Thursday, November 2, 2017

Kumpulan Puisi XIV

Hujan
Terbangun saat hujan turun
Dengan lebatnya menghujam atap-atap yang keras
Suara ribut pun ikut bersautan dari hujan itu
Hingga televisi dan radio yang hidup tak lagi terdengar
Sebagai penanda bagi langkah kaki untuk segera keluar dari peraduan
Agar tetesan hujan yang deras itu bisa ditampung semuanya.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015. 


Gelap di Malam Buta
Ada cahaya yang kini menerangi setiap rumah yang berpenghuni
Cahaya yang hanya hidup di malam yang katanya gelap menakutkan
Dari cahaya itu rumah-rumah yang ada di perkotaan terang benderang
Sampai suara jangkrik yang ribut ketika malam ikut teredam dengan cahaya terang
Tetapi tidak dengan yang jauh dari kota masih hidup dalam gelap
Bercahaya minyak yang sumbunya dari kain lusu
Hidupnya pun tak lama hanya sampai mata ingin terpejam
Dan tak sebenderang seperti cahaya yang ada di kota
Hingga yang rumahnya masih gelap gulita
Memandang langit seperti berpakaian yang mewah
Dipenuhi seribu bintang yang mengeluarkan cahaya menembus rumah-rumah
Yang masih belum ada cahaya listrik.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015. 


Mengacuhkan Pertanyaan
Ada orang tersesat di jalan yang berbangunkan gedung yang hampir menjilat langit
Ingin bertanya pada siapapun yang ada di jalan
Tetapi saat bertanya semua yang di pelataran sedang sibuk sambil menunduk
Sibuk melihat jam, sibuk melihat hape, dan sibuk untuk menghapal tugas
Sampai-sampai yang ingin bertanya pun terabaikan
Dan ia hanya terbengong lalu berjalan ke arah yang tak dimengerti.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015. 


Ada Senyuman
Dibalik lelahnya mencari rezeki di jalan-jalan
Orang-orang ini masih bisa menyunggingkan senyumnya yang indah
Orang-orang yang bekerja memancul tanah, membangun gedung, dan mengais barang bekas
Dengan bermandikan keringat yang urat di tangannya tampak sangat besar sekali
Tidak terlihat lelah menerpa mereka yang ditepis dengan senyuman
Untuk mensyukuri hidup yang terus dijalani tanpa mengeluh.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015. 


Hujan
Dalam luasnya dataran hijau yang air sungainya penuh
Mendatangkan keamanan pada penghuni yang merawatnya
Tetapi saat musim kemarau panjang tiba menerpa
Dataran hijau itu ikut layu disembur panas matahari
Dan sungai-sungai yang airnya deras mengalir pun menjadi kering meronta
Orang-orang yang mendiami dataran hijau yang ada sungainya
Begitu kebingungan untuk mengembalikan lahan keringnya menjadi hijau
Juga memenuhi kembali sungainya dengan air yang merimpah ruah
Doa dan usaha pun dipanjatkan agar lekas hujan turun membantu mereke.

Beranda Sanggar Pelangi 2015.  


Jangan Tidur
Tak ada satupun dari rakyat yang hidupnya susah untuk tidur lama
Mereka bekerja demi menerpa panas dan melawan badai yang bisa mengubur mereka
Kerja keras yang membabi buta untuk melindungi keluarga yang hafal dengan penderitaan
Agar tak lagi keluarga yang disayangi menderita akan panas, lapar, dan kebodohan
Tidurnya rakyat yang hidupnya susah hanya sebentar saja
Tak lebih dari saat malam sudah sangat larut hingga matahari hendak bangun dipagi buta
Apa yang dibuat rakyat yang kesusahan itu dapat memberi garis cerah
Pada yang merasa telah terpilih untuk mengayomi mereka
Untuk jangan suka tidur lama apalagi saat membincangkan nasib mereka.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015. 


Perahu Kecil
Perahu kecil yang suka mengarungi lautan biru
Yang dikayuh oleh mereka yang masih muda raganya
Kayuhan perahu kecil itu yang membelah laut bukanlah untuk liburan mereka
Tapi untuk menangkap ikan yang bisa diangkut ke dalam perahu dengan jumlah yang tak seberapa
Ada banyak sekali bahaya yang bisa menimpa perahu kecil itu
Yang menjungkir balikkannya masuk ke dalam laut biru yang ganas
Dan menumpahkan semua ikan yang dicari masuk lagi berbaur dengan alamnya
Adalah yang diperbuat oleh orang yang raganya masih muda mengayuh perahu kecil itu
Tak lain untuk bisa dia dan keluarganya terus hidup tanpa kelaparan.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015.  


Setangkai Mawar
Mawar yang harumnya wangi semerbak
Begitu dicari oleh siapa saja sebagai perlambang kebahagian
Rupa mawar yang setangkai begitu indah dan menawan
Dengan balutan warna merah pada kembang bunga yang mekar
Lalu dipagari oleh duri kecil agar tak sembarang boleh menyentuhnya
Setangkai mawar yang begitu sulit dicari
Membuat dikau begitu berharga dimata hampir setiap orang
Hingga siapapun yang memilikimu akan terus merawat dan menjaga
Agar tetap terus bermekar dan tidak layu.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015.

0 komentar:

Post a Comment