Saturday, May 5, 2018

INFLASI DAN DEFLASI (Ekonomi Keuangan Moneter)

A. Pengertian Inflasi dan Deflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancarnya distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.

Deflasi adalah suatu periode dimana harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar. Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga.

Pengertian lainnya inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-harga pada umumnya, atau suatu keadaan dimana terjadi senantiasa turunnya nilai uang. Sedangkan deflasi adalah keadaan yang sebaliknya, merupakan suatu keadaan semakin turunnya harga-harga barang. Namun ada juga yang mengatakan bahwa inflasi sebagai suatu proses atau peristiwa kenaikan tingkat harga umum dan Inflasi itu sendiri sebagai suatu proses atau peristiwa turunnya tingkat harga umum.

Inflasi terjadi karena semakin meningkatnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Sebaliknya deflasi diakibatkan semakin berkurangnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Karena untuk menentukan nilai uang yang harus pula diperhatikan faktor kecepatan peredaran uang (V) (faktor permintaan uang), maka dapat dikatakan bahwa inflasi dan deflasi terjadi karena adanya perubahan pengeluaran seluruhnya dalam hubungannya dengan jumlah uang barang yang ditawarkan untuk dijual.

Dalam masa inflasi harga barang-barang naik, sebaliknya dalam masa deflasi harga-harga barang turun, tetapi harus diingat, bahwa meskipun dalam waktu inflasi maupun dalam waktu deflasi tidak semua harga-harga barang berubah dengan ragam dan arah yang sama.Mungkin dalam masa inflasi ada barang yang harganya malah turun atau kenaikan harganya tidak sebanding dengan kenaikan harga umum, demikian sebaliknya dalam masa deflasi ada barang yang turunnya tidak sebanding dengan turunnya tingkat harga umum atau malah mengalami kenaikan sama sekali.

B. Jenis – Jenis Inflasi
1. Berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya.Ada beberapa inflasi berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya yaitu:

  • Inflasi ringan

Inflasi ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation) adalah inflasi yang lajunya kurang dari 10% per tahun, inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara berkembang yang selalu berada dalam proses pembangunan.

  • Inflasi sedang

Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30% per tahun. Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi. Perlu diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat melalui gerak kenaikan harga. Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti buruh, mulai turun dan kenaikan upah selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga.

  • Inflasi berat

Inflasi berat adalah inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%. Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan. Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-pelaku ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.

  • Inflasi liar (hyperinflation)

Inflasi liar adalah inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hyperinflastion).

2. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

  • Inflasi karena tarikan permintaan atau inflasi permintaan (demand full inflation)

Inflasi ini merupakan inflasi yang disebabkan oleh besarnya permintaan masyarakat akan barang-barang. Permintaan total yang berlebihan biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.

  • Inflasi karena kenaikan biaya-biaya produksi (cost push inflation)

Inflasi ini terjadi karena adanya perubahan tingkat penawaran. Kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

Jenis inflasi ini dibedakan menjadi dua:

  • Inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga (price push inflation) karena kenaikan harga bahan-bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya OPEC menaikan harga minyak;
  • Inflasi yang disebabkan karena kenaikan upah (wages cosh inflation) misalnya karena kenaikan gaji pegawai negeri yang diikuti usaha-usaha swasta pula, maka harga-harga barang barang lain juga ikut naik. Biasanya inflasi karena kenaikan upah atau gaji sangat ditakuti karena akan bisa menimbulkan inflasi secara berkelanjutan.  Karena upah naik, harga-harga akan naik. Karena harga barang naik, maka upah harus dinaikkan dan ini kemungkinan akan terus berkelanjutan. 

3. Inflasi Berdasarkan Asalnya
Inflasi dari segi asalnya dapat dibedakan sebagai berikut:

  • Inflasi yang berasal dalam negeri seperti defisit anggaran belanja Negara yang terus menerus.

Dalam keadaan seperti ini biasanya pemerintah mengintruksikan Bank Indonesia mencetak uang baru dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan pemerintah. Selain itu inflasi dari dalam negeri juga dapat disebabkan oleh adanya gagal panen dan sebagainya.

  • Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).

Inflasi ini timbul karena adanya inflasi dari luar negeri yang mengakibatkan naiknya harga barang-barang impor. Inflasi seperti ini biasanya banyak dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang yang notabene sebagian besar usaha produksinya mempergunakan bahan dan alat dari luar negeri yang timbul karena dari adanya perdagangan internasional.

4. Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu

  • Merayap (Creeping Inflation)

Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.

  • Inflasi menengah (Galloping Inflation)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang artinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.

  • Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)

Inflasi yang paling parah dengan ditandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja

C. Sebab-sebab Terjadinya inflasi dan Deflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang pada umumnya, atau dengan perkataan lain turunnya nilai uang yang terus menerus. Naik turunnya harga barang-barang dan nilai uang seperti di muka sudah dikatakan dipengaruhi oleh tiga factor yaitu M, V, T. Keadaan Indonesia dari tahun 1957- 1968, diakibatkan oleh naiknya M, V terus-menerus yang tidak diimbangi oleh naiknya dan faktor adalah tetap.

Sehubungan dengan ketiga faktor tersebut, ahli-ahli ekonomi PBB dinyatakan bahwa ada tiga sektor yang memungkinkan timbulnya inflasi , yaitu

  • Sektor import ─ eksport
  • Sektor saving ─ investment
  • Sektor penerimaan dan pengeluaran Negara

Menurut mereka jika export suatu Negara lebih besar dari importnya maka akan ada tekanan inflasi. Tekanan inflasi yang terjadi disini diakibatkan oleh makin besarnya jumlah uang yang beredar di dalam negeri karena penerimaan deviezen dari luar negeri. Demikian pula bila investment yang lebih besar dari saving itu harus dikeluarkan uang baru maka akan timbul tekanan inflasi. Demikian juga, apabila anggaran belanja sesuatu Negara mengalami defisit, artinya pengeluaran pemerintah lebih besar dari penerimaannya, sehingga untuk menutupi pengeluaran yang lebih besar itu harus dikeluarkan uang baru maka akan ada tekanan inflasi. Apabila dari ketiga sektor ini terjadi tekanan inflasi maka terjadilah inflasi yang sesungguhnya menurut mereka inflasi yang sesungguhnya tidak akan terjadi apabila ketiga sektor tersebut saling mengimbangi.

Disisi lain ada juga yang mengatakan inflasi terjadi karena dua sektor yaitu :

  • Sektor pemerintah
  • Sektor partikulir

Sektor pemerintah dapat menimbulkan inflasi seperti yang telah disebutkan diatas yaitu pengeluaran lebih besar dari penerimaannya. Dan sektor partikulir juga dapat menimbulkan inflasi. Misalnya uang yang beredar dalam masyarakat akan bertambah apabila bank-bank mengeluarkan kredit yang besar untuk memenuhi permintaan pinjaman sektor partikulir berhubung dengan kegiatannya dilapangan investasi dan non investment.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu:

  • Tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alattukar). Lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral).

Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.

  • Desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.

Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

Sedangkan Deflasi adalah kebalikan dari inflasi yang berarti semakin kuatnya nilai uang sedangkan harga barang atau jasa turun, bisa dikatakan harga barang atau jasa terus turun. Naik turunnya harga barang-barang dan nilai uang seperti di muka sudah dikatakan dipengaruhi oleh tiga factor yaitu M, V, T.  Yang mana bila T↑ sedangkan M dan V tetap maka P↓ yang disebabkan banyak barang yang diproduksi sedangkan jumlah uang tetap menyebabkan nilai uang semakin meningkat sedangkan harga barang tidak hal ini disebabkan banyak barang yang beredar yang membuat banyaknya penawaran barang sehingga harga tetap, bahkan bisa turun untuk menghadapi pesaing.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab deflasi:

  • Menurunnya Persediaan Uang di Masyarakat.

Menurunnya jumlah persediaan uang di masyarakat ini cenderung disebabkan karena sebagian besar masyarakat menyimpan uangnya di bank. Masyarakat menyimpan uangnya di bank kemungkinan disebabkan oleh tingkat suku bunga yang tinggi karena dapat memberikan keuntungan yang cukup tinggi. Sehingga dengan demikian persediaan uang yang ada di masyarakat semakin berkurang. Jika persediaan uang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah barang maka akan dapat menimbulkan deflasi.

  • Meningkatnya Persediaan Barang

Kadang kala produksi barang tidak bisa di bendung apabila permintaan barang meningkat. Produsen cenderung terus meningkatkan produksinya pada saat kondisi seperti itu. Jika jumlah barang yang diproduksi tersebut tidak habis terjual kepada konsumen dan produksi tetap dilakukan sedangkan permintaan akan barang semakin berkurang maka akan dapat meningkatkan jumlah persediaan barang di masyarakat akibatnya harga barang tersebut semakin menurun karena jumlahnya banyak.

  • Menurunnya Permintaan Akan Barang.

Apabila permintaan akan suatu barang menurun sedangkan produksi tetap dilakukan maka cenderung hal tersebut akan menurunkan tingkat harga barang yang bersangkutan.
Adapun pengaruhnya disini terlihat dari kecenderungan keuntungan bagi orang yang meminjamkan uang dan orang-orang yang penghasilannya tetap seperti pegawai dan buruh. Sebaliknya ia akan merugikan orang-orang yang meminjam uang dan orang-orang yang penghasilannya berupa keuntungan dari perusahaan-perusahaan.

D. Kebijaksanaan Mengatasi Inflasi dan Deflasi
Telah kita ketahui bahwa inflasi itu adalah suatu proses dimana nilai uang turun.Dengan demikian teranglah bahwa cara-cara untuk mengatasi itu berhubungan erat atau harus dihubungkan kepada usaha meniadakan faktor-faktor yang menyebakan perubahan nilai uang.
Ada tiga kebijakasanaan untuk mengatasi Inflasi yaitu

a) Kebijaksanaan Moneter
Cara mengatasi Inflasi dengan kebijaksanaan moneter, sesungguhnya untuk sebahagian besar berhubungan dengan politik Bank sentral dari negara yang bersangkutan. Maksud dari pada Bank sentral dengan politiknya adalah untuk menyempitkan pemberian kredit Bank oleh Bank Sentral sendiri maupun oleh badan-badan kredit lainnya yaitu Bank-Bank dagang atau mengurangi jumlah uang beredar dalam masyarakat dengan tiga cara, yaitu :

  • Menaikkan tingkat bunga

Keinginan dari orang-orang atau badan-badan usaha untuk mengadakan pinjaman kepada badan-badan kredit berhubungan erat dengan keuntungan yang diharapkan dari investasi yang akan dijalankannya dan keuntungan yang diharapkan dari investasi yang akan dijalankannya dan besarnya bunga yang harus dibayar dari modal yang dipinjam. Bilamana bunga pinjaman semakin besar, maka ada kecenderungan tertahannya aktivitas yang besar yang pembiayaannya didasarkan atas peminjaman dari badan kredit. Dengan demikian jelaslah bahwa kenaikan tingkat bunga dari Bank Sentral akan mengurangi keinginan badan-badan kredit untuk mengadakan pinjaman untuk memenuhi permintaan pinjaman masyarakat, yang berarti besarnya kredit dari badan kredit berkurang, yang berarti pula mengurangi tekanan inflasi.

  • Politik pasar terbuka

Cara umum yang lain digunakan untuk mengatasi inflasi oleh Bank Sentral adalah open market operation atau politik pasar terbuka. Politik pasar terbuka yang dipergunakan mengatasi inflasi ini kadang-kadang disebut juga sebagai tight money policy. Dengan tight money policy ini dimaksudkan suatu kebijaksanaan dari Bank Sentral untuk menjual surat-surat berharga seperti obligasi negara kepada masyarakat. Karena penjualan surat-surat berharga ini ditujukan pula kepada bank-bank, maka hal ini berakibat berkurangnya uang dari tangan masyarakat, tetapi pula berkurangnya uang di tangan badan-badan kredit, hal ini menyebabkan pemberian kredit potential dari badan-badan kredit menjadi berkurang. Jadi dengan politik serupa ini, maka jumlah uang yang beredar di tangan masyarakat dikurangi dan sebagai gantinya bertambah obligasi negara atau surat-surat berharga lainnya di tangan masyarakat. Berkurangnya jumlah uang di tangan masyarakat menyebabkan permintaan terhadap barang berkurang, dan barang-barang dipasar hanya dapat dijual seluruhnya apabila harga diturunkan dan dengan terealisirnya hal ini, inflasi pun telah dikurangi tekanannya.

  • Menaikkan cash ratio

Cash ratio adalah perbandingan antara uang tunai bank-bank ditambah dengan demand deposit pada Bank Sentral terhadap demand deposit daripada masyarakat terhadap bank yang bersangkutan. Menaikkan cash ratio atau reserve requirements daripada bank-bank dagang merupakan suatu tindakan anti inflasi, oleh karena hal ini selain mengurangi reserve yang berlebih-lebihan daripada bank, pula dapat mengurangi kemungkinan memenuhi permintaan kredit daripada anggota masyarakat.

b) Kebijaksanaan Fiskal
Ada tiga aspek dari kebijaksanaan fiskal, yaitu:

  • Penurunan pengeluaran pemerintah

Tindakan demikian sesungguhnya bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang mudah. Dalam negara dimana karena kebutuhan yang urgent, sebahagian besar dari anggaran belanja ditujukan untuk sektor pertahanan, adalah suatu pekerjaan yang sulit untuk mengurangi pengeluaran pemerintah. Penurunan pengeluaran pemerintah akann lebih efektif lagi, bila ia mengikuti kenaikan pajak dan mengadakan pinnjamann pemerintah.

  • Menaikkan pajak

Dalam keadaan dimana dalam lalu lintas perekonnomian jumlah uang terlalu besar, hingga menyebabkan terjadi inflasi, maka dengan mengurangi uang tersebut dengan jalan menaikkan pajak akan dapatlah inflasi itu dikurangi. Dengan menambah pajak berate penghasilan seseorang akan berkurang, karena sebahagian dari penghasilannya itu dalam bentuk pajak telah diberikan kepada pemerinntah. Disposible incomenya menjadi berkurang. Apabila penghasilan seseorang berkurang, maka tenaga pembelian pun akan berkurang pula dan apabila tenagga pembeli berkurang harga barang-barang tidak akan mungkin naik lagi, melainkan ia akann turun seimbang dengan jumlah uang yang ada dalam masyarakat.

Penambahan pajak ini dapat direalisasikan, selain dengan menaikkan tarif pajak dapat pula dengan jalan menambah jenis pajak yang harus dibayar masyarakat. Tetapi harus di ingat bahwa dalam menaikkan pajak, harus terlebih dahulu diselidiki golongan masyarakat yang mana yang harus diperberat pajaknya agar dengan tindakan itu benar-benar akann mengurangi permintaan seluruhnya. Artinya menaikkan pajak untuk mengatasi inflasi haruslah dikenakan untuk benar-benar mengurangi penghasilan dari anggota masyarakat, sebab pada umumnya penaikan pajak yang demikianlah yang lebih efektif untuk mengurangi tekanan inflasi. Dalam pada itu bea barang-barang masuk harus diturunkan, terhadap bea masuk barang yang persediannya sangat terbatas.

  • Mengadakan pinjaman pemerintah

Suatu cara untuk mengatasi inflasi yang sangat efektif adalah dengan mengadakan pinjaman pemerintah, terlebih-lebih pinjaman paksaan. Hal ini pula dianjurkan oleh Keynes dalam rencanaya untuk membiayai peperangan. Rencana pinjaman paksaan dari Keynes ini terkenal dengan nama “deferred pay”. Jadi dengan rencana Keynes ini, sebahagian daipada gaji pegawai dan buruh dipotong untuk disimpan menjadi pinjaman pemerintah selama jangka waktu yang ditentukan.
Pinjaman paksaan sesungguhnya lebih banyak dianut pada masa perang. Meskipun hal itu dijalankan juga dalam masa damai dalam keadaan keuangan yang sangat menggawatkan. Karenanya dalam masa damai, sebaiknya inflasi itu diatasi dengan pinjaman sukarela, meskipun harus diakui bahwa dengan cara demikian tujuan sukar tercapai.

c) Kebijaksanaan Non moneter
Kebijaksanaan non moneter untuk mengatasi inflasi ada tiga macam:

  • Penaikan hasil produksi

Perlu untuk mengatasi inflasi dengan maksud menyeimbangkan jumlah uang yang beredar, penaikan hasil produksi dapat pula dicapai dengan jalan penaikan jam kerja buruh atau dengan sistem kerja lembur, meskipun hal ini tidak lebih efektif jika dibandingkan dengan usaha mendapatkan teknik-teknik baru dalam proses produksi. Meskipun demikian yang disebut terakhir ini membutuhkan waktu yang agak lama untuk penelitian-penelitian.
Peranan import untuk menaikkan jumlah barang akan diperdagangkan tidak boleh pula dilecehkan. Dalam hal ini import dapat ditujukan untuk meanmbah persediaan barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat artinya yang sangat sensitive terhadap inflasi. Jadi barang-barang yang di import terutama diberi prioritet kepada barang-barang yang essensial seperti beras, terigu dan lain-lain.

  • Kebijaksanaan upah

Sudah dikatakan berulang-ulang, bahwa cara mengatasi inflasi ialah dengan jalan mengurangi disposable income dari anggota masyarakat. Terlebih-lebih golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah harus dikurangi, setidak-tidaknya inflasi itu jangan berubah menjadi spiral inflation. Caranya dengan menstabilkan gaji. Artinya gaji distabilisasikan, gaji diusahakan untuk tidak dinaikkan. Setidak-tidaknya kenaikan gaji hanya dapat diterima, bilamana produktivitas umum bertambah. Jadi pada naiknnya hasil produksi para pekerja, upahnya boleh dinaikkan dengan perimbangan yang sebanding dengan kenaikan produktivitas tersebut.
Penstabilisasian gaji dapat pula dijalankan dengan menganjurkan kepada organisasi-organisasi buruh agar mereka jangan mengadakan tuntutan kenaikan upah. Sudah barang tentu anjuran yang demikian hanya akan diterima, bila organisasi-organisasi buruh yang bersangkutan ada melihat tanda-tanda perbaikan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah yang sedang dijalankan.

  • Pengawasan harga dan distribusi barang-barang

Perlu dilakukan untuk mencegah black market (perdagangan ilegal). Bila hanya dengan jalan pengawasan harga, akan menyebabkan timbulnya black market. Akibat yang demikian kiranya mengapa beberapa ahli-ahli ekonomi memberikan kritik terhadap pengawasan harga. Demikian misalnya Keynes menolak cara pengawasan harga, karena menurut pendapatnya hal yang demikian tidak akan menghasilkan suatu keseimbangan antara penawaran dengan permintaan. Malahan ia lebih menganjurkan pengurangan tenaga pembeli anggota masyarakat dengan jalan atau melalui pemajakan dan simpanan paksaan. Jadi pengawasan harga dengan tidak di ikuti pengurangan  tenaga pembeli dari anggota masyarakat tidak akan memberikan hasil untuk mengatasi inflasi.
d) Mengatasi inflasi dengan program yang bersegi banyak.
Alvin H. Hansen dengan tegas mengatakan bahwa setiap percobaan untuk mengatasi inflasi dengan mempergunakan cara-cara moneter semata-mata mungkin membawa ekonomi kedalam bencana. Hansen menganjurkan suatu sistem serangan yang bersegi banyak untuk mengatasi masalah. Maksudnya, penerapan dari seluruh atau sebagian besar dari ketiga kebijaksanaan yang sudah kita uraikan, semuanya harus digunakan bersama-sama.
Sedangkan kebijaksanaan mengatasi deflasi yaitu:

a) Kebijaksanaan Moneter

  • Politik diskonto, dengan menurunkan tingkat bunga membuat masyarakat berkeinginan untuk melakukan peminjaman sehingga kebutuhannya terpenuhi dan tertekannya deflasi.
  • Politik pasar terbuka, dengan membeli surat berharga sehingga jumlah uang semakin meningkat dan nilai uang kembali normal.
  • Menurunkan cash ratio, sehingga kredit yang diberikan kepada masyarakat akan menambah lewat bank-bank dagang hal ini pun member peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan kebutuhan maupun usahanya sekaligus menekan deflasi.

b) Kebijaksanaan Fiskal

  • Peningkatan pengeluaran pemerintah, dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah akan menekan laju deflasi namun disini peningkatan yang ditingkatkan harus lebih kepada barang produktif bukan konsumtif sehingga apabila terjadi laju inflasi bisa diatasi dengan mengurangi pengeluaran pemerintah sekaligus memanfaatkan barang atau jasa yang sudah ada.
  • Menurunkan pajak, hal ini efektif dalam kebijaksanaan fiskal. Pasalnya dengan kebijaksanaan ini membuat masyarakat khususnya produsen akan terus meningkatkan produknya sedangkan konsumen akan terus memakai produk mereka.

c) Kebijaksanaan Non moneter

  • Penaikan hasil produksi, sudah dijelaskan pada kebijaksanaan fiskal dalam menurunkan pajak dengan melakukan tindakan ini membuat para konsumen akan beralih kepada pemenuhan kebutuhannya daripada menyimpan uangnya.
  • Kebijaksanaan upah dan pengawasan harga serta distribusi barang-barang telah dijelaskan pada kebijaksanaan non moneter untuk inflasi dengan adanya kebijaksanaan ini membuat upah menjadi stabil sedangkan pengawasan harga dan distribusi barang-barang perlu dilakukan untuk mencapai kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat lebih memilih kebutuhan daripada penyimpanan uangnya.

Yang semuanya ini berdasarkan kebijaksanaan inflasi. Sehingga untuk mengatasi deflasi bisa dengan kebalikan kebijaksanaan inflasi.

Referensi Tulisan:

  1. Manullang, M. Ekonomi Moneter, Ghalia Indonesia, Jakarta Timur: 1989
  2. Putong,Iskandar. Pengantar mikro dan Makro. Edisi keempat.Jakarta : Mitra wacana Media 2010.
  3. Ridwan, M, dkk. Pengantar Mikro dan Makro Islam. Bandung: Citapustaka Media, 2013.

2 comments

  1. Artikel yang lengkap gan. Pass buat materi ajar ekonomi..

    ReplyDelete