Thursday, August 6, 2015

Sedekah Bagaikan ‘Investasi’

Sedekah merupakan hal yang lumrah terdengar oleh kaum khalayak manusia karena merupakan sebuah kata yang sering dilakukan oleh ummat muslim dan non muslim. Sedekah merupakan anjuran Rasulullah Saw. Untuk menyambung tali silaturrahmi antar umaat dan mempersempit jurang  pemisah antara sikaya dan simiskin karena adanya pemerataan pembagian harta secara sukarela. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi sedekah merupakan ladang ‘investasi’ yang sangat menguntungkan bagi pelakunya.

Menurut motivator kenamaan dengan salah satu bukunya yang terkenal 7 Keajaiban Rezeki yakni Ippho Santosa mengatakan bahwa Zakat merupakan ‘proteksi’ bagi harta tetapi Sedekah merupakan ‘investasi’ bagi harta yang diberikan karena Allah akan membalas berlipat ganda kepada sesiapa hamba-Nya yang mau bersedekah dijalan Allah. Dan Insya Allah, tidak akan timbul rasa kecewa. Sebagaimana Allah Swt, berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 261 bunyinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. Jelas bahwa ‘investasi’ dalam bersedakah selalu tergambar apik oleh firman Allah Swt, tersebut untuk menjadikan hamba-hamba-Nya selalu bermurah hati terhadap harta yang menjadi ladang amal di dunia ini.

Mengenai hal itu sebagaimana sedekah sendiri mempunyai pengertian sebagai pemberian harta oleh seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain atau sekelompok orang untuk membantu dalam kesulitan hidup yang dijalani dan dengan ridho dari Allah Swt. Ditandaskan juga jika kesulitan dalam bersedekah dalam harta itu tidak menjadi persoalan karena Rasulullah Saw, tidak membatasi sedekah dalam bentuk harta tetapi dalm bentuk yang lain juga. Sebagaimana Rasulullah Saw, bersabda: “Setiap tasbih adalah shadaqah, setiap takbir shadaqah, setiap tahmid shadaqah, setiap amar ma'ruf adalah shadaqah, nahi munkar shadaqah dan menyalurkan syahwatnya kepada istri shadaqah". (HR. Muslim)”. Nah, makin besar bagi setiap hamba-hamba Allah Swt, untuk dapat memperluas ladang ‘investasi’nya dalam menantikan kemakmuran di hari esok bahkan di akhirat nanti.

Disamping itu Islam bukanlah agama yang tidak mengajarkan saling berbagi terhadap sesama manusia, tetapi agama Islam mempunyai peranan penting dalam bagaimana mengatur harta secara apik dan bisa dinikmati oleh umat lainnya. Karena sedekah tidak hanya diperuntuhkan untuk diberikan kepada yang muslim saja tetapi non-muslim sebagaimana Nabi Muhammad Saw, ketika semasa hidupnya selalu bersedekah kepada seorang nenek tua yang beragama Yahudi dan Rasulullah Saw, tidak mendiskriminasikan orang yahudi tersebut. Menunjukkan bahwa pembawa Islam itu sendiri memberikan contoh yang efektif untuk ditiru oleh pengikut lainnya dalam menambah amalan sedekah dengan harta yang dititipkan oleh Allah Swt.

Banyak di antara manusia yang mempunyai perekonomian bawah, menengah sampai keatas terkadang salah membelanjakan hartanya dimana. Sering sekali terlihat disekeliling ada yang membelanjakannya untuk membeli benda yang dilihat dari sudut pandang manapun tidak bermanfaat seperi: ganja, sabu-sabu, heroin dan lainnya. Serta juga salah dalam menginvestasikan harta tersebut dengan meletakkan di jalan syetan dapat tertawa seperti: membangun kedai tuak, menyewa wanita malam, bahkan membuat tempat prostitusi yang sangat menyedihkan dan tinggal menanti saja Allah Swt, punya rencana tersendiri untuk hamba-hamba-Nya yang seperti ini.

Sedekah seperti di atas bukanlah hal yang baru bagi masyarakat sekarang walaupun namanya terkadang di ganti-ganti baik itu derma, donasi, dan sumbangan. Tetapi dalam pemberian tidak ada paksaan tetapi harus dipaksakan untuk dilakukan secara berkala karena membiasakan kebaikan adalah harus dipaksakan supaya menjadi terbiasa nantinya. Sedekah sedikit mempunyai nilai sedikit tetapi menjadi ‘investasi’ untk dibalas Allah Swt, sedekah banyak lebih baik lagi untuk dapat memberikan ‘investasi’ yang tak disangka-sangka oleh pelakunya.

Dalam tilikan ekonomi sedekah yang berupa harta yang diberikan kepada seseorang kepada orang lain adalah penggerak roda ekonomi yang terus bergerak dan tak akan berhenti. Kenapa, karena jika dibayangkan saja, jika ada seseorang yang memberikan uangnya/harta kepada pengemis lalu sipengemis itu dapat membeli makanan di warung, dan warung itu dapat menggaji karyawannya dan dapat membeli pembelanjaannya ke pasar, dan dari pasar dapat meminta pasokan dari para petani dan petani dapat menghidupkan usahanya. Nah, bayangkan contoh tersebut yang jarang terpikirkan oleh sebagian khalayak manusia tetapi jika dimulai perlahan secara pasti hasilnya untuk yang diharapkan kepada Allah Swt, akan terkabul dengan hal-hal yang tak terduga.

Jika ditilik lebih jauh lagi mengenai sedekah bagaikan ‘investasi’ memang hal yang sangat mengesankan untuk dapat ditelaah lebih jauh lagi. Sedekah adalah hal yang sering sekali disebut-sebut di dalam Al-Quran dan Al-Hadist bahkan para sahabat pun mengemukan pendapatnya mengenai sedekah. Rasulullah Saw, sendiri mengatakan tentang khasiat bersedekah adalah: “belilah kesulitanmu dengan sedekah.” Dihadist yang lain bersabda: “obatilah penyakitmu dengan sedekah.” Dilihat di sabda yang lain: “perbanyaklah sedekah, sebab sedekah dapat memanjangkan umur.” (tidak perlu meminta wejangan kepada peramal). Dan khasiat lainnya di sabdakan Rasulullah Saw,: bersegeralah sedekah, sebab bala tidak pernah mendahului sedekah.” Bahkan tidak perlu bagi ummat muslim untuk minta penglaris ke perdukunan yang dilaknat Allah karena khalifah Ali mengatakan: Pancinglah rezeki dengan sedekah”. Subhanallah.

Dari hadis dan pendapat sahabat Rasul Saw memberikan indikasi tersendiri bagi ummat islam bahwa sedekah dapat: menghilangkan kesulitan, menghilangkan penyakit, memanjangkan umur, menghindarkan bala, bahkan mendatangkan rezeki. Tetapi disandarkan harapan-harapan tersebut kepada Allah Swt, bukan kepada selain-Nya karena itu adalah harapan yang salah.

Jika bicara kekhawatiran untuk tidak tercapainya ‘investasi’ yang dibicarakan itu adalah sebuah kekhawatiran yang sangat lumrah tetapi ingat Allah Swt, tidak mungkin mengingkari janji-Nya untuk tidak membalas sedekah-sedekah hamba-Nya dan pasti dibalas dengan cara yang tak terduga oleh hamba-hamba-Nya. Karena jika kita berjanji kepada sesama manusia mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak diinginnkan seperti dikhianati. Tetapi apabila Allah Swt, berjanji maka itu adalah sesuatu yang pasti yang tak mungkin dikhianati oleh Allah Swt. Ditandaskan hal ini dalam firman-Nya: "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan." (QS. Al-Baqarah [2]: 245). Jelas bukan.

Oleh: Satria Dwi Saputro

0 komentar:

Post a Comment