Saturday, October 28, 2017

Kumpulan Puisi IV

Banjir 
Banjir seperti kata yang terus menghantui orang-orang
Begitu takut sampai melihat hujan gerimis pun sudah siap-siap mengemas barang
Dengan membentengi rumah sampai memakai semen dan pasir
Ditambah saat hujan sudah mulai mengguyur lebat
Sungai-sungai mulai muntah karena begitu kenyang menelan air
Yang sebelumnya sungai itu telah banyak mengunyah sampah
Sampah yang dibuang oleh orang-orang yang takut pada banjir
Hingga sampai membuatnya tertidur lupa pada hujan.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015. 


Emas Untuk Siapa?
Ada rupanya emas di tanah ini
Yang jumlahnya setinggi gunung dan sedalam lautan
Digali puluhan tahunpun belum jua tampak emas itu akan habis
Hingga pikiran melayang bahwa emas itu sebenarnya dapat mengkayakan rakyat
Rakyat yang tidak harus ada lagi lupa makan dan meminta-minta di jalan
Sampai akhirnya terpikir dalam kalbu mengenai emas itu
: Untuk Siapakah Emas itu?

Beranda Sanggar Pelangi, 2015. 


Ikan Mati
Ramai suara yang saling berteriak dimana-mana
Bahwa tercium bau amis yang teramat busuk dari sungai
Sungai yang biasanya dipakai untuk apa saja oleh manusia
Kini dibanjiri oleh ikan yang pada mati hingga jutaan
Entah apa yang salah pada sungai itu
Apakah ia sudah tua hingga tak mampu lagi menyaring racun
Hingga sampai ikan yang ada dipangkuannya ikut mati semua.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015.


Umbar Janji
Janji yang manis begitu mudahnya terucap dari mulut
Untuk menarik hati para yang memiliki kuasa menentukan nasib
Dengan menjanjikan semua akan kaya dan tidak lagi ada yang sengsara
Siapapun turut senang mendengarnya sampai lupa untuk kritis
Hingga sampai melenakannya bahwa yang mengumbar janji itu dapat berbohong
Seperti cerita yang sudah lampau.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015.


Belenggu Mimpi
Mimpi-mimpi indah hanya sebatas dongeng cerita
Tak pernah menyisip dalam nyenyaknya tidur pada yang lelah
Selalu mimpi yang muncul penuh dengan trategi yang membuat keringat terasa dingin
Menakutkan untuk diceritakan kepada yang coba mengungkitnya
Tak pelak mimpi itu ikut membayangi hari menjadi kelabu tanpa warna
Seperti membelenggu dengan rasa yang sangat menyesakkan.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016. 


Mata Air Mengering
Mata air yang digunakan oleh orang banyak sudah mulai mengering
Hanya tersisa sedikit air dengan tidak lagi ada air yang memancar
Orang-orang yang mengitari mata air menjadi bermuka muram
Karena mata air itu tak akan cukup untuk mengaliri semua
Yang menjadikan orang-orang itu berebut untuk mengurasnya
Hingga tampak keruh dan air nya pun habis mengering.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016.


Mengukir Kisah
Abadi dalam kisah adalah yang menjadi dambaan
Sebab raga tidak selamanya mampu memeluk erat roh yang bersamanya
Dalam mengukir keabadian untuk bisa dikenang lebih lama dari usia
Menorehkannya dengan beribu cara yang dipenuhi rasa takjub
Untuk mengukir kisah biar abadi menyatu dalam waktu.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016. 


Sekedar Kenyang   
Hidup yang selalu diterpa kegelisahan
Menjadikan malam dan siang tempat untuk menambang apa saja
Dengan galian yang tak pernah merasa cukup dalam sekali
Membuat jerih payah terkadang hanya berbuah pada keringat
Yang ditukarkan dengan sedikit recehan penuh arti
Untuk bisa dibelikan pada makanan dan minum
Agar dapat mengisi perut walaupun hanya sekedar kenyang.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016.

0 komentar:

Post a Comment