Wednesday, May 14, 2014

Menjaga Lingkungan

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah : Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS Ar Rum : 41-42)

Ayat diatas pada surah Ar-Rum mewakili mengenai lingkungan yang menjadi konteksi pijakan manusia dan kebutuhan bagi manusia akan apa yang ada di alam ini. Alam yang diciptakan Allah bagi makhluk-Nya seyogyianya dipergunakan sebaik mungkin untuk menghindarkan dari kerusakan serta kerakusan dalam mengelola alam. Lingkungan yang demikian elok yang tercipta untuk dipergunakan sebaik mungkin bagi manusia dewasa ini menunjukkan akan perusakan alam bebas serta minimnya rasa tanggung jawab akan pengelolaan limbah bagi pabrik-pabrik sehingga menimbulkan pencemaran yang berdampak bagi masyarakat.

Hal seperti di atas dalam konteks langsung yang terjadi di lapangan telah menghantarkan kerusakan parah bagi hutan dengan eksploitasi yang berlebihan sehingga menyisakan hutan Indonesia sekitar 45 juta hektar saja. Dari jumlah hutan yang cukup sedikit tersebut adalah seringnya terjadi tanah longsor di areal perbukitan karena sudah habisnya hutan penyerap air, banjir yang melanda pedesaan sampai perkotaan besar dan menipisnya hutan menyebabkan suhu panas bumi menjadi bertambah pada normal yang wajar. Hal yang sangat berbahaya seperti ini merujukkan akan dampak serius bagi manusia sebagai pengelola yang diamanahkan Allah Swt. Tak kala hebat juga limba-limbah dari pabrik yang tidak dikelola ketika dibuang kesungai yang mengakibatkan tercemarnya sehingga berikutnya menghasilkan kematian masal pada ikan-ikan dan makhluk air lainnya serta juga penggunaan air oleh manusia di bantaran sungai akan sangat terganggu.

Membolehkan mengelola alam adalah perintah Allah untuk mencukupi kehidupan dalam menghindarkan dari kesusahan akan kelaparan, kemiskinan serta kematian. Dengan pengelolaan alam yang baik dari sumber daya alam di hutan maupun di lautan akan mampu membangun kemajuan ekonomi dalam mencapai human falah bagi semua manusia dan dengan diletakkan kepada dasar kebutuhan hidup saja maka akan mengubur bencana yang terjadi dari tangan manusia yang sudah merusak lingkungan.

Agama adalah pembeda serius dari manusia dengan makhluk yang lain, adalah dengan agama manusia mempunyai arah untuk berpijak pada langkah yang benar, adalah juga melalui agama para manusia dapat mengarahkan akal untuk mengurus amanah Allah dengan benar termasuk menjaga lingkungan. Pada saat kritis sekarang ini akan krisis yang telah melanda manusia dari eksploitasi yang salah terhadap hutan menjadikan kesusahan bagi manusia bukannya keuntungan, eksploitasi yang berlebihan bagi hasil bumi yang dipergunakan secara boros menyebabkan kenaikan harga bahan bakar melonjak tinggi, dan apatisnya hidup sebagian manusia dengan memperparah dari membuang sampah sembarangan.

Adalah banyak peringatan yang diberikan Allah yang tercantum dalam Al-Quran yang ditujukan kepada manusia terhadap tangan jahil yang merusak lingkungan seharusnya dapat menyadarkan kita akan peringatan tersebut untuk meunmbuhkan kesadaran terhadap lingkungan asri serta adanya pengetahuan untuk membawa bumi terhindar dari globar warming serta kejadian bencana lainnya. Ini bukanlah mustahil dikerjakan bagi setiap hamba-hamba Allah dengan melakukan reboisasi terhadap hutan secara bersama dan adilnya pemerintah terhadap peraturan undang-undang yang harus pro terhadap pelestarian lingkungan serta tak pernah jemu mengkampanyekan akan penyelamatan bumi kepada masyarakat. Bijak melakukan hal seperti ini adalah akan membawa perubahan besar bagi alam yang sepantasnya menjadi rumah nyaman bagi setiap makhluk untuk hidup dan saling menjaga dalam lingkungan yang ditata baik. Sehingga tanggung jawab terhadap menjaga lingkungan bagi setiap manusia akan membawa kebaikan bersama dan bernilai ibadah.

Oleh: Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN-SU)

0 komentar:

Post a Comment