1945, tepat bom atom jatuh di kota Hiroshima dan Nagasaki yang terjadi dikemelut perang dunia kedua oleh serangan pesawat Amerika Serikat terhadap Jepang. Kejadian ini tak pernah hilang begitu saja yang menjadi catatan dibuku-buku sejarah sampai sekarang. Korban yang ditimbulkan dari perang tersebut tidak lah sedikit, hampir 70% penduduk kota Hiroshima dan Nagasaki wafat dengan berbagai kondisi, tidak hanya itu kerusakan yang ditimbulkan pun tidak main-main dari dahsyatnya bom atom dengan hancurnya rumah-rumah, gedung-gedung, bahkan perubahan daerah kota tersebut menjadi sangat mengkhawatirkan bagi orang-orang yang tetap tinggal di dalamnya akibat senjata kimia nuklir. Dari itu vonis dunia pun mengatakan: “Hiroshima dan Nagashaki tidak bisa ditinggali untuk duapuluh tahun ke depan”.
Penghantar pernyataan di atas pada penulisan artikel lingkungan ini oleh penulis, untuk membangkitkan kembali catatan sejarah yang sudah terjadi dari peperangan. Peperangan begitu urgen diketahui khalayak, ini bukan kata baru atau suatu kelakuaan yang baru terjadi sekarang ini, sedari dulu peperangan sudah mencatatkan cerita sendiri tetapi dari pada itu dampak yang dihasilkannya pun sangat begitu hebat bagi daerah yang dijadikan adu senjata. Kerusakan-kerusakan lingkungan yang sering terjadi dari perubahan iklim, sungai yang tidak bisa digunakan lagi, atau tandusnya pohon-pohon untuk tumbuh adalah iklim dari gejolak perang yang ditimbulkan dengan senjata-senjata kimia yang sangat berbahaya.
Perbedaan ideologi ataupun sudut pandang menjadikan kemelut perang tidak mempunyai titik temu untuk berhenti. Banyak contoh negara-negara dunia dewasa ini masih berdiam dengan perangnya yakni tentara AS di Afganistasn dan Pakistan, perang saudara di Syiria, di Libya, Palestina oleh Israel dan yang lainnya, menghantarkan kerusakan yang diberikan tidak hanya kepada korban perang baik dari kalangan sipil maupun yang berperang tetapi hancurnya lingkungan sekitar memberikan dampak yang buruk dalam proses pembangunan kembali dan menghadirkan masalah baru disisi pemanasan global.
Disamping itu, belum ada catatan sejarah yang menuliskan bahwa dari peperangan yang terjadi dapat segera cepat memulihkan keadaan sekitar dengan tata lingkungan dari hijaunya pepohonan atau kemanfaatan air yang digunakan masyarakat semua itu butuh proses yang panjang.
Hadirnya senjata dalam mendukung kemenangan sebuah peperangan menjadi topik yang serius untuk diketahui bersama. Betapa tidak, semakin kejanggihan suatu senjata dapat ditingkatkan semakin besar potensi untuk bisa memenangkan sebuah peperangan oleh yang bertikai. Ini dapat diketahui, banyak negara-negara yang berperang sering menggunakan senjata kimia pemusnah masal yang menjadi permasalahan serius PBB menanggapinya. Peran senjata kimia tidaklah main-main dalam meleburkan suatu daerah dengan radius berkilo-kilo meter dan dampaknya sangat serius untuk diterima oleh manusia maupun lingkungan sekitar. Ketandusan menjadi poin serius dari sini, karena tidak akan tumbuhnya pepohanan dari tekstur tanah yang sudah berubah dari semestinya sebelum terkena senjata kimia sehingga menimbulkan dampak pemanasan global yang terjadi. Disamping itu, keracunan mungkin dapat terjadi dari senyawa asam dari penggunan kimia yang tidak stabil di dalam air jika adanya kontaminasi, hal seperti ini untuk dikonsumsi masyarakat ataupun terkena kulit saja dapat menghasilkan masalah baru yang butuh penanganan serius.
Senjata Nuklir
Selanjutnya, kajian sekarang bagi setiap negara yang ingin menginginkan adanya nuklir disetiap negaranya membuat kelimpangan dunia untuk membenahi ini. Perkembangan dunia yang sudah tidak terbendung, dari kemajuan IPTEK ikut meramaikan untuk membangun Nuklir sebagai kepentingan tertentu. Secara positif bila dipetik, nuklir yang sudah diketahui memang memiliki kelebihan untuk membantu lingkungan agar berkembang, ini dapat dilihat dari adanya PLTN di Jepang yang menggunakan nuklir sebagai pembangkit listrik untuk pemenuhan konsumsi listrik masyarkat. Yang diketahui listrik yang dihasilkan dari nuklir dapat awet untuk sekian gram saja dari nuklir dalam pemenuhan berpuluh tahun kedepan. Disamping itu, banyak negara juga telah mendayagunakan nuklir bagi lahan pertanian dalam menghasilkan kualitas bagus dari tanaman yang ditanam.
Disamping petikan manfaat yang dipetik, penangan nuklir tidak sama dengan penangan senyawa kimia yang lain, kontaminasi nuklir bagi lingkungan tidak lah main-main seperti kejadian tahun 1945 di kota Hiroshima dan Nagasaki. Kebocoran nuklir yang tersebar kemasyarkat dan lingkungan akan merubah menjadi bencana dimana bisa terjadi keracunan gas, ataupun matinya pepohonan serta binatang yang terkena nuklir tanpa penanganan yang benar.
Hal-hal seperti di atas menjadikan PBB membentuk sebuah badan khusus bagi penanganan nuklir untuk dapat dibangun disebuah negara. Adalah jika negara menggunakan nuklir sebagai senjata perang sangat disayangkan bagi dampak negatif yang besar akan diterima ke depannya. Disamping musnahnya manusia yang terkena nuklir ikut juga hancur daerah tersebut juga dunia jika sampai salah penanganan penggunaan nuklir dalam peperangan. Adanya Global Warming tidak selalu disebabkan oleh efek rumah kaca atau dari asap kendalpot oleh kendaraan, lebih dari itu senjata nuklir dapat menyebabkan lebih parah dari itu bagi kehancuran bumi.
Sehingga diketahui bahwa peperangan yang timbul efek negatifnya ialah dapat merusak lingkungan yang sudah manis tercipta dari penggunaan senjata-senjata yang berbahaya untuk manusia dan lingkungan.
Oleh: Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN-SU)
Penghantar pernyataan di atas pada penulisan artikel lingkungan ini oleh penulis, untuk membangkitkan kembali catatan sejarah yang sudah terjadi dari peperangan. Peperangan begitu urgen diketahui khalayak, ini bukan kata baru atau suatu kelakuaan yang baru terjadi sekarang ini, sedari dulu peperangan sudah mencatatkan cerita sendiri tetapi dari pada itu dampak yang dihasilkannya pun sangat begitu hebat bagi daerah yang dijadikan adu senjata. Kerusakan-kerusakan lingkungan yang sering terjadi dari perubahan iklim, sungai yang tidak bisa digunakan lagi, atau tandusnya pohon-pohon untuk tumbuh adalah iklim dari gejolak perang yang ditimbulkan dengan senjata-senjata kimia yang sangat berbahaya.
Disamping itu, belum ada catatan sejarah yang menuliskan bahwa dari peperangan yang terjadi dapat segera cepat memulihkan keadaan sekitar dengan tata lingkungan dari hijaunya pepohonan atau kemanfaatan air yang digunakan masyarakat semua itu butuh proses yang panjang.
Hadirnya senjata dalam mendukung kemenangan sebuah peperangan menjadi topik yang serius untuk diketahui bersama. Betapa tidak, semakin kejanggihan suatu senjata dapat ditingkatkan semakin besar potensi untuk bisa memenangkan sebuah peperangan oleh yang bertikai. Ini dapat diketahui, banyak negara-negara yang berperang sering menggunakan senjata kimia pemusnah masal yang menjadi permasalahan serius PBB menanggapinya. Peran senjata kimia tidaklah main-main dalam meleburkan suatu daerah dengan radius berkilo-kilo meter dan dampaknya sangat serius untuk diterima oleh manusia maupun lingkungan sekitar. Ketandusan menjadi poin serius dari sini, karena tidak akan tumbuhnya pepohanan dari tekstur tanah yang sudah berubah dari semestinya sebelum terkena senjata kimia sehingga menimbulkan dampak pemanasan global yang terjadi. Disamping itu, keracunan mungkin dapat terjadi dari senyawa asam dari penggunan kimia yang tidak stabil di dalam air jika adanya kontaminasi, hal seperti ini untuk dikonsumsi masyarakat ataupun terkena kulit saja dapat menghasilkan masalah baru yang butuh penanganan serius.
Senjata Nuklir
Selanjutnya, kajian sekarang bagi setiap negara yang ingin menginginkan adanya nuklir disetiap negaranya membuat kelimpangan dunia untuk membenahi ini. Perkembangan dunia yang sudah tidak terbendung, dari kemajuan IPTEK ikut meramaikan untuk membangun Nuklir sebagai kepentingan tertentu. Secara positif bila dipetik, nuklir yang sudah diketahui memang memiliki kelebihan untuk membantu lingkungan agar berkembang, ini dapat dilihat dari adanya PLTN di Jepang yang menggunakan nuklir sebagai pembangkit listrik untuk pemenuhan konsumsi listrik masyarkat. Yang diketahui listrik yang dihasilkan dari nuklir dapat awet untuk sekian gram saja dari nuklir dalam pemenuhan berpuluh tahun kedepan. Disamping itu, banyak negara juga telah mendayagunakan nuklir bagi lahan pertanian dalam menghasilkan kualitas bagus dari tanaman yang ditanam.
Disamping petikan manfaat yang dipetik, penangan nuklir tidak sama dengan penangan senyawa kimia yang lain, kontaminasi nuklir bagi lingkungan tidak lah main-main seperti kejadian tahun 1945 di kota Hiroshima dan Nagasaki. Kebocoran nuklir yang tersebar kemasyarkat dan lingkungan akan merubah menjadi bencana dimana bisa terjadi keracunan gas, ataupun matinya pepohonan serta binatang yang terkena nuklir tanpa penanganan yang benar.
Hal-hal seperti di atas menjadikan PBB membentuk sebuah badan khusus bagi penanganan nuklir untuk dapat dibangun disebuah negara. Adalah jika negara menggunakan nuklir sebagai senjata perang sangat disayangkan bagi dampak negatif yang besar akan diterima ke depannya. Disamping musnahnya manusia yang terkena nuklir ikut juga hancur daerah tersebut juga dunia jika sampai salah penanganan penggunaan nuklir dalam peperangan. Adanya Global Warming tidak selalu disebabkan oleh efek rumah kaca atau dari asap kendalpot oleh kendaraan, lebih dari itu senjata nuklir dapat menyebabkan lebih parah dari itu bagi kehancuran bumi.
Sehingga diketahui bahwa peperangan yang timbul efek negatifnya ialah dapat merusak lingkungan yang sudah manis tercipta dari penggunaan senjata-senjata yang berbahaya untuk manusia dan lingkungan.
Oleh: Satria Dwi Saputro
(Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN-SU)
0 komentar:
Post a Comment