Sunday, August 9, 2015

Hedonisme, Gaya Hidup yang Tak Perlu di Budayakan

Hedonisme, Gaya Hidup yang Tak Perlu di Budayakan

Gaya hidup yang bermegah-megahan atau berfoya-foya sudah sangat sering terlihat di mana-mana baik di layar televisi maupun di sekitar kita. Masalah gaya hidup yang bermegah-megahan ini terlihat dari kebiasaan dalam menggunakan harta kepada hal-hal yang diluar kebutuhannya. Yang mana contohnya seperti memiliki barang-barang mewah yang berkelas tinggi, liburan yang selalu ke tempat-tempat terkenal di luar negeri, dan gemar pamer harta dengan menunjukkannya kepada khalayak ramai. Dan prilaku dari gaya hidup serba berlebihan tersebut seringnya disebut sebagai gaya hidup hedonisme.

Hedonisme dalam beragam sumber mempunyai makna sebagai orang yang menyandarkan tujuan hidupnya untuk mencapai kesenangan dan kebahagian. Dalam menyandarkan kebahagiaan atau kesenangan sebagai tujuan akhirnya sering kali melakukan semua cara tanpa mempertimbangkan dampaknya sebagai pengorbanan yang dilakukan. Dan juga gaya hidup hedonis ini menujukkan sikap yang tidak mau mengalami kesusahan atau kesulitan yang dapat membuatnya menjadi terhambat untuk mencapai kenikmatan atau kebahagiaan yang dicita-citakannya.

Dalam masa kini prilaku hedonisme ini terdapat di berbagai tempat baik yang tampak melalui media elektronik dan massa ataupun yang terlihat di sekitar lingkungan. Dan budaya hedonisme ini erat kaitannya dengan ekonomi yang terlihat dari banyaknya kepemilikan atas berbagai barang dan fasilitas yang mewah. Serta di samping itu, prilaku hedonisme ini menjadikan orang-orang sibuk untuk terus mengkonsumsi atau menghabiskan uangnya untuk membeli produk barang atau jasa yang diinginkannya walaupun tidak terlalu dibutuhkannya.

Hal ini seperti dikatakan bahwa dalam kenyataannya tampak di sekitar lingkungan seperti yang dipertontonkan oleh berbagai media bagaimana cara hidup para pejabat di negari ini yang mulai dari tingkat terendah hingga yang tertinggi. Hedonis yang terlihat dari para pejabat tersebut tampak dari barang-barang yang digunakannya seperti tempat tinggal yang lebih dari satu, kendaraan mewah, pakaian dan aksesoris yang dikenakan, hingga liburannya yang dapat pergi hingga ke luar negeri. Prilaku hedonis yang terlanjur dianut oleh segelintir para pejabat kita akan sangat berdambak buruk bila tidak sesuai dengan kondisi ekonominya dalam memenuhi keinginan mengejar kebahagiaan materilnya. Dampak nyata yang sudah banyak terjadi dari ketimpangan antara ekonominya yang tidak cukup dengan keinginan bahagia yang dituntutnya yang sangat besar ialah bisa melakukan korupsi terhadap uang negara.

Yang demikian itu disampaikan oleh pakar komunikasi yakni Turnomo Rahardjo yang menyebut bahwa pemicu dari praktik korupsi yang seperti dilestarikan oleh para pejabat negara tak lain pemicunya adalah menjalankan kehidupan dengan gaya hidup hedonis (antaranews.com/29/11/2011). Apa yang disampaikan oleh pakar komunikasi tersebut coba untuk menjelaskan tentang bahayanya dari gaya hidup hedonisme yang dapat menyimpangkan prilaku kearah yang salah seperti melakukan korupsi yang banyak menjerat para pejabat negara kita. Sehingga budaya hedonisme ini semestinya dapat diubah dengan gaya hidup yang lebih sederhana.

Dan selain para pejabat negara yang seringkali menerapkan budaya hidup hedonisme juga dianut oleh masyarakat kita. Prilaku hidup hedonisme yang dibudayakan oleh masyarakat dapat menjebaknya untuk terus memamerkan harta yang dimiliki dan membuatnya untuk terus menambah harta dengan cara banyak melakukan konsumsi. Sehingga sikap hedonisme ini menjadikan masyarakat menjadi orang yang boros dan lebih parahnya akan menambah utangnya bila kebahagiaan duniawi yang diinginkannya diatas kemampuan ekonominya.

Apalagi budaya hedonisme ini tidak hanya menyerang orang-orang dewasa tapi juga sudah merengsek ke kalangan kaum muda atau remaja. Banyak di antara remaja saat ini yang mudah sekali tergiur untuk menghabiskan uangnya demi memiliki beragam barang-barang menarik dan tentunya berkelas dibanding dengan punya temannya. Yang budaya hedonisme bagi para remaja ini seakan menaikkan rasa percaya dirinya untuk bisa bergaul di antara teman-temannya. Dan dampak buruknya dari budaya hedonisme bagi kalangan remaja ialah hanya akan membebani ekonomi keluarga karena kedua orang tua harus memenuhi keinginan yang diminta oleh sang anak.

Sedari itulah persoalan budaya hedonisme ini memang tidak hanya milik orang-orang yang memiliki jabatan di pemerintahan tetapi juga ada dari kalangan masyarakat hingga remaja. Adapun hal yang bisa diubah dari budaya hedonisme ini adalah dengan adanya keinginan untuk hidup sederhana. Karena kehidupan sederhana akan mampu menyeimbangkan dengan kondisi ekonomi dengan kebutuhan dan keinginan yang ingin diwujudkan. Dan dapat untuk menghindarkan dari prilaku hidup boros, suka berhutang, dan membeli barang-barang mewah.

Sehingga hal tersebut akan dapat mengendalikan banyaknya keinginan yang harus dicapai terutama keinginan yang bersifat material. Dan dengan pola hidup sederhana maka siapapun juga mulai dari kalangan masyarakat kelas bawah hingga para pejabat dapat mengerti untuk tidak mudah terpancing dalam mengikuti keinginan mencapai kebahagiaan materil tanpa batas. Karena akibatnya hanya akan merugikan diri sendiri yang dapat menyebabkan terjadinya prilaku menyimpang guna bisa memenuhi gaya hidup hedonis. Oleh sebab itu, gaya hidup hedonis memang bukan sesuatu budaya yang patut untuk dilestarikan oleh siapapun juga.

Oleh: Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Pengurus di Kelompok Studi Ekonomi Islam Universal Islamic Economic Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).

Saturday, August 8, 2015

Ketika Air Telah Menjadi Musuh bagi Manusia

Ketika Air Telah Menjadi Musuh bagi Manusia

Air yang diciptakan oleh Tuhan di muka bumi ini sejatinya dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan seluruh makhluk hidup. Keberadaan air tidaklah sulit diketemui yang keberadaan hampir ada di seluruh tempat di dunia ini. Sehingga sudah seharusnya bagi makhluk terkhusus manusia memanfaatkan sebaik-baiknya air guna untuk membantu lancarnya aktivitas kehidupan. Dan juga betapa besarnya fungsi air bagi makhluk hidup tak pelak juga kita dapat menganggapnya sebagai sahabat atau teman yang perlu untuk dijaga dan dilestarikan keberadaannya dari berbagai ancaman.

Namun dalam keberadaan air di muka bumi ini tidaklah selalu mendapatkan perhatian dari manusia untuk tetap dilestarikan atau dirawat keasriannya dari sampah dan limbah yang berada di sungai, danau, dan laut. Hingga akhirnya air yang tidak terawat malah mendatangkan berbagai ragam masalah yang harus diterima oleh kita sendiri. Hal ini terlihat dari banyaknya tempat-tempat yang dialiri oleh air seperti sungai, selokan, danau, bahkan laut dihujani oleh tumpukan sampah-sampah organik dan an-organik dan limbah dari rumah tangga dan pabrik. Akibatnya makhluk hidup yang berada di areal sungai terkena dampaknya seperti keracunan dan kematian. Disamping itu juga, air yang tercemar akan menimbulkan aroma yang tidak sedap dan jorok.

Bagi kita sendiri ancaman serius yang diterima bila air telah tercemar oleh sampah tanpa terpikir untuk membersihkannya kembali ialah pemukiman kita akan terserang banjir, banjir bandang, air yang jorok dan berbau, dan bermekarnya jutaan penyakit yang siap menyerang manusia. Hal ini terlihat pada awal tahun 2015 ini banyaknya korban berjatuhan akibat demam berdarah hingga ratusan yang terjadi di berbagai daerah baik di sumatera maupun jawa. Kejadian ini tak bisa dipungkiri akibat selokan yang tercemar sampah dan banjir yang menerjang pemukiman penduduk. Dan dalam suatu berita seperti dilaporkan oleh jpnn.com bahwa tercatat sudah 50 korban tewas akibat serangan penyakit demam berdarah di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 ini (31/01/2015).

Belum lagi melihat kondisi daerah perkotaan kita yang buruk dalam pengelolaan limbah dan selokan sebagai lajur drenaise bagi air yang melintas di situ. Yang mana kondisi selokan kita lebih banyak dihuni oleh sampah-sampah yang menumpuk tanpa ada satu pun yang bersedia menormalisasikannya. Sehingga saat hujan deras tumpah mengguyur jalanan ibu kota maka siap-siap setelah itu banjir akan menutupi badan jalan dan perumahan. Dan akhirnya akan menimbulkan kesan bahwa air telah menjadi musuh bagi manusia.

Bersahabatlah dengan air
Kita sudah mengetahui bersama bahwa air merupakan hal yang urgen dibutukan oleh semua makhluk hidup. Sedari itu sikap bijak untuk mengelola air sehingga jangan sampai tercemar perlu menjadi perhatian khusus agar bisa terus dimanfaatkan sampai kapanpun. Dan jangan sampai air yang ada seolah-olah balik menyerang manusia sebab ia telah merasa terluka akibat semberono dan rakus dalam pemanfaatannya.

Pada awal tahun 2015 selain dihujani dengan pemberitaan banyaknya korban demam berdarah di berbagai daerah ada pula masalah lainnya seperti banjir yang menyerang berbagai daerah di Indonesia. Hal tersebut tercatat dalam surat kabar online bbc.co.uk menuliskan bahwa banjir bandang telah menerjang kota Manado dan sekitarnya yang menyebabkan ribuan orang terpaksa harus mengungsi dan terdapat juga korban jiwa yang hanyut terbawa air (15/01/2015).

Dengan terdapatnya adanya bencana alam yang disebabkan oleh meluapnya air harus menjadi tamparan pada diri kita masing-masing untuk dapat menyadari bahwa air yang menampati lingkungan di sekitar kita perlu untuk dirawat dan dijaga. Sebab kerugian yang ditimbulkan oleh air yang berubah jadi bencana dapat dikategorikan pada dua yakni pada orang-orang diperkotaan maka kerugiannya jalanan menjadi macet, rumah-rumah terendam, begitu juga pertokoan masyarakat, dan ribuan bisnis terpaksa berhenti beroperasi. Sedangkan yang kedua bila hal tersebut menimpa pedesaan sudah barang tentu ribuan hektar sawa dan ladang akan mati terkena air banjir, perumahan warga lenyap terendam air, dan usaha warga seperti tambak ikan atau udang akan hanyut tersapu air banjir.

Sehingga dibutuhkan kesadaran untuk bisa bersahabat kembali dengan air yang sejatinya ada untuk menunjang kelancaran aktivitas manusia. Bersahabat dengan air tidak sulit bila dilakukan bersama-sama. Dan cara bersahabat itu bisa dilakukan secara bersama-sama rutin membersihkan selokan dari tumpukan sampah dan lumpur yang menumpat air mengalir, membersihkan sungai-sungai dari sampah dan jangan membangun pemukiman liar di tepi sungai, jangan lagi merusak hutan sehingga tidak ada lagi yang menopang air bila hujan turun, dan biasakan untuk tidak mengotori air dengan sampah-sampah.

Dan akhirnya bila kelestarian air dapat dijaga oleh kita sendiri maka bencana yang disebabkan oleh air tidak lagi menimpa kita melainkan air yang ada disekeliling kita dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk kemakmuran masyarakat kita. Yang pada intinya air tidak lagi menjadi musuh pada manusia melainkan menjadi kawan dan sahabat yang saling membantu satu sama lain. Dan hal tersebut hanya bisa tercapai bila kita sadar bahwa air pun perlu untuk dijaga kelestariannya. Semoga.

Oleh: Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Anggota KSEI Universal Islamic Economic dan Mahasiswa Ekonomi Perbankan Syariah, FEBI, UIN-SU).
Demam Batu Akik Jangan Sampai Merusak Lingkungan

Demam Batu Akik Jangan Sampai Merusak Lingkungan

Batu akik saat ini begitu digandrungi oleh semua kalangan yang tidak hanya berasal dari kalangan orang tua namun juga kalangan muda pun banyak yang mencari batu akik. Demam akan batu akik tidak hanya melanda satu atau dua daerah saja di Indonesia melainkan seluruh dari daerah dari Sabang hingga Marauke turut menggilai batu akik. Hal ini terbukti dari banyaknya orang-orang yang membuka lapak menjual batu akik di pinggiran jalan trotoar hingga di toko-toko yang selalu dipenuhi oleh pengunjung yang ingin membelinya.

Dari tingginya minat masyarakat akan batu akik membuat harganya pun ikut melambung tinggi yang bisa mencapai miliaran rupiah untuk sebuah cincin batu akik. Disamping itu juga bahwa berjualan batu akik dianggap sebagai bisnis yang menjajikan dan bisa mendatangkan uang mencapai miliaran rupiah. Sehingga banyak orang yang sudah terlibat untuk merubah sebuah bongkahan batu mulia menjadi batu akik yang bernilai tinggi. Dan membuat batu akik yang berada di alam pun semakin banyak diburu oleh masyarakat.

Perburuan terhadap bongkahan batu akik di alam saat ini begitu marak sekali terjadi yang tidak hanya menyisir sungai-sungai yang dekat dengan perbukitan tapi juga telah sampai pada daerah lereng perbukitan yang banyak bebatuannya. Alhasil, perburuan terhadap pencarian batu akik di alam dalam jumlah besar dan tidak terkendali dapat merusak kondisi alam karena hilangnya bebatuan sebagai penopang lereng-lereng perbukitan. Sehingga bila tidak ada tatanan kepada para penambang batu akik maka akan berdampak serius pada kerusakan lingkungan.

Hal ini terlihat betapa banyaknya orang-orang yang menjadi pencari bongkahan batu akik di alam yang mencapai ribuan orang di seluruh Indonesia. Bahkan dalam sebuah berita dikatakan bahwa banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai petani akhirnya berganti profesi menjadi pencari batu akik yang jumlahnya selama 10 tahun terakhir sudah mencapai lima juta petani (liputan6.com/18/02/2015). Tentunya hal ini sangat mengkhawatirkan karena tingginya jumlah petani yang telah beralih profesi menjadi pencari batu akik dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan sebagai objek penggalian. Disamping juga akan sulitnya Indonesia untuk mencapai swasembada pangan bila sudah tidak adanya lagi petani  yang mau menggaraf ladangnya.

Dan kerusakan lingkungan yang dapat terjadi bila terjadinya eksploitasi yang berlebihan dalam menambang batu akik di alam ialah tekstur tanah akan melembut karena kehilangan penahan seperti bebatuan dan akan sulit untuk menahan terjangan hujan dan pasang air sungai. Sehingga dampaknya bisa berakibat pada tanah longsor yang sewaktu-waktu akan menimpa pemukiman masyarakat yang menimbulkan banyak kerugian.

Perlunya regulasi dalam penambangan batu akik

Eksploitasi terhadap sumber alam yang menghasilkan bebatuan untuk membuat batu akik yang berlebih terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia sehingga menjadi perhatian para aktivis lingkungan dan anggota dewan. Seperti yang terjadi di Provinsi Aceh yang banyak terjadinya penambangan terhadap batu akik menyedot perhatian dari aktivits Wahana Lingkungan Indonesia wilayah Aceh meminta kepada pemerintah setempat untuk melakukan penertipan kepada para penambang batu akik agar jangan lagi mengambil batu akik di alam karena bisa menyebabkan pengikisan terhadap tanah dan akan terjadi longsor. Hal serupa juga terjadi di tanah Bengkulu di daerah Mukomuko yang penambangan terhadap batu akik sudah merambah daerah hutan sehingga membuat Kantor Pengelolaan Hutan Produksi akan melakukan penertiban terhadap para penambang batu akik di wilayah hutan.

Dua daerah tersebut hanyalah contoh dimana persoalan penambangan batu akik di alam secara berlebihan memang akan menghasilkan dampak buruk bagi lingkungan. Sehingga dibutuhkan adanya regulasi yang jelas dari pemerintah untuk supaya bagaimana masyarakat tidak secara berlebihan mengambil batu akik di alam. Regulasi akan pencarian batu akik di alam dirasakan sangat perlu guna membatasi tempat-tempat mana saja yang memang diperbolehkan untuk ditambang serta pemberian izin kepada para penambang. Karena bagaimanapun adanya demam batu akik saat ini telah membuka lapangan pekerjaan bagi ribuan orang di daerah guna untuk dapat memperbaiki kondisi ekonominya.

Dan dengan adanya regulasi yang jelas dari pemerintah tidak hanya dapat menyelamatkan lingkungan dari pengikisan sediman tanah yang bisa berdampak pada bencana alam. Tetapi juga dari regulasi tersebut pemerintah telah mampu mengembangkan pontensi alamnya untuk digunakan sebaik-baiknya guna dapat memakmurkan masyarakatnya dan menjadi pendapatan daerah. Yang akhirnya wabah demam terhadap batu akik tidak lagi menimbulkan masalah kerusakan lingkungan tapi mampu untuk menciptakan banyaknya lapangan pekerjaan baru dan mengenalkan kekayaan alam masing-masing daerah kepada dunia. 

Oleh: Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Mahasiswa Fakultas FEBI UIN SU, dan Penerima Beasiswa Bank Indonesia tahun 2014 dari UIN SU, serta termasuk dalam Komunitas Generasi Baru Indonesia (GenBI) Sumut).

Thursday, August 6, 2015

Sedekah Bagaikan ‘Investasi’

Sedekah Bagaikan ‘Investasi’

Sedekah merupakan hal yang lumrah terdengar oleh kaum khalayak manusia karena merupakan sebuah kata yang sering dilakukan oleh ummat muslim dan non muslim. Sedekah merupakan anjuran Rasulullah Saw. Untuk menyambung tali silaturrahmi antar umaat dan mempersempit jurang  pemisah antara sikaya dan simiskin karena adanya pemerataan pembagian harta secara sukarela. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi sedekah merupakan ladang ‘investasi’ yang sangat menguntungkan bagi pelakunya.

Menurut motivator kenamaan dengan salah satu bukunya yang terkenal 7 Keajaiban Rezeki yakni Ippho Santosa mengatakan bahwa Zakat merupakan ‘proteksi’ bagi harta tetapi Sedekah merupakan ‘investasi’ bagi harta yang diberikan karena Allah akan membalas berlipat ganda kepada sesiapa hamba-Nya yang mau bersedekah dijalan Allah. Dan Insya Allah, tidak akan timbul rasa kecewa. Sebagaimana Allah Swt, berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 261 bunyinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. Jelas bahwa ‘investasi’ dalam bersedakah selalu tergambar apik oleh firman Allah Swt, tersebut untuk menjadikan hamba-hamba-Nya selalu bermurah hati terhadap harta yang menjadi ladang amal di dunia ini.

Mengenai hal itu sebagaimana sedekah sendiri mempunyai pengertian sebagai pemberian harta oleh seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain atau sekelompok orang untuk membantu dalam kesulitan hidup yang dijalani dan dengan ridho dari Allah Swt. Ditandaskan juga jika kesulitan dalam bersedekah dalam harta itu tidak menjadi persoalan karena Rasulullah Saw, tidak membatasi sedekah dalam bentuk harta tetapi dalm bentuk yang lain juga. Sebagaimana Rasulullah Saw, bersabda: “Setiap tasbih adalah shadaqah, setiap takbir shadaqah, setiap tahmid shadaqah, setiap amar ma'ruf adalah shadaqah, nahi munkar shadaqah dan menyalurkan syahwatnya kepada istri shadaqah". (HR. Muslim)”. Nah, makin besar bagi setiap hamba-hamba Allah Swt, untuk dapat memperluas ladang ‘investasi’nya dalam menantikan kemakmuran di hari esok bahkan di akhirat nanti.

Disamping itu Islam bukanlah agama yang tidak mengajarkan saling berbagi terhadap sesama manusia, tetapi agama Islam mempunyai peranan penting dalam bagaimana mengatur harta secara apik dan bisa dinikmati oleh umat lainnya. Karena sedekah tidak hanya diperuntuhkan untuk diberikan kepada yang muslim saja tetapi non-muslim sebagaimana Nabi Muhammad Saw, ketika semasa hidupnya selalu bersedekah kepada seorang nenek tua yang beragama Yahudi dan Rasulullah Saw, tidak mendiskriminasikan orang yahudi tersebut. Menunjukkan bahwa pembawa Islam itu sendiri memberikan contoh yang efektif untuk ditiru oleh pengikut lainnya dalam menambah amalan sedekah dengan harta yang dititipkan oleh Allah Swt.

Banyak di antara manusia yang mempunyai perekonomian bawah, menengah sampai keatas terkadang salah membelanjakan hartanya dimana. Sering sekali terlihat disekeliling ada yang membelanjakannya untuk membeli benda yang dilihat dari sudut pandang manapun tidak bermanfaat seperi: ganja, sabu-sabu, heroin dan lainnya. Serta juga salah dalam menginvestasikan harta tersebut dengan meletakkan di jalan syetan dapat tertawa seperti: membangun kedai tuak, menyewa wanita malam, bahkan membuat tempat prostitusi yang sangat menyedihkan dan tinggal menanti saja Allah Swt, punya rencana tersendiri untuk hamba-hamba-Nya yang seperti ini.

Sedekah seperti di atas bukanlah hal yang baru bagi masyarakat sekarang walaupun namanya terkadang di ganti-ganti baik itu derma, donasi, dan sumbangan. Tetapi dalam pemberian tidak ada paksaan tetapi harus dipaksakan untuk dilakukan secara berkala karena membiasakan kebaikan adalah harus dipaksakan supaya menjadi terbiasa nantinya. Sedekah sedikit mempunyai nilai sedikit tetapi menjadi ‘investasi’ untk dibalas Allah Swt, sedekah banyak lebih baik lagi untuk dapat memberikan ‘investasi’ yang tak disangka-sangka oleh pelakunya.

Dalam tilikan ekonomi sedekah yang berupa harta yang diberikan kepada seseorang kepada orang lain adalah penggerak roda ekonomi yang terus bergerak dan tak akan berhenti. Kenapa, karena jika dibayangkan saja, jika ada seseorang yang memberikan uangnya/harta kepada pengemis lalu sipengemis itu dapat membeli makanan di warung, dan warung itu dapat menggaji karyawannya dan dapat membeli pembelanjaannya ke pasar, dan dari pasar dapat meminta pasokan dari para petani dan petani dapat menghidupkan usahanya. Nah, bayangkan contoh tersebut yang jarang terpikirkan oleh sebagian khalayak manusia tetapi jika dimulai perlahan secara pasti hasilnya untuk yang diharapkan kepada Allah Swt, akan terkabul dengan hal-hal yang tak terduga.

Jika ditilik lebih jauh lagi mengenai sedekah bagaikan ‘investasi’ memang hal yang sangat mengesankan untuk dapat ditelaah lebih jauh lagi. Sedekah adalah hal yang sering sekali disebut-sebut di dalam Al-Quran dan Al-Hadist bahkan para sahabat pun mengemukan pendapatnya mengenai sedekah. Rasulullah Saw, sendiri mengatakan tentang khasiat bersedekah adalah: “belilah kesulitanmu dengan sedekah.” Dihadist yang lain bersabda: “obatilah penyakitmu dengan sedekah.” Dilihat di sabda yang lain: “perbanyaklah sedekah, sebab sedekah dapat memanjangkan umur.” (tidak perlu meminta wejangan kepada peramal). Dan khasiat lainnya di sabdakan Rasulullah Saw,: bersegeralah sedekah, sebab bala tidak pernah mendahului sedekah.” Bahkan tidak perlu bagi ummat muslim untuk minta penglaris ke perdukunan yang dilaknat Allah karena khalifah Ali mengatakan: Pancinglah rezeki dengan sedekah”. Subhanallah.

Dari hadis dan pendapat sahabat Rasul Saw memberikan indikasi tersendiri bagi ummat islam bahwa sedekah dapat: menghilangkan kesulitan, menghilangkan penyakit, memanjangkan umur, menghindarkan bala, bahkan mendatangkan rezeki. Tetapi disandarkan harapan-harapan tersebut kepada Allah Swt, bukan kepada selain-Nya karena itu adalah harapan yang salah.

Jika bicara kekhawatiran untuk tidak tercapainya ‘investasi’ yang dibicarakan itu adalah sebuah kekhawatiran yang sangat lumrah tetapi ingat Allah Swt, tidak mungkin mengingkari janji-Nya untuk tidak membalas sedekah-sedekah hamba-Nya dan pasti dibalas dengan cara yang tak terduga oleh hamba-hamba-Nya. Karena jika kita berjanji kepada sesama manusia mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak diinginnkan seperti dikhianati. Tetapi apabila Allah Swt, berjanji maka itu adalah sesuatu yang pasti yang tak mungkin dikhianati oleh Allah Swt. Ditandaskan hal ini dalam firman-Nya: "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan." (QS. Al-Baqarah [2]: 245). Jelas bukan.

Oleh: Satria Dwi Saputro
Menyoroti Maraknya Petasan di Bulan Ramadhan

Menyoroti Maraknya Petasan di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan yang merupakan bulan suci bagi umat Islam di seluruh dunia untuk menjalankan perintah berpuasa selama satu bulan penuh. Selain menjalankan ibadah puasa juga disuruh untuk mengerjakan amal ibadah lainnya seperti melaksanakan shalat tarawih sehabis shalat Isya, membaca Al-Quran, bersedekah, dan amalan baik lainnya. Sehingga yang diharapkan adalah terciptanya keadaan yang aman tanpa keributan pada bulan suci Ramadhan. Tapi dalam kenyataannya kondisi yang aman tanpa keriuhan pada bulan suci Ramadhan agaknya masih dalam pengupayaan dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan dari berbagai penyebab yang fokusnya pada artikel ini adalah menyoroti maraknya bunyi petasan di bulan Ramadhan.

Petasan bagi hampir seluruh masyarakat Indonesia sudah sangat terkenal dengan jenisnya yang beraneka ragam dan harganya juga bervariasi mulai seribu hingga puluhan ribu rupiah. Dan biasanya petasan marak diproduksi secara massal hanya terjadi pada bulan Ramadhan dengan banyaknya permintaan terutama dari anak-anak hingga remaja. Di samping itu petasan yang dibeli sering kali dibunyikan pada malam hari saat orang-orang sedang melaksanakan shalat tarawih. Sehingga dampaknya menimbulkan kebisingan dan mengganggu ibadah orang yang mengerjakan shalat tarawih.

Dan juga masalah soal petasan ini sudah cukup lama sekali menjadi pembahasan untuk dilarang peredarannya dan jangan ada lagi yang menghidupkannya. Hal ini terlihat begitu banyaknya razia yang dilakukan oleh aparat kepolisian untuk menangkap para produsen petasan pada saat menjelang bulan Ramadhan. Tapi walaupun sudah dilakukannya razia untuk menghilangkan petasan tetap masih ada saja peredarannya kalau sudah memasuki bulan Ramadhan. Yang hal ini terbukti dari tetap terdengarnya bunyi petasan pada malam hari di bulan Ramadhan. Sehingga memang dibutuhkan upaya yang cukup ekstra untuk bisa benar-benar menjauhkan petasan dari jangkauan anak-anak dan remaja.

Adapun masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat yang bermain petasan tidak hanya menimbulkan polusi udara berupa kebisingan tapi juga persoalan lainnya. Persoalan lainnya yang dihasilkan oleh petasan adalah bisa menimbulkan kebakaran yang dapat menimpa pabrik pembuat petasan hingga rumah-rumah warga. Dan ini sudah terjadi pada ruko yang menjadi gudang penyimpanan petasan terbakar di Pekanbaru. Kejadian kebakaran tersebut menyebabkan petasan yang ada di dalam ruko ikut habis terbakar dan makin memperparah kobaran api di ruko tersebut (news.detik.com/07/04/2015).

Dan selain kebakaran yang ditimbulkan dari petasan juga berbahaya bagi orang-orang yang menyalakannya. Berbahayanya petasan tersebut bila tak hati-hati dalam menyalakannya dapat melukai diri sendiri yang seperti menyebabkan luka bakar pada organ tubuh dan bisa juga menghilangkan nyawa. Dan setiap tahunnya pada bulan Ramadhan selalu ada saja laporan tentang masyarakat terutama anak-anak yang terkena letusan petasan sehingga ada yang harus dilarikan ke rumah sakit karena luka yang diderita cukup parah.

Upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak seperti polisi, tokoh masyarakat, hingga orang tua untuk melindungi anak-anak dari jangkauan petasan sudah banyak sekali dilakukan. Dan memang salah satunya dengan menangkan serta melakukan razia terhadap produsen dan penjual petasan. Tapi selain itu upaya yang diperbuat untuk menghilangkan peredaran petasan adalah dengan memberikan edukasi yang positif pada anak-anak melalui ungkapan bahwa jika menyalakan petasan sama saja dengan membakar uang dalam jumlah besar.

Ungkapan tersebut bukan tanpa dasar seringnya disampaikan oleh para orang tua maupun guru kepada anak dan murid-muridnya agar tidak membeli petasan. Petasan yang pemakaiannya hanya bisa digunakan sekali saja dan dalam tempo waktu yang sebentar saja dianggap sebagai kegiatan yang menyia-nyiakan uang. Apalagi harga petasan yang tergolong terjangkau atau murah dapat dibeli oleh semua kalangan ekonomi masyarakat. Dan petasan yang dibeli dapat dengan dalam jumlah yang banyak dengan harga yang tidak terlalu mahal. Serta akibatnya uang yang dihabiskan untuk membeli petasan tidak ada yang dapat disisihkan lagi agar bisa ditabung. Sehingga ungkapan terhadap membakar petasan sama dengan membakar uang dapat dilogikan dengan meruginya orang-orang yang membeli petasan dan hanya menguntungkan para produsen serta penjual petasan.

Di samping itu juga prihal untuk melarang penyalaan petasan biasanya pihak-pihak instansi seperti lembaga pendidikan melakukan himbauan kepada para murid-muridnya untuk jangan bermain petasan selama bulan Ramadhan. Sehingga memang diharapkan dampaknya dari upaya penanganan terhadap maraknya bunyi petasan pada bulan Ramadhan dapat mengurangi secara drastis jumlah petasan yang dijual ke pasar-pasar. Karena keuntungan dari adanya petasan hanya menguntungkan produsen dan penjual petasan tersebut. Dan bagi masyarakat terutama anak-anak selaku konsumen petasan hanya akan menimbulkan sikap boros untuk terus membeli petasan serta berbahaya pula bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Sehingga memang sudah semestinya peredaran petasan pada bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya tidak lagi diperjual belikan secara bebas. Karena lebih besar bahaya yang ditimbulkannya dibandingkan dengan manfaat yang dihasilkannya. Apalagi memang pada bulan Ramadhan ini kita diminta untuk semakin giat dalam beribadah sehingga menjadi manusia yang bertakwa dan menebar manfaat pada sesama.

Oleh: Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Pengurus di Kelompok Studi Ekonomi Islam Universal Islamic Economic Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).
Menyoal Angkot yang “Mampet” di Jalan

Menyoal Angkot yang “Mampet” di Jalan

Istilah kata “mampet” sudah sangat familiar sekali mampir terdengar di telinga kita. Saat selokan dipenuhi oleh sampah dan tak bisa dilalui air sering disebut dengan “mampet” atau ketika WC di rumah sedang tersumbat juga dikatakan sedang “mampet”. Tapi kata “mampet” dalam artikel ini bukanlah untuk membahas mengenai selokan ataupun WC melainkan untuk dibahas pada angkot. Ada apa dengan angkot sehingga harus dikaitkan dengan kata “mampet”?. Dan apa pula hubungannya antara keduanya?.

Tentu semuanya tahu mengenai angkot yang keberadaannya di kota-kota besar jumlahnya ada banyak sekali yang penumpangnya notebene hampir berada dari semua kalangan baik dari kantoran, mahasiswa, siswa, ibu-ibu, hingga buruh. Dan juga harga yang ditawarkan kepada para penumpangnya cukup murah dibanding harus memakai kendaraan pribadi dimana saat ini harga minyak kendaraan tidak lagi murah atau disubsidi. Sehingga angkot tetap menjadi primadona yang dianggap dapat untuk menjadi transportasi umum yang berbiaya murah.

Tapi di samping dianggap sebagai transportasi umum berongkos murah tetap saja angkot meninggalkan masalah di lingkungan masyarakat. Bukan masalah itu soal polusi yang dikeluarkannya dari lubang kenalpotnya. Akan tetapi menyangkut tentang kemacetan yang ditimbulkannya bila angkot “mampet” di jalanan. Dampaknya cukup berpengaruh negatif yang dihasilkan oleh angkot yang mampet atau berhenti disembarang tempat di jalanan yakni tentunya adalah bikin macet. Fenomena akan kemacetan sudah seperti makanan rutin bagi sebagian besar masyarakat kita yang banyak menghabiskan waktunya di jalanan.

Perlu diketahui bahwa macetnya jalanan tidak hanya diakibatkan dari banyaknya para pedagang kaki lima yang numpang jualan di pinggir jalan. Tetapi juga para supir yang memberhentikan angkotnya disembarang tempat di areal jalan telah mengundang macet. Ini saya alami sendiri sewaktu pergi menuju kampus dan begitu juga dengan pulangnya. Dimana jalan depan kampus tempat saya menimba ilmu yang cukup lebar dan disekitar situ juga terdapat perguruan tinggi lainnya serta sekolah menengah pertama sering kali mengalami kemacetan. Kemacetan jalan tersebut adalah buah dari banyaknya angkot-angkot yang diparkirkan sembarangan dekat pinggir jalan dan ada pula yang memberhantikan angkotnya tepat di sisi badan hingga masuk kehampir separuh badan jalan. Apalagi melihat membludaknya jumlah angkot untuk kota Medan sampai dengan April 2015 sudah sebanyak 6.357 unit (medanbisnisdaily.com/9/04/2015). Sehingga hasilnya tentunya sudah tahu akan jadi apa, ya jadi macet.

Mampetnya angkot-angkot itu yang sudah seperti cuci mata bagi para pengguna jalan di area kampus saya adalah sesuatu hal yang biasa terjadi. Sehingga kemacetan yang disebabkan oleh angkot yang mampet di jalan sering kali sulit dihilangkan karena minimnya ketegasan yang diberikan untuknya. Padahal dampaknya yang saya ketahui karena macet yang disebabkan oleh angkot-angkot yang mampet adalah habisnya waktu di jalan karena harus menunggu angkot yang paling depan bergerak, sulitnya kendaraan yang beraktivitas di kampus menjadi terhambat karena tidak adanya lagi ruang untuk keluar masuknya kendaraan dari kampus.

Alasan yang ditawarkan bagi angkot-angkot yang suka mampet dijalanan ialah karena belum adanya penumpang yang naik ke angkotnya. Menjadikan alasan tersebut membuat para supir angkot dengan senang hati memarkirkan angkotnya di pinggir jalan hingga mengambil badan jalan.  Dan menyebabkan kendaraan seperti sepeda motor, mobil, hingga truk yang melintas menjadi tersendat karena jalanan telah “mampet” oleh angkot.

Apa yang terjadi di area jalan dekat kampus saya bahwa angkot sering mampet sembarangan di jalanan dan menyebabkan macet. Adalah salah satu contoh nyata dari banyak contoh lainnya yang terjadi di kota Medan. Dan tentunya perilaku angkot yang suka berhenti di sembarang jalan perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak terutama kepolisian dan dinas perhubungan untuk melakukan penertiban. Penerbitan sangat perlu sekali diberikan pada angkot-angkot yang suka berhenti sembarangan baik untuk menurunkan atau menunggu penumpang naik ke angkotnya. Dan kemacetan yang dikarenakan angkot suka berhenti semaunya tidak hanya terjadi di kota Medan saja melainkan juga merambat di hampir seluruh kota lainnya di Indonesia. Seperti dalam pemberitaan detik.com yang menuliskan bahwa di terminal Kampung Melayu-Jakarta  hampir setiap sorenya terjadi kemacetan karena banyaknya angkot yang berhenti di pinggir jalan untuk menarik sewa (4/11/2014).

Sedari itu angkot yang seringnya “mampet” di jalanan sering kali menyasar tempat-tempat keramaian seperti daerah sekolah atau perguruan tinggi, pasar tradisional, terminal, stasiun, dan tempat yang ramai lainnya. Alhasil untuk mengurainya memang diperlukan andil dari pihak terkait seperti polisi dan dinas perhubungan serta pihak-pihak pengaman seperti satpam atau security sekolah dan kampus agar dapat melakukan upaya untuk menertibkan angkot yang suka berhenti sembarangan di jalan.

Dan akhirnya jalan-jalan tidak lagi ada yang mampet karena sudah tidak adanya lagi angkot-angkot yang sembarangan berhenti di pinggir jalan. Serta para pengguna jalan dapat leluasa untuk melintas di jalan raya tanpa harus terperangkap oleh macet. Sebab bila jalanan sudah mampet oleh angkot tidak hanya membuat para pengendara sulit untuk lewat tapi jalanan tersebut benar-benar akan tumpat.

Oleh: Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Penerima Beasiswa Bank Indonesia tahun 2014 dari UIN-SU, dan tergabung dalam Komunitas Generasi Baru Indonesia (GenBI) Sumut).