Dalam bisnis yang sering diperbuat oleh manusia untuk menciptakan muamalah di tatanan sosial sering sekali melupakan etika dalam berbisnis. Dari melakukan kecurangan dalam timbangan serta mengganti barang yang sudah dipesan, juga banyaknya tindakan penyuapan yang dilakukan demi memperlancar bisnis. Ini sangat merawankan kondisi bisnis yang sebenarnya dapat membina manusia untuk jujur, tidak melakukan spekulasi, serta terciptanya human falah. Tak kala memperihatinkan juga maraknya praktik bisnis yang masih menyodorkan ‘paksaan’ kepada calon pembeli sehingga timbul kesan tidak ridho dalam transaksi yang dilakukan. Syariat Islam dalam menetapkan mengenai bisnis adalah adanya saling ridho antara orang bertransaksi tanpa memberikan paksaan ataupun tekanaan. Ini yang Rasulullah Saw, sering lakukan dalam perniagaan beliau dengan beliau tidak pernah memaksa orang-orang dalam membeli barang beliau dan beliau memberikan penjelasan mengenai barangnya dengan jujur kepada pembeli.
Adalah demikian baik contoh yang diperbuat oleh Rasulullah Saw, dalam perniagaan beliau sehingga para pedagang dari kaum kafir Quraish yang suka melakukan kecurangan serta paksaan tak dapat mengalahkan Rasulullah Saw dalam perniagaan.
Mengerti akan bisnis yang benar dengan menitik beratkan pada rujukan sejati ialah Al-quran dan Sunnah Rasullah Saw akan membawa manusia dalam melakukan bisnis mempunyai sandaran etika yang benar. Dari itu dalam Al-Quran di An-Nisa’ ayat 29 yang berbunyi: ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu’. Dari ayat tersebut dapat dipetik bersama bahwa dengan melakukan transaksi bisnis diperlukannya etika untuk tidak memakan harta orang lain dengan jalan bathil dan transaksi yang disandarkan harus sama-sama ridho.
Melirik dewasa ini yang seringnya bermunculan di tengah-tengah masih maraknya orang-orang yang berbisnis masih menghalkan yang diharamkan oleh Allah seperti melakukan penyuapan, korupsi, riba, serta paksaan kepada calon pembeli menjadikan bisnis seperti ini hanya mempunyai landasan akan duniawi saja dan melupakan akhirat. Pertanggungjawaban akan apa yang diperbuat dalam bisnis adalah menjadi modal bagi setiap manusia untuk membawanya di akhirat kelak bisa untung ataupun merugi.
Bagaimana Rasulullah Saw dalam membangun bisnisnya yang dimulai dari seorang pedang dengan menjualkan barang dagangan Siti Khadijhah dengan menerapkan prinsip-prinsip yang beliau bangun seperti jujur, amanah, kerja keras, adil, dan bertanggung jawab. Adalah dari prinsip-prinsip yang dikerjakan oleh Rasul menjadikan beliau dipercaya oleh orang-orang dan dengan cepat bisnis yang dikelola Rasulullah berdiri besar tanpa melakukan kezhaliman kepada pembeli. Inilah yang seharusnya tiruan wajib bagi manusia dalam bermuamalah yang masih menjemukan diri untuk lebih senang mencari harta dengan jalan yang haram ketimbang dengan cara halal yang justru lebih mudah didapatkan.
Dengan membangun etika dalam bisnis seperti yang diperbuat oleh Rasulullah Saw akan membina manusia untuk bisa menghormati hak pembeli dalam menentukan pilihan terhadap transaksi jual beli serta tidak mencurangi para pelaku bisnis yang lain. Sedemikian rapinya syariat Islam membina ummat untuk mempergunakan etika yang benar dalam bisnis dalam membawa kemashlahatan bagi bersama untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi semua.
Dengan juga bisnis yang dibangun tidak adanya unsur tekanan ataupun paksaan kepada orang-orang akan membina bisnis itu mendapatkan kepercayaan tinggi dari orang-orang dan dari itu pula membuat bisnis berdiri dengan dasar syariat Islam yang benar.
Mungkin sebagian diantara kita masih mengeluhkan susahnya bisnis yang halal dengan berbagai kendala yang dihadapi namun banyak juga diantara kita yang dengan mudahnya menjalankan bisnis yang halal tanpa tipu daya di dalamnya. Aturan bisnis yang sesuai telah diatur rapi di dalam agama Islam untuk setiap manusia mempelajarinya dan bebas melakukan bisnis apapun namun ditekankan pada sandaran Al-quran dan Hadist.
Dari matangnya memerhatikan pentingnya etika dalam bisnis akan membawa manusia mencapai keuntungan yang sesuai syariat Islam tanpa harus memakan harta orang lain dengan jalan batil dan keuntungan yang didapatkan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat kelak akan juga mendapatkan keuntungan dalam keridhoan Allah atas bisnis yang dikerjakan. Sehingga sesuailah sebenarnya bisnis itu menurut Imam Ghazali adalah untung di dunia dan untung di akhirat.
Oleh : Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN-SU)
Adalah demikian baik contoh yang diperbuat oleh Rasulullah Saw, dalam perniagaan beliau sehingga para pedagang dari kaum kafir Quraish yang suka melakukan kecurangan serta paksaan tak dapat mengalahkan Rasulullah Saw dalam perniagaan.
Melirik dewasa ini yang seringnya bermunculan di tengah-tengah masih maraknya orang-orang yang berbisnis masih menghalkan yang diharamkan oleh Allah seperti melakukan penyuapan, korupsi, riba, serta paksaan kepada calon pembeli menjadikan bisnis seperti ini hanya mempunyai landasan akan duniawi saja dan melupakan akhirat. Pertanggungjawaban akan apa yang diperbuat dalam bisnis adalah menjadi modal bagi setiap manusia untuk membawanya di akhirat kelak bisa untung ataupun merugi.
Bagaimana Rasulullah Saw dalam membangun bisnisnya yang dimulai dari seorang pedang dengan menjualkan barang dagangan Siti Khadijhah dengan menerapkan prinsip-prinsip yang beliau bangun seperti jujur, amanah, kerja keras, adil, dan bertanggung jawab. Adalah dari prinsip-prinsip yang dikerjakan oleh Rasul menjadikan beliau dipercaya oleh orang-orang dan dengan cepat bisnis yang dikelola Rasulullah berdiri besar tanpa melakukan kezhaliman kepada pembeli. Inilah yang seharusnya tiruan wajib bagi manusia dalam bermuamalah yang masih menjemukan diri untuk lebih senang mencari harta dengan jalan yang haram ketimbang dengan cara halal yang justru lebih mudah didapatkan.
Dengan membangun etika dalam bisnis seperti yang diperbuat oleh Rasulullah Saw akan membina manusia untuk bisa menghormati hak pembeli dalam menentukan pilihan terhadap transaksi jual beli serta tidak mencurangi para pelaku bisnis yang lain. Sedemikian rapinya syariat Islam membina ummat untuk mempergunakan etika yang benar dalam bisnis dalam membawa kemashlahatan bagi bersama untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi semua.
Dengan juga bisnis yang dibangun tidak adanya unsur tekanan ataupun paksaan kepada orang-orang akan membina bisnis itu mendapatkan kepercayaan tinggi dari orang-orang dan dari itu pula membuat bisnis berdiri dengan dasar syariat Islam yang benar.
Mungkin sebagian diantara kita masih mengeluhkan susahnya bisnis yang halal dengan berbagai kendala yang dihadapi namun banyak juga diantara kita yang dengan mudahnya menjalankan bisnis yang halal tanpa tipu daya di dalamnya. Aturan bisnis yang sesuai telah diatur rapi di dalam agama Islam untuk setiap manusia mempelajarinya dan bebas melakukan bisnis apapun namun ditekankan pada sandaran Al-quran dan Hadist.
Dari matangnya memerhatikan pentingnya etika dalam bisnis akan membawa manusia mencapai keuntungan yang sesuai syariat Islam tanpa harus memakan harta orang lain dengan jalan batil dan keuntungan yang didapatkan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat kelak akan juga mendapatkan keuntungan dalam keridhoan Allah atas bisnis yang dikerjakan. Sehingga sesuailah sebenarnya bisnis itu menurut Imam Ghazali adalah untung di dunia dan untung di akhirat.
Oleh : Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN-SU)
0 komentar:
Post a Comment