jenisnya yang terdapat di wilayah hutan Indonesia tergolong beragam. Karenanya pada tulisan ini sengaja untuk mengulik salah satu di antaranya agar semakin banyak yang mengenalinya. Dan nama burung Jalak tersebut adalah burung Kerak Ungu.

Burung Kerak Ungu merupakan salah satu dari beragam jenis burung jalak-jalakan yang berasal dari keluarga Stumidae. Kehidupannya di alam liar biasanya berada di area terbuka dataran rendah sampai perbukitan dengan ketinggian mencapai 1525 meter dpl. Area tempat tinggalnya terletak tidak jauh dari pemukiman masyarakat yang masih terdapat pepohonan rindang ataupun padang rumput yang cukup luas. Hal ini diketahui dari sarang yang dibangunnya terkadang diletakkan pada celah-celah gedung dan ditaruh di atas batang pohon saat memasuki masa berkembangbiak.
Burung Kerak Ungu
Adapun saat mencari makanan biasanya dilakukan secara bersama-sama dalam jumlah yang tidak terlalu besar dengan mengunjungi pepohonan atau rerumputan. Jenis makanan yang dimakannya pun cukup bervariasi atau tergolong burung omnivora yang menyantap serangga, tokek, cicak, kadal, katak, anakan burung lain, tikus, cacing, siput, buah-buahan, nektar bunga, dan biji-bijian. Akan tetapi, waktu berkembangbiak yang dijalaninya berbeda-beda di tiap tempat dengan jumlah telur rata-rata sekitar enam butir.

Sedangkan area persebaran burung Kerak Ungu terdapat diberbagai belahan negara dunia mulai dari Afganistan, Tiongkok, Turkmenistan, Uzbekistan, Kazakhstan, Tajikistan, Iran, India, Nepal, Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura, Sri Lanka, dan Indonesia. Hanya saja, keberadaannya di Indonesia banyak berasal dari hasil dilepasliarkan atau introduksi dan ditambah kemampua adaptasinya tergolong bagus sehingga tidak kalah dengan burung Jalak lokal yang berada di dekatnya.
Baca juga:
Disamping itu, ukuran fisik burung yang bernama latin Acridotheres Tristis ini tidak terlalu besar dengan panjang hanya sekitar 24 cm saja. Dan untuk ciri fisik lainnya dapat dibaca uraiannya di bawah ini:
  1. Tampak berwarna hitam yang menutupi bagian mahkota kepala, sisi wajah, tenggorokan, tepi sayap, dan ekornya. 
  2. Terlihat juga warna cokelat tua dibagian punggung, sayap, dada, perut, sampai tunggirnya. 
  3. Pada area sekitar matanya terlihat tidak ditumbuhi bulu-bulu dan berwarna kekuningan.
  4. Tampak juga warna putih yang hanya terdapat dibagian sisi pinggir pangkal sayapnya.
  5. Paruhnya yang berukuran sedang terlihat agak tebal dengan warna kekuningan.
  6. Begitu juga dengan kakinya yang juga berwarna kekuningan dengan ukuran agak panjang dan tampak berisi atau berotot.
Suara kicauan burung yang akrab dipanggil Jalak Nias ini terdengar cukup nyaring dan agak melengking. Volumenya tergolong lumayan tinggi dengan tempo yang agak cepat seperti suara crecetan. Nada kicauannya terdengar lantang, ngebas, dan irama mengalun-alun yang berdurasi cukup lama hingga mencapai satu menitan. Selain itu, burung Kerak Ungu juga pandai menirukan suara burung ocehan lain yang dipadu dengan suara bawaannya. Karenanya, suara kicauan yang dimiliki burung Kerak Ungu terkadang dimanfaatkan untuk memaster jenis burung ocehan atau hanya sekedar memancing agar semakin rajin berkicau saat dibawa ke arena perlombaan.

Referensi Tulisan:
1. https://omkicau.com/2014/12/20/download-variasi-suara-kicauan-burung-jalak-nias-untuk-masteran/
2. http://www.kutilang.or.id/2012/04/26/kerak-ungu/
3. https://www.hbw.com/species/common-myna-acridotheres-tristis#Descriptive_notes

Referensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Acridotheres_tristis_-Sydney,_Australia-8.jpg

Thursday, April 19, 2018

Kancilan Bakau, Si Burung Ocehan Mungil Yang Bersuara Nyaring

Jenis burung ocehan yang memiliki suara merdu dan nyaring tidak hanya didominasi oleh berpostur tubuh yang sedang saja. Sebab banyak diantara jenis burung ocehan yang ukuran tubuhnya lumayan kecil atau mungil juga mempunyai kualitas suara kicauan yang tak kalah nyaring dan lantang. Jenis-jenis burung ocehan tersebut pun cukup beragam mulai dari burung Kacamata atau Pleci, Pelanduk Semak, Wergan Jawa, dan Kancilan Bakau. Karenanya pada artikel ini akan mengulas salah satu di antaranya yang keberadaannya di Indonesia tersebar merata. Dan nama adalah burung Kancilan Bakau.

Burung Kancilan Bakau termasuk salah satu dari beragam jenis burung Kancilan yang penyebarannya tidak hanya terdapat di Indonesia. Secara global area persebaran burung Kancilan Bakau terdapat di kawasan negara India, Myanmar, Vietnam, Filipina, Kamboja, Laos, dan Indonesia. Begitu juga dengan daerah di Indonesia yang dijadikan rumahnya pun tak kalah luas mulai dari Sumatera, Pulau Nias, Kepulauan Riau, Simeulue, Kepulauan Batu, Siberut, Pagai selatan, Bangka, Belitung, Kalimantan, Pulau Karimata, Jawa, Kepulauan Natuna, Kepulauan Kangean, Bali, dan Lombok.
Burung Kancilan Bakau di Alam Liar
Walaupun area persebaran burung yang bernama latin Pachycephala grisola ini tergolong lumayan luas tapi jumlah sub-spesiesnya hanya sebanyak dua jenis saja. Sewaktu di alam liar biasanya menempati area dataran rendah sampai perbukitan dengan ketinggian sekitar 900 meter dpl. Jenis hutan yang ditinggalinya berada cukup jauh dari pemukiman masyarakat berupa hutan di sekitar pantai, hutan mangrove, hutan cemara, hutan bambu, dan rumpun bambu. Karakternya pun dikenal cukup pemalu dengan lebih suka menyembunyikan dirinya dibalik rimbunnya pepohonan.

Selain itu, pada saat mencari makan biasanya burung Kancilan Bakau biasanya bergerak secara sendirian ataupun terkadang bergabung dengan jenis burung lain. Jenis makanan yang menjadi pakan pokoknya berupa serangga yang berukuran kecil sampai sedang. Saat memasuki masa berkembangbiak yang berlangsung sekitar bulan Maret sampai juni biasanya akan membangun sarang dengan bentuk mirip mangkuk kecil. Sarang tersebut diletakkan pada bagian cabang pohoh yang cukup tinggi dan mampu menampung telur yang dierami indukan sebanyak dua butir.
Baca juga:
Adapun ciri fisik burung Kancilan Bakau tergolong lumayan kecil dengan panjang maksimal hanya sekitar 14 sentimeter saja. Dan ciri fisik lainnya dapat disimak di bawah ini:

  1. Terdapat warna cokelat tua yang menutupi bagian atas tubuhnya mulai dari mahkota kepala, sisi wajah, punggung, sayap, dan ekornya.
  2. Terlihat juga warna putih keabu-abuan yang menutupi bagian bawah tubuhnya yang meliputi tenggorokan, dada, perut, hingga ke bagian tunggirnya.
  3. Paruhnya berwarna hitam pekat yang berukuran sedang dan terlihat agak tebal.
  4. Ekornya juga berukuran sedang dengan bulu-bulu yang tidak terlalu lebar. 
  5. Matanya yang berwarna hitam kecokelatan berukuran sedang dengan sorot yang agak tajam. 
  6. Lalu kakinya yang juga berwarna hitam pekat berukuran sedang dengan cakar yang tajam.

Sedangkan suara kicauan yang dimiliki burung Kancilan Bakau tergolong nyaring dan lumayan lantang. Kicauan nyaringnya dibunyikan dengan volume yang cukup tinggi sehingga terdengar melengking. Suara kicauannya pun cukup berirama dengan nada naik-turun yang dibunyikan secara beraturan. Karenanya, burung Kancilan Bakau sangat cocok dipakai untuk memaster jenis burung ocehan lainnya agar suara kicauannya juga terdengar nyaring dan lantang. Selain itu juga bisa dipergunakan untuk memancing agar burung cepat mengeluarkan suara kicauannya.

Referensi Tulisan:
1. https://www.hbw.com/species/mangrove-whistler-pachycephala-cinerea
2. http://www.kutilang.or.id/2012/06/18/kancilan-bakau/

Rerefensi Gambar:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Mangrove_Whistler.jpg