Sunday, January 8, 2017

Gelatik Jawa, Si Burung Pengicau yang Kian Terpinggirkan

Jenis burung pengicau yang ada di Indonesia tergolong cukup banyak yang tersebar di seluruh daerah. Beberapa dari jenis burung ocehan tersebut banyak yang dikenal luas oleh masyarakat mempunyai suara kicauan yang merdu dan diikutkan dalam ajang kontes burung kicauan. Akan tetapi tak jarang ada pula dari jenis burung pengicau yang keberadaanya mulai dilupakan atau hampir tidak dikenal lagi sebagai burung ocehan. Padahal suara kicauannya amat merdu dan mampu digunakan untuk memaster suara kicauan dari jenis burung lainnya. Salah satunya menimpa pada burung Gelatik Jawa yang dulunya sempat populer sebagai burung ocehan yang banyak digemari.

Burung Gelatik Jawa yang bernama latin Padda Oryzivora merupakan ras burung endemik yang keberadaannya hanya di hutan Indonesia. Keberadaan burung Gelatik Jawa mempunyai habitat yang terkonsentrasi di Pulau Jawa sampai dengan Bali. Sewaktu berada di alam liar biasanya burung ini akan menempati daerah yang ada aktivitas manusia seperti taman perkotaan, pekarangan rumah, sampai dengan daerah pertanian. Begitu akrabnya burung Gelatik Jawa dengan kehidupan yang berbarengan dengan manusia timbul anggapan bahwa keberadaannya sampai dianggap hama. Hal ini dikarenakan burung Gelatik Jawa dikatakan suka memakan biji-bijian yang berasal dari persawaan dan ladang milik para petani.
Burung Gelatik Jawa di Alam Bebas
Gambar: Burung Gelatik Jawa
Ciri fisik burung Gelatik Jawa yang paling kentara adalah ukuran fisiknya yang tergolong sedang atau sekitar 16 cm. Paruh burung Gelatik Jawa dikatakan berwarna merah mudah dengan bentuk yang agak besar tapi tidak terlalu panjang. Kepala burung pemakan biji-bijian ini berwarna hitam pekat dengan pipinya diselimuti warna putih terang. Bagian bawah tubuh burung Gelatik Jawa berwarna mirip dengan paruhnya yakni merah muda. Dibagian atas tubuhnya mulai sayap, punggung, dan disekitaran ketiak sayapnya berwarna putih keabu-abuan. Ekor burung Gelatik Jawa cukup panjang dengan warnanya adalah hitam dibagian atas dan putih di bagian bawahnya.

Sewaktu hidup di alam burung Gelatik Jawa biasanya membentuk kelompok kecil sekitar 2 – 3 ekor per kelompoknya. Akan tetapi bila burung Gelatik Jawa mengintai lahan pertanian untuk memakan biji-bijiannya biasanya dilakukan dalam jumlah yang lumayan besar dengan menunggu di atas pepohan yang tinggi. Ketenaran burung Gelatik Jawa sebenarnya tidak hanya di kalangan pecinta burung ocehan di Indonesia. Akan tetapi diluar negeri pun termasuk Eropa keberadaan burung Gelatik Jawa cukup diperhitungkan sebagai burung hias yang banyak dipelihara. Adanya burung Gelatik Jawa di luar negeri seperti Eropa karena burung ini banyak diperjual belikan hingga akhirnya dikembangkan di sana. Dampaknya tentu membuat populasinya di alam kita semakin menyusut ditambah eksploitasi hutan sebagai tempatnya hidup terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Alhasil burung Gelatik Jawa dikatakan sebagai spesies burung rentan akan kepunahan.

Nah, untuk warna kicauannya terdengar cukup lembut dengan suara yang agak besar dan mempunyai tembakan khas diulangi dalam tempo waktu yang rapat. Selain itu, kicauan burung Gelatik Jawa tergolong bervariasi atau tidak menoton dengan mampu membunyikan kicauan yang berbeda-beda. Karenanya burung Gelatik Jawa dianggap sebagai burung pengicau yang mampu memaster burung ocehan lainnya seperti Murai Batu ataupun Pleci supaya mempunyai kicauan yang bervariasi. Akan tetapi beberapa tahun belakangan ini sudah tak banyak orang-orang yang memelihara burung Gelatik Jawa dan tergantikan dengan burung ocehan populer lainnya seperti Kenari ataupun Murai Batu.

Sumber Tulisan:
  1. http://www.kutilang.or.id/2011/11/16/gelatik-jawa/
  2. https://omkicau.com/2014/08/15/gelatik-jawa-burung-masteran-yang-kian-tersingkir/

Sumber Gambar:
  1. https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Padda_oryzivora_-University_of_Hawaii_at_Manoa_campus,_Honolulu,_Hawaii,_USA-8_(4).jpg

1 comment