Spesies burung kakatua cukup banyak dijumpai penyebarannya di Indonesia. Setidaknya terdapat tujuh jenis kakatua yang ada tersebar di berbagai wilayah yang diantaranya adalah Kakatua Jambul Kuning, Kakatua Goffin, Kakatua Sanguinea, Kakatua Maluku, Kakatua Raja, Kakatua Kecil Jambul Kuning, dan Kakatua Putih. Sebagian besar dari jenis burung kakatua tersebut tercatat sebagai burung endemik yang keberadaannya hanya ada di Indonesia. Selain itu spesies burung kakatua rentan terhadap kepunahan disebabkan maraknya eksploitasi yang memperdagangkannya dengan mengambilnya langsung dari alam. Pada artikel ini penulis menerangkan tentang salah satu jenis burung kakatua yang nasibnya sedang rentan akan kepunahan. Nama burung kakatua itu adalah Kakatua Putih.
Burung Kakatua Putih merupakan burung endemik yang habitatnya hanya ada di daerah Kepulauan Maluku Utara. Daerah yang menjadi habitat burung yang bulunya didominasi warna putih ini terdapat di pulau Halmahera, Ternate, Tidore, Mandiole, Bacan, Kasiruta, dan Obi. Habitat yang dijadikan tempat tinggal bagi burung Kakatua Putih adalah hutan primer dan sekunder yang masih ditumbuhi pepohonan lebat. Selain itu, tempat lainnya yang didiami burung Kakatua Putih hutan dari hasil budidaya ataupun tempat yang dulunya ditumbuhi banyak pepohonan. Dalam kesehariannya jenis burung kakatua yang satu ini akan hidup dalam kawanan kecil dengan bertengger di atas ranting pohon sambil mencari makanan berupa biji-bijian kecil, buah-buahan, dan kadang memakan serangga kecil.
Berbicara akan ciri-cirinya yang paling jelas adalah warna bulunya yang hampir semuanya diselimuti warna putih terang. Terdapat warna kuning cerah dibagian pangkal bawah ekornya dan bagian belakang sayapnya. Burung Kakatua Putih memiliki jambul yang lumayan tinggi dan biasanya sewaktu burung berkicau ataupun merespon sesuatu maka jambul tersebut akan naik ke atas. Paruhnya berwarna hitam pekat dan ukurannya berukuran agak besar yang bentuknya melengkung ke bawah sedikit dibagian paruh atasnya. Ukuran tubuh burung Kakatua Putih terbilang besar sekiat 45 cm.
Cacatua Alba yang merupakan nama latin burung Kakatua Putih bukanlah sebagai satwa liar yang masuk daftar dilindungi undang-undang. Akan tetapi sejak tahun tahun 2001 tidak dibenarkan burung Kakatua ditangkap sesuai dengan aturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutan. Walaupun dilarang untuk menangkapi burung Kakatua Putih tetap saja populasinya menjadi rentan karena mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Penurunan populasi tersebut ditenggarai maraknya penangkapan spesies burung kakatua yang satu ini dihabitat aslinya dan menyebabkan di beberapa daerah tempat nya berada sudah mulai sulit diketemukan. Penangkapan yang dilakukan kepada burung Kakatua Putih tak lain untuk diperdagangkan kepada yang menggemari burung paruh bengkok untuk dipelihara. Selain itu harga per ekornya terbilang mahal mulai dari 500 ribuan sampai menyentuh angka 2 juta disesuaikan dengan wilayah tempat diperdagangkannya.
Terancamnya populasi burung Kakatua Putih di alam bebas tentunya membuat kita semua takut bahwa dimasa mendatang sekitar sepuluh atau dua puluh tahun lagi bisa jadi nasib burung yang memesona ini benar-benar terancam punah. Untuk itu dengan naiknya status burung Kakatua Putih sebagai satwa liar endemik yang dilindungi membuat perlindungannya semakin maksimal dan sesiapapun tidak ada yang berani lagi menangkapi dan memperdagangkan secara bebas. Sebab kebanyakan burung endemik yang tidak hanya dari keluarga burung paruh bengkok sangat rentan akan populasinya yang mudah habis. Ini dikarenakan burung endemik adalah burung penetap yang jarak jelajahnya tidak pernah jauh dan tipikal burung yang mudah stres saat habitatnya dirusak. Jadi, sama halnya pula dengan burung Kakatua Putih yang mesti selalu dijaga kelestariannya agar tetap ada di hutan.
Sumber Tulisan:
Sumber Gambar:
Burung Kakatua Putih merupakan burung endemik yang habitatnya hanya ada di daerah Kepulauan Maluku Utara. Daerah yang menjadi habitat burung yang bulunya didominasi warna putih ini terdapat di pulau Halmahera, Ternate, Tidore, Mandiole, Bacan, Kasiruta, dan Obi. Habitat yang dijadikan tempat tinggal bagi burung Kakatua Putih adalah hutan primer dan sekunder yang masih ditumbuhi pepohonan lebat. Selain itu, tempat lainnya yang didiami burung Kakatua Putih hutan dari hasil budidaya ataupun tempat yang dulunya ditumbuhi banyak pepohonan. Dalam kesehariannya jenis burung kakatua yang satu ini akan hidup dalam kawanan kecil dengan bertengger di atas ranting pohon sambil mencari makanan berupa biji-bijian kecil, buah-buahan, dan kadang memakan serangga kecil.
Gambar: Sepasang Burung Kakatua Putih dari Maluku Utara |
Cacatua Alba yang merupakan nama latin burung Kakatua Putih bukanlah sebagai satwa liar yang masuk daftar dilindungi undang-undang. Akan tetapi sejak tahun tahun 2001 tidak dibenarkan burung Kakatua ditangkap sesuai dengan aturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutan. Walaupun dilarang untuk menangkapi burung Kakatua Putih tetap saja populasinya menjadi rentan karena mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Penurunan populasi tersebut ditenggarai maraknya penangkapan spesies burung kakatua yang satu ini dihabitat aslinya dan menyebabkan di beberapa daerah tempat nya berada sudah mulai sulit diketemukan. Penangkapan yang dilakukan kepada burung Kakatua Putih tak lain untuk diperdagangkan kepada yang menggemari burung paruh bengkok untuk dipelihara. Selain itu harga per ekornya terbilang mahal mulai dari 500 ribuan sampai menyentuh angka 2 juta disesuaikan dengan wilayah tempat diperdagangkannya.
Terancamnya populasi burung Kakatua Putih di alam bebas tentunya membuat kita semua takut bahwa dimasa mendatang sekitar sepuluh atau dua puluh tahun lagi bisa jadi nasib burung yang memesona ini benar-benar terancam punah. Untuk itu dengan naiknya status burung Kakatua Putih sebagai satwa liar endemik yang dilindungi membuat perlindungannya semakin maksimal dan sesiapapun tidak ada yang berani lagi menangkapi dan memperdagangkan secara bebas. Sebab kebanyakan burung endemik yang tidak hanya dari keluarga burung paruh bengkok sangat rentan akan populasinya yang mudah habis. Ini dikarenakan burung endemik adalah burung penetap yang jarak jelajahnya tidak pernah jauh dan tipikal burung yang mudah stres saat habitatnya dirusak. Jadi, sama halnya pula dengan burung Kakatua Putih yang mesti selalu dijaga kelestariannya agar tetap ada di hutan.
Sumber Tulisan:
- http://www.mongabay.co.id/2016/04/20/opini-sulitnya-melindungi-kakatua-putih/
- http://www.kutilang.or.id/2011/10/21/kakatua-putih/
Sumber Gambar:
- https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Cacatua_alba_-Binder_Park_Zoo,_Battle_Creek,_Michigan,_USA_-two-8a_(1).jpg
0 komentar:
Post a Comment