Monday, April 21, 2014

Menampung Air Mata Ibu Pertiwi

Seorang anak tentunya tidak akan tega melihat ibunya menjatuhkan air mata yang mencecah tanah. Sang anak pasti akan langsung bertanya mengenai gerangan sang ibu bisa menangis dan menghapus air mata itu sambil tersenyum. Itulah mengapa sosok ibu sangat berarti bagi anaknya karena agamapun mengajarkan untuk menghormati, menyayangi, mematuhi ibu sudah mengandung dan membesarkan anaknya sampai dewasa. Kalimat sebelumnya adalah gambaran yang dapat disamakan dengan nasib Ibu Pertiwi kita di saat ini yang mendapatkan cobaan bertubi-tubi dari para manusia yang hidup dalam pelukannya.

Ibu pertiwi adalah negara yang dihiasi oleh hamparan tanah yang tak terpandang luasnya, lautan yang tak habis untuk direnangi, dan kekayaan alam lainnya untuk menghidupi semua rakyat yang berpijak di atas tanah Indonesia. Walaupun demikian, ibu pertiwi juga bisa menangis dari prilaku-prilaku buruk yang diperbuat manusia di atas tanahnya sehingga berbagai macam bencana pun turun memijak umat manusia yang berdosa ataupun tidak. Alam negara Indonesia yang dianugerahi Tuhan adalah bukti cinta kasih ibu pertiwi agar para manusia tidak sembrono dalam mengelola alam dan mengajarkan nilai untuk saling mengasihi dan membantu satu sama lain.

Sebagaimana dalam keluarga ada ayah dan ibu lalu ada kakak dan adik yang masing-masing saling membantu agar tidak tertimpa musibah. Tampak di saat ini yang jika diumpamakan Kakak dari anak tertua yang dilahirkan oleh ibu adalah orang-orang yang dipercayakan berdiri dipemerintahan. Sebagaimana seharusnya birokrasi yang dihuni oleh orang-orang yang diamanahkan berjuta janji sepatutnya bersikap mendahulukan kepentingan rakyat dari pada kepentingan pribadi. Tapi tampaknya itu berbeda yang sering dibaca, ditonton oleh rakyat yang ada di televisi dan media cetak adalah para pemimpin saling berebut kekayaan alam ibu pertiwi untuk memperkaya kantong masing-masing tanpa lagi peduli sama rakyat. Adanya korupsi, penyuapan, raja-raja kecil di tiap daerah, unsur monopoli yang menghimpit ekonomi rakyat marak bertaburan di mana-mana tanpa lagi melihat rasa persaudaraan antar manusia yang lahir dari satu kandungan Ibu sehingga membuat miris hati sang ibu.

Terbaca jelas dari paparan yang dijelaskan oleh berbagai media di nusantara bahwa jumlah kasus korupsi yang ditangani oleh KPK mencapai 578 kasus sehingga rakyat kekurangan subsidi dan semakin dihimpit oleh kemiskinan yang menyesakkan dada. Tindakan-tindakan kepala daerah yang juga sering merekrut sanak keluarga duduk dalam pemerintahaan tanpa melakukan seleksi terbuka untuk semua masyarakat. Sehingga menyimpulkan kasus monopoli birokrasi tampil dengan munculnya raja-raja kecil yang rakyatnya sebagai pelayan abadi. Menyayangkan seperti ini menjadikan tingkat pengangguranpun mencapai 7,39 juta yang dilangsir oleh tribunnews.com dan jumlah orang miskinpun sebanyak 28,07 juta jiwa yang berlipat-lipat jumlahnya dari angka pengangguran sehingga dapat dipahami kepedulian untuk merawat cinta ibu pertiwi telah terhapus dari hati para pemimpin yang diberikan amanat.

Bencana bertubi-tubi
Meningkatnya utang Indonesia hingga jumlah keseluruhan mencapai 2.273 triliun yang diekspos oleh semua warta media dan lonjakan nilai rupiah yang melemah terhadap dollar sampai angka Rp 12.000 telah menusuk perut rakyat yang hidup dalam peliknya mencukupi ekonomi. Harga berbagai bahan pokok pastinya akan naik terutama yang berasal dari impor luar negeri sehingga niat pemerintah ditahun berikutnya untuk menurunkan tingkat kemiskinan, penangguran, dan anak-anak yang tidak mendapat pendidikan bisa jadi tak kan terkabul karena masih banyak diantara mereka hidup dalam kemewahan dari uang-uang rakyat.

Utang yang mencapai ribuah tirilliun kepada luar negeri dan nilai rupiah yang menyentuh angka dua belas ribu menandakan ibu pertiwi telah menangis dan ingin menegur anak-anaknya yang lalai mengurus amanah jutaan rakyat. Disamping itu adanya bencana lain selain utang dan inflasi juga bertubi-tubi menjatuhi tanah Indonesia sebagaimana bencana terdahsyat turun di tanah sumatera bagian utara yakni Aceh berupa Tsunami dahsyat yang menelan korban sampai 230.000 orang, banjir yang menyerang kota-kota penting seperti Jakarta, Bandung, dan Medan yang sudah makanan tahunan, dan yang terbaru bencana erupsi gunung sinabung di Sumatera Utara.

Apa yang dipaparkan di atas menunjukkan pada kita bahwa tanah pertiwi sudah menjadi tempat alam bicara kasar dari menurunkan bencana yang bertubi-tubi yang merenggut banyak nyawa dan merugikan masyarakat serta negara. Tapi seyogianya bila disadari bersama-sama oleh kita semua bahwa ibu pertiwi telah jelas marah dan ingin lekas kita berubah menjadi manusia yang beradap dan menyayangi sesama sehingga kemakmuran tidak hanya dicium oleh orang yang kaya tetapi sampai kepada rakyat miskin.

Melihat juga kerusakan alam yang diakibatkan kerakusan manusia mengakibatkan lebih dari 60 % hutan Indonesia rusak parah sehingga pemerintah berkomitmen untuk melakukan mereboisasi kembali dan hasilnya baru dinikmati 25 tahun mendatang. Itu lah yang dihadapkan sama kita semua sehingga sisa kekayaan alam kias menipis setiap tahun dari sumber daya hutan, laut, tambang dan minyak. Dan parahnya kemandirian untuk mengolah kekayaan masih belum digalakkan sehingga sebagian besar kekayaan ibu pertiwi diadobsi oleh asing dan rakyat Indonesia hanya menikmati sedikit dari kekayaan tersebut.

Menengadahkan tangan
Menyadari diri kita adalah hidup dari kekayaan yang dipunyai oleh ibu pertiwi menjadikan kita sadar untuk bijak dalam mengelola kekayaan alam yang dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Ibu pertiwi yang menangis disebabkan alam yang rusak, moral baik yang dipijak-pijak kezholiman dan sikap membangun rasa persaudaraan yang kian menipis. Inilah yang patutnya dapat direnungkan bersama-sama sehingga setelah detik pertama kita menyadari kesalahan dapat berbakti pada ibu pertiwi untuk menyayangi alam dengan baik dan memperkuat nilai-nilai keluhuran budi perkerti yang baik.

Jangan salah untuk kita pahami bahwa negara yang maju adalah negara yang berdiri hanya dari segi kecanggihan teknologi dan kemajuan ekonomi per kapita rakyatnya tapi menunjukkan sikap kepedulian dan mendahulukan kepentingan bersama adalah satu poin penting negara maju dapat diwujudkan di negara Indonesia. Di waktu ini negara Indonesia masih hidup dalam kebimbangan yang kurang memiliki wibawa di mata internasional. Dapat dibuktikan dari seringnya terjadi penyiksaan terhadap TKW yang bekerja di luar negeri tanpa kejelesan hukum yang bisa menyelamatkan mereka. Bayangkan dalam website detik.com menyebutkan bahwa di 142 negara di berbagai belahan dunia bekerja TKI asal Indonesia yang mencapai 6,5 juta jiwa. Jumlah tersebut sangatlah besar dan memberikan pandangan bagi rakyat yang masih berdiam di Indonesia: Sebegitu malangkah negeriku ini?

Disamping itu mirisnya pemerintah melalu kementrian kesehatan yang digerakkan langsung Menteri Kesehatan berencana akan membagikan kondom gratis kepada masyarakat untuk mempringati hari AIDS sedunia. Ini yang sangat disayangkan dari tindakan yang diambil oleh Menkes yang secara tersirat telah melegalkan tindakan prostitusi yang banyak lapaknya diberbagai daerah di Nusantara. Sehingga ini tidak akan mengurangi jumlah orang yang terjangkit virus HIV/AIDS tetapi malah meningkatkan dan menurut Ketua Komisi Anak Indonesia menyatakan bahwa membagikan kondom bukan tindakan strategis dan bisa disalah tafsirkan oleh pelajar dan mahasiswa yang menerima kondom tersebut.

Sehingga kita menyadari untuk menengadahkan tangan ke atas sembari berdoa kepada Tuhan agar tangisan ibu pertiwi dapat berhenti dan simponi kedamaian, kesejahteraan, dan akhlak mulia dapat dirasakan oleh semua rakyat Indonesia. Hingga akhirnya Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember nanti mengajarkan kita semua untuk memahami penderitaan Ibu Pertiwi sudah sangat dalam sehingga mengurangi penderitaan tersebut adalah tanggung jawab bersama yang tidak boleh untuk dikesampingkan oleh semuanya.

Oleh: Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam, IAIN-SU)

0 komentar:

Post a Comment