Monday, October 7, 2019

Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono (Bagian Dua)

Lanskap
sepasang burung, jalur-jalur kawat, langit semakin tua
waktu hari hampir lengkap, menunggu senja
putih, kita pun putih memandangnya setia
sampai habis semua senja

Telor
Ada sebutir telor tepat di tengah tempat tidurmu yang putih rapih,
Kau, tentu saja, terkejut ketika pulang malam-malam dan
melihatnya di situ. Barangkali itulah telor yang kadang hilang
kadang nampak di tangan tukang sulap yang kautonton sore tadi.
Barangkali telor itu sengaja ditaruh di situ oleh anak gadismu atau
isterimu atau ibumu agar bisa tenteram tidurmu di dalamnya.
Sapardi Djoko Damono
Taman Jepang, Honolulu
inikah ketentraman? Sebuah hutan kecil:
jalan setapak yang berbelit, matahari
yang berteduh di bawah bunga-bunga, ricik air
yang membuat setiap jawaban tertunda

Percakapan Malam Hujan
Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan payung
berdiri di samping tiang listrik.
Katanya kepada lampu jalan, Tutup matamu dan tidurlah. Biar
kujaga malam

Kau hujan memang suka serba kelam serba gaib serba suara
desah asalmu dari laut, langit, dan bumi kembalilah, jangan
menggodaku tidur. Aku sahabat manusia. Ia suka terang

Narsisus
seperti juga aku: namamu siapa, bukan?
pandangmu hening di permukaan telaga dan rindumu dalam
tetapi jangan saja kita bercinta
jangan saja aku mencapaimu dan kau padaku menjelma

atau tunggu sampai angin melepaskan selembar daun
dan jatuh di telaga: pandangmu berpendar, bukan?
cemaskan aku kalau nanti air hening kembali
cemaskan aku kalau gugur daun demi daun lagi

0 komentar:

Post a Comment