Sunday, February 15, 2015

Pahlawan Lingkungan

Lingkungan begitu pentingnya bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dimana kebutuhan tersebut menginginkan lingkungan yang asri, bersih, dan nyaman. Tapi melihat kenyataannya lingkungan-lingkungan yang dihuni oleh manusia dan makhluk hidup lainnya tidak pada apa yang diharapkan semula dengan tercemarnya sungai-sungai oleh sampah dan berbagai jenis limbah, eksploitasi hutan yang berlebihan, dan tingkat polusi yang semakin meningkat saja di area perkotaan. Dari kejadian tersebut sudah selayaknya hadir pahlawan lingkungan untuk mengurai satu per satu masalah yang ada sehingga tercipta lingkungan yang didampakan oleh semua makhluk hidup.

Dikatakan pahlawan lingkungan adalah orang-orang yang rela berjuang untuk memperbaiki lingkungan yang rusak dengan bergotong royong membersihkan selokan dan sungai-sungai dari gundukan sampah yang mengunung, bersama-sama pula melakukan reboisasi hutan-hutan yang gundul, dan beramai-ramai melakukan kampanye lingkungan untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran. Yang seperti ini sedikit memudar di negeri ini sehingga sulitnya ditemukan pahlawan lingkungan yang sebenarnya.

Menunjukkan bukti kerusakan alam Indonesia ialah dapat dilihat dari jumlah hutan kita yang kian menipis dari tahun ke tahun. Sekarang jumlah keseluruhan hutan Indonesia dari 33 Provinsi ialah 45 juta hektar saja. Kerusakan hutan yang terjadi akibat adanya pembakaran dalam jumlah besar secara sengaja untuk alih fungsi lahan, illegal loging, dan meluasnya daerah hutan yang digunakan untuk pertambangan. Padahal kita menyadari bersama akan pentingnya hutan sebagai penyangga dunia. Hutan disebut sebagai paru-paru dunia karena fungsinya yang bisa menghasilkan oksigen (O2) yang dibutuhkan oleh seluruh manusia dan juga hewan, sehingga terkikisnya jumlah hutan di tiap-tiap provinsi di Indonesia sama saja telah menyempitkan kadar oksigen yang dibutuhkan oleh seluruh manusia dan memperparah lajur polusi yang menyesakkan kesehatan.

Sama halnya dengan sampah yang juga mengisi hampir disetiap tempat yang kosong di sekitar lingkungan kita. Keseluruhan dari masyarakat Indonesia yang berjumlah kurang lebih dari 200 juta jiwa bisa menghasilkan sampah sebanyak 11 ribu ton per hari dan itu tidak semua berada di tempat akhir pembuangan sampah atau TPA. Kebanyakan sampah-sampah tersebut berada di sungai-sungai, parit-parit bahkan laut. Menipisnya sikap kepedulian menjadikan tumpukan sampah tersebut terletak tidak pada tempatnya sehingga menimbulkan penyakit yang harus diderita oleh orang-orang, memunculkan aroma yang tidak sedap, dan menjadikan lingkungan tidak tampak rapi dan asri.

Tiga Pahlawan Lingkungan
Menelisik mengenai siapa-siapa saja yang telah menjadi pahlawan lingkungan maka jawabnya adalah mereka yang peduli dengan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahwa ada tiga pahlawan lingkungan yang ada di sekitar kita dan itu terbukti dari kerja nyata mereka mencoba mengurai masalah-masalah yang dihadapi oleh lingkungan dengan bersihnya sampah-sampah di area perkotaan, mencuatnya kembali tunas-tunas hijau dan kembali bersihnya sungai-sungai dari tumpukan sampah. Adalah ketiga pahlawan lingkungan tersebut ialah Petugas Pembersih Lingkungan, Aktivis Lingkungan, dan Pemulung.

Seperti petugas pembersih lingkungan yang sengaja dibentuk negara untuk membantu merapikan lingkungan di perkotaan dan di pedesaan dari sampah-sampah yang tersebar dimana-mana. Adanya petugas pembersih lingkungan telah memberikan kontribusi yang tidak sedikit dari sampah yang dihasilkan masyarakat perkotaan. Sebagaimana yang dilangsir oleh Harian Medan Bisnis dalam websitenya www.medanbisnisdaily.com (15/8) memberikan data bahwa Kota Medan dari 21 kecamatan per harinya dapat menghasilkan sampah sebanyak 1.100 ton lebih dan semua sampah tersebut diangkut langsung oleh petugas pembersih lingkungan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Bila tidak dibentuknya petugas pembersih lingkungan apakah mungkin semua sampah tersebut dapat terangkat dari satu daerah ke tempat pembuangan sampah, tentunya tidak. Dan kontribusi mereka dapat menyelamatkan kota dari berbagai problema seperti banjir, bau busuk dari sampah, dan penyakit. Tentunya kita menyadari juga bahwa jumlah petugas pembersih lingkungan yang tidak sebanding dengan luasnya daerah menjadikan beberapa tempat masih dijadikan tempat pembuangan sampah yang sebenarnya dilarang.

Sama halnya juga dengan petugas pembersih lingkungan sebagai pahlawan lingkungan adalah para aktivis lingkungan juga sebagai pahlawan lingkungan. Adanya ungkapan provokasi positif seperti Go Green, Stop Global Warming, Jaga Bumi Kita, Selamatkan Alam Kita Tercinta. Semuanya adalah ungkapan yang lahir dari para aktivis lingkungan untuk mengajak semua masyarakat agar beramai-ramai menyayangi lingkungannya. Terbukti dengan adanya gerakan bersama membersihkan sungai-sungai dan selokan dari sampah-sampah yang turut serta di dalamnya para aktivis lingkungan dan masyarakat. Juga melakukan reboisasi besar-besaran untuk menghijaukan kembali hutan yang telah lama gundul. Sehingga gerakan mereka memang sepatutnya didukung penuh terutama oleh pemerintah dan masyarakat.

Yang terakhir adalah pemulung. Pemulung bisa dikatakan bagian dari pahlawan lingkungan yang kontribusinya secara tidak langsung telah membantu petugas pembersih lingkungan dalam membersihkan sampah. Jumlah pemulung di Indonesia tidaklah sedikit dan mereka hanya mengutip barang-barang sudah dibuang oleh pemiliknya di pembuangan sampah. Kerja nyata mereka dapat mengurangi jumlah sampah yang berada di TPA dan mendaur ulang sendiri sampah-sampah tersebut sehingga bernilai ekonomis.

Sepatutnya kita menyadari bahwa pahlawan lingkungan itu ada karena peduli dengan lingkungannya dan musnahnya pahlawan lingkungan bila tak ada satupun menaroh kepedulian untuk membersihkan lingkungannya. Sehingga pahlawan lingkungan tidak hanya para petugas pembersih lingkungan, aktivis lingkungan dan juga pemulung tetapi setiap orang bisa menjadi pahlawan lingkungan yang berjasa besar menyelematkan bumi. Maka benar ungakapan ini untuk direnungkan: “Kalau Bukan Kita Yang Menjaganya, Terus Siapa Lagi”.

Oleh: Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, IAIN-SU).

0 komentar:

Post a Comment