Saturday, October 28, 2017

Anomali Kenaikan Harga Sembako

Kenaikan harga sembilan bahan pokok atau sembako pada menjelang dan memasuki hari besar keagamaan seringnya tidak bisa terelakkan lagi. Terjadinya kenaikan harga pada sembako sudah menjadi rutinitas tahunan yang mesti dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat. Tapi dengan terus merangkak naiknya harga sembako tersebut bukanlah sesuatu yang selalu dianggap wajar ataupun normal. Melainkan telah terjadi semacam anomali yang perlu disikapi agar harga sembako dapat terkendali dan mampu dijangkau oleh segala lapisan masyarakat.

Anomali yang dimunculkan melalui terus naiknya harga pada sembako bukan dikarenakan dari tingginya permintaan yang berasal dari masyarakat. Tapi juga disokong beragam masalah yang turut andil menjadi penyebabnya yakni adanya indikasi penimbunan, gagal panen, hingga terlalu bergantungnya dengan impor sembako dari luar negeri. Adanya faktor-faktor yang menjadi penyebab harga pada sembako naik membuat masyarakat sering kelimpungan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Gambar: Bahan Pokok Makanan
Disamping itu pada beberapa waktu lalu sebelum memasuki bulan suci Ramadhan telah terjadi kenaikan harga pada hampir semua jenis kebutuhan pokok masyarakat. Adapun sembako yang sempat mengalami kenaikan harga ialah bawang merah, gula pasir, cabai, sampai dengan daging sapi. Disinyalir juga bahwa kenaikan harga tersebut tidak hanya berhenti pada awal-awal bulan Ramadhan saja melainkan berlanjut hingga memasuki hari raya Idul Fitri. Tentunya dampaknya bisa menyebabkan daya beli masyarakat turun bila harga dari masing-masing sembako belum menunjukkan akan mengalami penurunan harga.

Adapun usaha pemerintah dalam meredam harga sembako yang melambung tinggi seringnya didominasi dengan kebijakan operasi pasar murah. Dalam jangka waktu yang singkat operasi pasar memiliki dampak yang sangat bagus untuk memicu daya beli masyarakat kembali bergairah dengan harga yang terjangkau. Tapi hanya dengan mengandalkan operasi pasar saja tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan dalam menormalkan harga sembako kembali yang sempat naik dalam jangka waktu panjang. Maka dari itu perlu juga bagi pemerintah dapat mengambil sikap untuk mengeluarkan beragam kebijakan yang terkait dengan keluarga yang dinafkahi.

Untuk itu agar ketidakwajaran harga sembako dapat juga dengan menelisik alur distribusi yang dimulai dari produsen hingga ke pasar tradisional maupun modern. Telisik yang diperlukan pada lajur distribusi sembako untuk sampai ke pasar-pasar ialah menyangkut dengan rantai distribusi yang diperlukan dalam menyalurkan bahan sembako. Logikanya bila alur distribusi yang dibutuhkan untuk memasarkan bahan sembako mulai dari petani atau pabrikan hingga sampai ke pasar terlalu panjang maka hal tersebut dapat menambah beban biaya yang semakin besar yang alhasil harga bahan pokok pun tidak bisa ditekan menjadi stabil.

Begitu juga dengan adanya indikasi penimbunan yang dilakukan oleh oknum pedagang nakal yang dengan sengaja banyak menahan pasokan sembako untuk tidak dijual ke pasar. Hal ini secara alami bisa menyebabkan harga naik dengan tidak wajar yang membuat masyarakat juga lah yang harus menanggungnya. Karenanya pada bulan Ramadhan di tahun ini membuat Polri harus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak agar bisa menghalau tindakan penimbunan yang sangat rawan terjadi di seluruh daerah di Indonesia.

Ini juga perlu mengambil sikap dari Bulog melalui Kementerian Pertanian agar lebih memperhatikan kondisi yang ada pada petani. Biasanya kalau petani sedang mengalami masa panen melimpah langsung dijual ke tengkulak dengan harga yang terlampau murah. Untuk itu Kementerian Pertanian melalui Bulog dapat membeli hasil tani dari para petani. Tujuannya adalah agar petani yang hasil taninya dibeli oleh Bulog bisa mendapatkan harga yang wajar atau tidak terlampau rendah atau juga terlalu tinggi. Dengan Bulog dapat mengambil perannya yang membeli dan menjualkan kembali hasil tani bisa menjaga keseimbangan harga sembako di pasar-pasar.

Sama halnya dengan ketergantungan negara kita terhadap impor bahan pangan yang selalu terbentur pada nilai tukar rupiah. Bila kondisi nilai tukar rupiah sedang anjlok terhadap dolar Amerika hanya menyebabkan harga bahan sembako impor tersebut sulit untuk dijual murah walaupun persediaannya berlebihan atau surplus. Apalagi hampir semua jenis komoditi termasuk beras yang ada di pasar-pasar merupakan impor dari berbagai negara Asia dan Eropa.

Selain itu juga, dengan semakin sulitnya masyarakat membeli beragam jenis sembako yang harganya tidak kunjung turun hanya akan menimbulkan pertambahan jumlah kemiskinan bisa sangat rentan terjadi. Untuk itu dengan adanya fenomena yang tak wajar terkait kenaikan harga bahan pangan atau sembako diharapkan pula pada pemerintah pusat dan daerah dapat berperan besar untuk memajukan ekonomi bangsa dengan blusukan

Oleh karenanya dengan mengetahui bahwa sembako merupakan kebutuhan primer bagi manusia secara luas, alangkah baiknya bila harganya bisa dijaga dengan stabil. Tapi sepertinya itu hanya akan menjadikan kenyataan bilamana anomali yang menimpa harga bahan sembako sulit untuk dikendalikan. Maka dari itu berdasarkan hemat penulis perlu adanya keseriusan bagi pemerintah pusat dan daerah beserta para pelaku usaha agar harga sembako dapat lebih stabil walaupun sedang berada di depan gerbang hari besar keagamaan.


0 komentar:

Post a Comment