Saturday, October 28, 2017

Kumpulan Puisi III

Api Bersemayam di Hutan
Sulit sekali mengusir api dari hutan yang tampak hijau
Api itu membakar apa saja yang hidup di hutan hingga tersisa satu atau dua saja
Yang tampak hanya kepulan asap yang membumbung ke angkasa
Di tambah warna merah yang menari-nari di pentas hutan itu
Tanpa pernah bisa untuk dipadamkan oleh air yang menghimpitnya
Sehingga terlihat hutan itu disemayami oleh api yang perkasa.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016.


Disengat Panas
Mencari dimana tempat yang redup dari cahaya yang begitu menyilaukan
Ingin menghindari cahaya dibalut rasa panas yang dapat menyengat
Sengatan yang dapat membuat lelah cepat datang mendera
Membuat yang tak kuat cepat bersembunyi dari sengatan panas itu
Dan meminta biar hujan lekas turun untuk meredamnya.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016.


Rapuh
Perasaan yang begitu tidak bisa berpura-pura
Seperti lakon dengan dua wajah yang menggunakan topeng
Jujur dalam ungkapan setiap lafaz kata yang disampaikan
Ingin setiap yang disapanya dapat jujur dalam mengungkap maksud
Karena hatinya yang penuh dengan perasaan begitu rapuh
Yang dapat sewaktu-waktu hancur dan menumpahkan air mata yang ditampungnya.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016.


Asap Mengepung Kami
Hutan yang luasnya ribuan hektar di tanah subur ini
Tapak demi tapak perlahan ludes dilindas oleh api yang melahapnya
Api menelan hutan seperti orang yang kelaparan
Mengeluarkan asap yang tersebar kepenjuru arah
Asap-asap itu pun menjadi hantu yang menakuti kami setiap waktu
Dengan rasa takut yang dapat membuat mata kami kabur melihat arah
Dan rongga dada kami menjadi menyempit dan kempes
Sepertinya kami akan mengidap banyak penyakit yang akan membunuh kami
Hingga kami berpikir kenapa asap ini sampai ada dan terhirup hidung kami.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015.


Merenung Untuk Rakyat
Dalam susahnya ada jutaan rakyat hidup berusaha agar tetap hidup
Agar tidak terlindas bersama zaman yang sudah menipis kepeduliannya
Rakyat-rakyat itu bukan hidup sendiri di tanah pertiwi ini
Dan ada pemimpin yang selalu merangkul untuk meneduhkan kesusahan mereka
Perlu perenungan memahmi derita dari rakyat yang tak pernah menunjukkan tangisnya
Untuk menjernihkan hati para pemimpin yang selalu bimbang berbuat pada rakyat
Hingga dalam kebijakan yang dipegang pemimpin ada kebaikan
Demi dapat menghapus debu yang menggelapkan wajah rakyat.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015.


Satu Atap
Pada satu rumah yang ditopang oleh atap daun kelapa kering
Meneduhkan satu keluarga yang hidup bernaung di bawah atap
Atap yang sudah mulai lapuk sangat rentan ditembus tajamnya hujan malam
Kala larut malam yang mendung mengkrangkeng bulan untuk bercahaya
Air-air dari atas langit jatuh dengan deras masuk tanpa izin dari sela-sela atap yang lapuk
Lantai-lantai yang sudah mulai retakpun menjadi basah dan menyentakkan tidurnya mereka
Satu keluarga itupun bergegas menutup lobang di atap yang telah tua
Dan menampung air itu agar tak sampai menyentuh tempat mereka beristirahat
Atap yang telah ujur itu tampak begitu mengharukan
Tetap menyatukan dalam bahu membahu pada satu keluarga
Agar terus bisa bernaung di satu atap hingga asa memudar.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015.

0 komentar:

Post a Comment