Sunday, November 12, 2017

Kumpulan Puisi XXVII

Sinabung Tak Pernah Tidur
Sinabung sepertinya tak pernah ingin tidur
Kembali ia bersua mengeluarkan asap berdebu keberbagai penjuru
Sampai kepemukiman warga yang telah lama mengungsi
Membuat rasa takut semakin menyeruak tak ingin pergi
Orang-orang yang dikitari oleh Sinabung yang masih bernyanyi
Hanya ingin meminta agar sebentar saja Sinabung dapat tertidur.


Beranda Sanggar Pelangi, 2015.


Kebakaran Hutan
Sudah berapa banyak hutan yang telah hangus terbakar
Mungkin tak bisa lagi dihitung dengan jari yang ada di tangan
Hutan yang dikunyah oleh api yang memberangusnya
Hidupkan ketakutan pada binatang yang harus mengungsi menjauh
Dan juga menjangkiti penyakit sesak pada manusia yang bernafas
Karena udara bersih tak lagi bisa dicari ikut berbaur bersama asap yang memeluknya.


Beranda Sanggar Pelangi, 2015.


Ujian pada Rakyat
Tidak hanya para pemimpin yang dapat ujian dari Tuhan
Untuk mengurusi rakyatnya agar tak sampai lapar dan bisa sejahtera
Dan juga agar pemimpin dapat amanah dalam memikul beban dipundaknya
Tapi pada rakyat pun sepertinya Tuhan ingin juga menguji
Menguji atas pemimpin yang telah dipilih yang melenceng dari fitrah janji
Yang membuat rakyat itu sengsara tak bisa merasakan nikmat apa-apa
Kecuali hanya lapar dan tidur beralaskan tikar yang berlobang
Sehingga ujian manis tersebut akan memberi pelajaran pada rakyat
Untuk lebih arif dalam menitipkan harapannya pada calon pemimpinnya.


Beranda Sanggar Pelangi, 2015.


Sampah di Mana-mana
Tak juga terlihat kota-kota ini tampak indah nan asri
Yang karena disesaki oleh sampah bergumal di mana-mana
Tak juga ada yang terpikir untuk mengutipnya agar bersih
Dibiarkan begitu saja hingga berpikir dengan sendirinya sampah itu hilang
Dan membuat sampah itu menghambat apa saja yang ingin lewat
Termasuk air yang hanya pamit ingin mengalir ikut terhalau
Hingga menjadikan kota-kota itu sering ditumpahi banjir yang sulit untuk surut.


Beranda Sanggar Pelangi, 2015.


Tak Pernah Redup
Lilin yang sudah mulai habis termakan gelap
Kini sinarnya pun ikut terkikis dan lenyap dalam sayu
Dan yang diteranginya ketika ia menyala harus kembali melihat pekatnya gelap
Tapi tidak bagi yang melindungi orang tersayangnya dengan senyum tulus
Mendekap dalam usaha yang tak pernah surut dan redup termakan waktu
Hingga yang dilindungi begitu terjaga dalam terangnya kebahagiaan
Sampai malam lupa berganti yang melindungi tetap terang selamanya.


Beranda Sanggar Pelangi, 2015.


Daging Sapi Mahal
Sejak kapan daging sapi itu terbilang murah harganya
Mungkin hanya saat hari raya Idul Adha daging dibilang murah
Semua orang dapat memakannya entah siapapun ia
Tapi diluar itu tiada lagi daging sapi murah harganya
Terus melejit tinggi hingga seperti pajangan mewah di toko berkelas
Seperti terpatri bagi yang tidak punya uang untuk bisa mencicipinya.


Beranda Sanggar Pelangi, 2015.


Dengan Rindu
Dengan katayang dirangkai dari kegundahan yang menggelegak
Terus mengasah tangan merangkai kata sampai tak tahu malam sudah larut
Kata yang dirangkai untuk bisa dibaca dengan hati yang bisa damai
Damai untuk tidak lagi khawatir akan nasib yang menulis untaian kata itu
Dalam kata yang ditulis itu berisi harapan untuk bisa berjumpa lagi
Yang memberikan kabar bahagia demi menghibur rindu.


Beranda Sanggar Pelangi, 2015.


Entah Siapa
Entah siapa yang merdeka di bumi pertiwi ini?
Entah orang miskin entah juga itu orang-orang kaya
Entah juga siapa yang menghirup aroma kemerdekaan?
Entah orang yang selalu tertindas entah pula orang yang biasa menindas
Dan entah pada siapa merdeka itu bisa berkumandang?
Entah pada semua orang atau hanya milik satu dua orang saja
Lalu, entah lah.


Beranda Sanggar Pelangi, 2015.

0 komentar:

Post a Comment