Saturday, October 28, 2017

Kumpulan Puisi V

Berteduh di bawah Pohon
Ada satu pohon tua yang teramat rimbun
Berdiri tegak seorang diri di tengah tanah yang tandus
Matahari yang perkasa pun tak sanggup melayukan satu daun saja
Itulah pohon keramat yang meneduhkan siapapun di bawah bayang-bayangnya
Ada banyak yang berteduh di balik dedaunan dan rantingnya
Ada tupai, burung, hingga manusia yang ikut berteduh di pohon itu
Berteduh dari ganasnya hidup yang bisa membuat tirus pipi
Dan hanya ingin beristirahat sejenak.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016. 


Sialnya Engkau Tikus
Sialnya engkau tikus
Itu yang bisa dikatakan buatmu
Yang selalu ketakutan bersembunyi di balik selokan
Mengapa tidak?
Jikalau ada manusia disangka korupsi uang sesamanya
Engkaulah yang dihujani bahasa hujatan dari jutaan orang
Ada pula jalan yang dibuka untuk menyelundupkan apa saja
Untuk mengenyangkan perut yang tak pernah muak
Pun juga engkau yang disalahkan
Dengan istilah jalan tikus.
Ah, sudahlah, cukup sabar saja dikau wahai tikus
Tak usah mendendam sampai merugikan manusia
Dengan ikutan pula mencuri menyelinap pada senyap malam.

Beranda Sanggar Pelangi, 2016.


Bumi yang Gersang
Terlihat kemarau yang cukup panjang menyingsing
Tiada lagi hujan ingin meraba-raba daratan tempat orang-orang berpijak
Tanaman itu kini sudah diambang batasnya untuk meresap ke tanah
Dan orang-orang kebingungan mencari dimana tanah subur itu
Karena bumi sudah tampak gersang nan tandus
Akibat pohon-pohon itu hilang lupa untuk dikembalikan lagi.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015


Sungai Tercemar
Negeri yang diikat oleh aliran sungai yang mengitarinya
Begitu membantu sesiapun yang ingin menggunakannya
Tapi tidak pada saat dimana sungai itu telah disiram oleh limbah
Melimpah ruah hingga sungai itu menjadi gembung
Dengan bau yang tidak mengenakkan untuk menciumnya
Hingga akhirnya tidak lagi ada satupun yang ingin menyentuhkan
Karena sungai-sungai di negeri ini sudah tercemar.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015  


Dipeluk Bulan
Dalam kesepian yang mengitari malam yang hampa
Tanpa mengerti itu adalah perasaan saat keramaian sedang menghampiri
Yang terpikir tentang soal kerinduan yang tak kunjung terjawab
Dalam doa yang sendu saat malam sudah mulai larut
Mulut bergeming dan mata menengadah pada bulan yang bersinar
Untuk berharap dapat dipeluk erat oleh bulan.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015  


Pada Ibu
Pada ibu yang begitu sayangnya pada buah hatinya
Merawat tanpa mengerti akan rasa lelah dan lupa istirahat
Dan mengecup penuh asa kening anaknya yang belum paham akan makna itu
Demi yang dicintai dapat tumbuh dalam senyuman dan kebaikan
Hingga sang ibu yang badannya sudah mulai renta ditelan usia
Masih saja merekah senyuman dan selalu ingin memeluk anaknya
Tanpa ingin melepaskannya sedetikpun.

Beranda Sanggar Pelangi, 2015

0 komentar:

Post a Comment