Tuesday, January 24, 2017

Burung Jalak Bali yang Terancam Punah

Spesies burung jalak yang ramai dipelihara oleh orang-orang termasuk salah satu jenis burung yang keberadaannya hampir terancam punah. Memang tidak semuanya akan tetapi beberapa jenisnya dimasukkan ke dalam daftar fauna yang dilindungi negara dari aksi perburuan dan perdagangan. Salah satunya menimpa burung Jalak Bali yang merupakan burung endemik di pulau dewata Bali. Langkanya populasi burung Jalak Bali sudah sangat lama terjadi terlihat dari didirikannya tempat penangkaran di Bali pada tahun 1995. Untuk itu pada saat ini status burung Jalak Bali sampai sekarang pun masih dilindungi karena aksi perburuan dan perdagangan tetap terjadi.

Burung Jalak Bali yang bernama latin Leucopsar rothschildi sedikit mirip dengan jenis burung Jalak Putih. Deksripsinya berukuran lumayan besar yang sekitar 25 cm dengan terdapat jambul dibagian atas kepalanya. Jambul tersebut akan naik saat burung Jalak Bali merespon gerakan dengan berkicau atau menggerakkan tubuhnya saat hendak terbang. Warna bulunya didominasi warna putih yang hampir menyelimuri semua tubuhnya. Warna hitam pekat terdapat dibagian ujung sayap dan ekor bagian atas dan bawahnya. Didekat matanya atau area pipinya terdapat kulit yang tidak ditumbuhi satu helai pun bulu dan warnanya biru terang. Sebagainya jenis jalak lainnya yang ukuran kaki lumayan panjang sama halnya bagi burung Jalak Bali yang panjang kakinya mirip seperti burung Jalak Putih.
Gambar I: Burung Jalak Bali
Curik Bali yang merupakan nama panggilan lainnya tergolong hewan yang mudah beradaptasi dengan hewan lainnya. Sewaktu mencari makanan biasanya burung Jalak Bali akan bersama kawanannya dalam jumlah kecil dan saat berjumpa dengan burung jalak jenis lain maka kawanan burung endemik Bali inipun ikut berbaur untuk mencari makan bersama. Sifat adaptasi yang apik ini memang tergolong karakter alamiah semua jenis burung jalak yang ada di Indonesia. Pulau Bali yang menjadi satu-satunya habitat asli burung Jalak Bali biasanya berada di daerah dataran rendah yang hutannya masih lebat. Biasanya burung ini akan mencari makan di pepohonan dan atas tanah dengan memakan serangga kecil, reptil, buah-buahan, dan biji-bijian. 

Sewaktu musim kawin tiba, biasanya burung Jalak Bali akan membangun sarangnya dari rumput dan ranting yang disusun di pohon yang berlubang. Dalam sekali masa pembiakan pasangan burung ini dapat menghasilkan 2 sampai 3 butir terlur dengan masa eram maksimal 16 hari. Selain dikenal sebagai burung yang mudah beradaptasi perlu diketahui pula bahwa Jalak Bali tergolong hewan yang setia dengan satu pasangannya sampai akhir hidupnya. Tentunya sifat monogami ini tidak dipunyai oleh semua jenis burung yang ada di hutan alam Indonesia. 
Status burung Jalak Bali menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) berada dalam status krisis. Status yang memprihatinkan tersebut membuat burung Jalak Bali sangat rentan sekali mengalami kepunahan bila sampai lengah untuk melestarikannya dengan menangkarnya. Untuk mencegah burung yang dijadikan fauna identitas Provinsi Bali ini telah dilakukan penangkaran yang tidak hanya terfokus di Bali melainkan dibuat juga tempat penangkaran lainnya di daerah Jawa agar mampu secara perlahan-lahan populasinya dapat meningkat kembali.

Dengan status kritis yang masih dimiliki oleh burung Jalak Bali membuat keberadaannya selalu dalam perlindungan agar terhindar dari aksi perburuan dan perdagangan gelap. Perlindungan untuk burung Jalak Bali pun diatur dalam UU Nomor 5 tahun 1999 dan PP Nomor 7 tahun 1999. Sehingga dengan kita tahu bahwa nasib burung Jalak Bali pun yang rentan punah dapat membuat kita semakin peduli dengan hutan yang menjadi habitat hidupnya untuk menjaganya dari aksi pembalakan dan kebakaran hutan. 

Sumber Tulisan:
1. http://www.kutilang.or.id/2012/04/24/curik-bali-jalak-bali/
2. https://alamendah.org/2009/10/16/jalak-bali-nyaris-punah-di-habitat-asli/comment-page-6/#comments 

Sumber Gambar:
1. https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Balispreeuw_(8374473584).jpg

0 komentar:

Post a Comment