Sepenggal Kata
Tak mudah untuk mengurai kata yang sepenggal ini
Dalam maknanya seperti menyelamani laut yang penuh kata
Mencerna tiap huruf dari kata itu membuat malam begitu cepat berubah
Menjadikan siapapun yang membacanya tidak mengerti maksud sebenarnya
Dari kata yang sepenggal itu berada di ujung kalimat.
Beranda Sanggar Pelangi, 2016.
Gelap Sejenak
Pagi yang seperti biasa disinari oleh cahaya matahari
Menarik tirai malam yang penuh dengan warna gelap yang kuat
Tapi pada pagi kali ini langit tampak tak biasa menunjukkan sikapnya
Hanya sedikit saja tirai gelap itu mampu disibak oleh yang bercahaya
Membuat kilau-kilau warna terang keemasan terlihat luntur ditutup tirai yang gelap
Walau hanya sejenak saja.
Beranda Sanggar Pelanggi, 2016.
Malangnya
Mengungkap sebuah kisah yang bisa menguras air mata
Dari seorang manusia yang hidup penuh dengan kemalangan
Dalam maksudnya berbuat agar bisa menolong yang lain
Tanggap menghinggap disambut pula dengan ucapan yang menyayat hati
Hatinya yang begitu kuat dengan ragam cacian dan hinaan
Menjadikan ia begitu tabah dan terus berbuat tanpa meminta dianggap ada
Saat sosoknya telah hilang ditelan bersama waktu
Barulah tersadar kalau ia begitu punya arti pada sekitarnya
Sehingga tampaklah ia seperti manusia yang malang.
Beranda Sanggar Pelangi, 2016.
Mampet
Mampet mengisi setiap lembar kehidupan yang dilalui oleh siapa saja
Yang menggambarkan begitu banyak sendatan yang menghalangi lancarnya urusan
Dalam setiap langkah dan maksud yang dimiliki kata mampet hinggap tak pernah pergi
Seperti dijalan penuh dengan kendaraan yang tak pernah mau bergerak
Begitu juga sungai dan parit-parit pun ikut mampet dihalangi oleh sampah bergelantungan
Hingga sampai hidungpun dapat mampet kalau sakit datang mendera.
Beranda Sanggar Pelangi, 2016.
Setangkai Mawar
Ada setangkai mawar merah yang terjatuh
Yang empunya telah hilang lupa tentang nya
Kasihan mawar yang setangkai itu sendirian saja
Tersentak hati membawanya pulang
Meletakkannya pada sebuah vas kaca yang berisi air
Agar merah warnanya tidak layu tersengat panas
Dan menghiburkan dari luka lara tertinggal sendiri
Dalam meminta setangkai mawar itu bisa berbagi sukanya.
Beranda Sanggar Pelangi, 2016.
Jalan Rusak
Sakit perut ini terombang ambing di jalan
Yang dipenuhi lubang sepanjang mata memandang
Jalan yang hancur diinjak truk yang membawa beton
Berat yang berton-ton itu melintas setiap hari
Peduli apa truk yang lewat itu pada jalan
Sampai akhirnya sebelan bannya ditelan habis
Oleh jalan yang lama merintih sakit.
Beranda Sanggar Pelangi, 2016.
Berbalut Debu
Tak usah bicara makan tiga kali sehari
Kalau tidur pun selalu beralaskan kardus bekas selimut elektronik
Yang terbaring menggigil di depan toko-toko
Sembari berharap pada Tuhan agar hujan jangan turun dulu
Melihat jasad ini pun dengan busana yang mewah
Dengan balutan debu yang disulam selama siang berlalu-lalang kendaraan.
Beranda Sanggar Pelangi, 2016.
Tak mudah untuk mengurai kata yang sepenggal ini
Dalam maknanya seperti menyelamani laut yang penuh kata
Mencerna tiap huruf dari kata itu membuat malam begitu cepat berubah
Menjadikan siapapun yang membacanya tidak mengerti maksud sebenarnya
Dari kata yang sepenggal itu berada di ujung kalimat.
Beranda Sanggar Pelangi, 2016.
Gelap Sejenak
Pagi yang seperti biasa disinari oleh cahaya matahari
Menarik tirai malam yang penuh dengan warna gelap yang kuat
Tapi pada pagi kali ini langit tampak tak biasa menunjukkan sikapnya
Hanya sedikit saja tirai gelap itu mampu disibak oleh yang bercahaya
Membuat kilau-kilau warna terang keemasan terlihat luntur ditutup tirai yang gelap
Walau hanya sejenak saja.
Beranda Sanggar Pelanggi, 2016.
Malangnya
Mengungkap sebuah kisah yang bisa menguras air mata
Dari seorang manusia yang hidup penuh dengan kemalangan
Dalam maksudnya berbuat agar bisa menolong yang lain
Tanggap menghinggap disambut pula dengan ucapan yang menyayat hati
Hatinya yang begitu kuat dengan ragam cacian dan hinaan
Menjadikan ia begitu tabah dan terus berbuat tanpa meminta dianggap ada
Saat sosoknya telah hilang ditelan bersama waktu
Barulah tersadar kalau ia begitu punya arti pada sekitarnya
Sehingga tampaklah ia seperti manusia yang malang.
Beranda Sanggar Pelangi, 2016.
Mampet
Mampet mengisi setiap lembar kehidupan yang dilalui oleh siapa saja
Yang menggambarkan begitu banyak sendatan yang menghalangi lancarnya urusan
Dalam setiap langkah dan maksud yang dimiliki kata mampet hinggap tak pernah pergi
Seperti dijalan penuh dengan kendaraan yang tak pernah mau bergerak
Begitu juga sungai dan parit-parit pun ikut mampet dihalangi oleh sampah bergelantungan
Hingga sampai hidungpun dapat mampet kalau sakit datang mendera.
Beranda Sanggar Pelangi, 2016.
Setangkai Mawar
Ada setangkai mawar merah yang terjatuh
Yang empunya telah hilang lupa tentang nya
Kasihan mawar yang setangkai itu sendirian saja
Tersentak hati membawanya pulang
Meletakkannya pada sebuah vas kaca yang berisi air
Agar merah warnanya tidak layu tersengat panas
Dan menghiburkan dari luka lara tertinggal sendiri
Dalam meminta setangkai mawar itu bisa berbagi sukanya.
Beranda Sanggar Pelangi, 2016.
Jalan Rusak
Sakit perut ini terombang ambing di jalan
Yang dipenuhi lubang sepanjang mata memandang
Jalan yang hancur diinjak truk yang membawa beton
Berat yang berton-ton itu melintas setiap hari
Peduli apa truk yang lewat itu pada jalan
Sampai akhirnya sebelan bannya ditelan habis
Oleh jalan yang lama merintih sakit.
Beranda Sanggar Pelangi, 2016.
Berbalut Debu
Tak usah bicara makan tiga kali sehari
Kalau tidur pun selalu beralaskan kardus bekas selimut elektronik
Yang terbaring menggigil di depan toko-toko
Sembari berharap pada Tuhan agar hujan jangan turun dulu
Melihat jasad ini pun dengan busana yang mewah
Dengan balutan debu yang disulam selama siang berlalu-lalang kendaraan.
Beranda Sanggar Pelangi, 2016.
0 komentar:
Post a Comment